Minggu, 31 Januari 2010

Catatan Awi Sirep: Tanya Jawab dngn Habib Munzir Al Musawa ttg Syiah...

_________________Tanya (ADHE09) :_________________

Assalamu'alaikum wr.wb

Habib Munzir yg ana cintai..ana mau tanya tntang IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) yang brpusat di yogyakarta.mereka itu ber aliran syiah dari iran.tapi yg ana bingung tdk ada satupun pengurusny yg ahlul bait.apa pendapat habib dan apakah aliran mereka sesat atau tidak.terimakasih atas jwbannya..
Assalamu'alaikum wr wb.

_________________Jawab (Habib Munzir) :_________________

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Cahaya Keberkahan Lailatul Qadr semoga selalu menerangi hari hari anda dengan kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,
syiah mempunyai banyak golongan yg terpecah pecah, saya belum pernah mendengar kelompok yg di Jogja ini, namun jika mereka terbukti telah menyalahkan para sahabat dan khulafa'urrasyidin maka mereka sesat, dan sebagian besar syiah demikian

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam


_________________Tanya (wiribi) :_________________

Salam Habib yang dirahmati Allah Swt.

Ana mau tanya, antum mengatakan bahwa sebagian besar Syiah itu sesat, berarti ada Syiah yang tidak sesat, Syiah yang manakah itu?

Syukran

_________________Jawab (Habib Munzir) :_________________

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Rahmat dan kebahagiaan semoga selalu menyelimuti hari hari anda

Saudaraku yg kumuliakan,
beribu maaf selama 10 hari tidak online hingga tak bisa untuk menjawab pertanyaan anda

saudaraku, syiah yg tidak sesat adalah mereka yg mengikuti ahlussunnah waljamaah, tidak mencaci sahabat, memuliakan mereka, namun mereka memuliakan dan mendahulukan ahlulbait Rasul saw dalam segala hal, kelompok ini sangat sedikit, mereka termasuk golongan ahlussunnah waljamaah, namun condong pada ahlulbait dalam segala hal, dan mereka mengaku sebagai syiah karena menurut mereka bahwa ahlussunnah waljamaah kurang memuliakan ahlulbait Rasul saw.

hal seperti ini wajar saja dan bisa dimaklumi selama tidak bertentangan dg syariah.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam

_________________Tanya (wiribi) :_________________

Salam Habib yang dirahmati Allah.

Bagaimana kalau sahabat itu membangkang perintah Nabi Saw atau membunuh keluarganya yang suci. Bukankah dia layak untuk dicela dan dilaknat? Sebagai contoh; orang-orang dari golongan Bani Umayyah seperti Mu'awiyah atau Yazid yang katanya seorang khalifah atau sahabat dari kalangan Ahlussunnah, akan tetapi mereka telah berani melakukan kejahatan maha agung di alam semesta ini kepada Nabi Saw? Mereka telah melakukan penghianatan kepada Rasulullah Saw dengan menginjak-injak keluarganya hingga membunuh dengan sadis putra kesayangan Rasul Saw, yaitu Imam Husain bin Ali di padang Karbala beserta keluarga dan sanak kerabat dan juga sahabat-sahabat imam, merampas putri-putri Rasulullah Saw yang juga putri-putri Imam Ali!

Muawiyah dan Yazid, layakkah mereka diberi gelar sahabat dan khalifah? Bukankah mereka lebih layak dicaci dan dilaknat?

_________________Jawab (Habib Munzir) :_________________ ( - mngkin salah ketik pada kalimat Yazid dan Muawiyah, mksdnya mgkin Yazid bin Muawiyah, tmbahan : awi sirep - ) _________________

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Kesejukan Rahmat Nya dan Keindahan Dzat Nya swt semoga selalu menaungi hari hari anda dg kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,
ada hal yg perlu diklarifikasi dalam sejarah,

pembunuhan atas Imam Husein ra bukan oleh Muawiyah, tapi oleh Yazid dan Muawiyah.

tidak terjadi perampasan putri putri keturunan Imam Ali kw.

mengenai kejadian ini adalah cobaan yg demikian dahsyat, dan Muawiyah ra ini dihasud oleh musuh musuh islam dari kaum munafikin bahwa Ali bin Abi Thalib kw membiarkan berkeliarannya pembunuh Khalifah Utsman ra, Muawiyyah ra termakan hasutan, sebagaimana beberapa sahabat lainnya, namun Muawiyyah dikabarkan Taraju' dan berwasiat kepada putranya Yazid untuk mengembalikan kepemimpinan Khalifah kepada putra putra Imam Ali kw.

Muawiyah ra wafat dalam tobat dan islam dan Iman, hal ini diakui oleh Jumhur Imam Imam Ahlulbait dan Imam Imam Ahlussunnah waljamaah diluar ahlulbait.

mengenai Yazid bin Muawiyah memang merupakan penguasa dhalim, namun iapun termakan hasutan kaum munafikin yg mengatakan bahwa Imam Husein ra datang membawa pasukan untuk merebut kekuasaan, dan memang tampaknya secara dhahihrnya memang demikian,
karena Imam Husein ra memang diundang oleh kaum khawarij untuk di Bai'at sebagai Khalifah, maka Imam Husein ra pun terpancing untuk menerima undangan kaum khawarij, lalu kabar sampai pada Yazid dan ia mengeluarkan pasukannya untuk menghabisi Imam Husein ra yg disangka akan memberontak dan merebut khilafah,

maka pembantaian terjadi, kita tidak menyangkal bahwa perbuatan itu adalah kedhaliman yg nyata.

namun kita tetap berjalan dg syariah dan Iman, apa yg diperbuat oleh Imam Ali Zainal Abidin putra Imam Husein ra?, apakah ia mencaci Yazid dan Muawiyah?

apa yg diperbuat Imam Jakfar Asshadiq ra, apakah ia mencaci mereka?,

munculkan satu dalil yg memperbolehkan mencaci muslimin?, sedangkan Rasul saw telah jelas jelas melarang kita mencaci orang yg telah mati, sebagaimana sabda Rasul saw : "Janganlah kau caci orang yg telah mati, karena mereka telah berlalu kepada Allah" (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).

apa urusan kita ikut ikut urusan yg telah terjadi 14 abad yg silam dg ikut ikut mencaci?, sebenarnya hal seperti ini mesti diadili, bukan dicaci, karena caci maki tidak membawa manfaat, bahkan akan membuat dosa dosa orang yg dicaci itu terhapus.

namun untuk diadili maka sudah terlambat karena ia telah wafat, biarlah pengadilan Allah swt yg Maha Adil yg akan mengadili dg seadil adilnya, apakah kita merasa lebih berhak dari Allah swt untuk mengadili hamba hamba Nya?,

kita berpanut pada Imam Imam kita dari golongan Ahlulbait dan bukan Ahlul bait yg tidak mencaci Muawiyah dan Yazid, mereka para Imam Imam kita berpanut pada Rasulullah saw, dan Rasul saw sudah tahu bahwa cucunya akan dibantai begitu rupa, namun beliau saw tak mencaci mereka.

singkatnya saudaraku, jika kita mengakui cinta pada ahlulbait dan berada di fihak ahlulbait, maka ikutilah ajaran imam imam ahlulbait, bagaimana budi pekerti mereka terhadap musuh, bagaimana sucinya jiwa mereka dari mencaci, bagaimana indahnya akhlak mereka pada semua makhluk Allah swt, mereka mewarisinya dari Rasulullah saw,

jika kita mencaci maki, maka siapa yg kita ikuti?, kita hanya mengikuti hawa nafsu saja, dan justru hal ini membuat kita terlempar dari kelompok Imam Imam Ahlulbait karena kita berkhianat pada mereka dan keluar dari bimbingan mereka dan mengatasnamakan hal ini sebagai ajaran ahlul bait.

maka saudaraku hindarilah caci maki.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam

_________________Tanya (wiribi) :_________________

Salam Habib yang penuh dengan kedamaian

Afwan habib, sepertinya antum sudah berprasangka buruk kepada Imam Husain. Imam Husain tidak pernah sedikitpun dipikirannya terbesit untuk melakukan pemberontakan demi merebut kekuasaan tahta di dunia. Bagaimana mungkin seorang dari Ahlulbait Nabi yang telah disucikan Allah, dan telah disabdakan oleh datuknya Saw bahwa Imam Husain adalah pemimpin pemuda di surga, akan tergiur dengan perebutan kekuasaan? Tidak mungkin Habib yang mulia.

Imam Husain berkata, “Demi Allah. Aku tidak keluar ke Karbala ini dengan keangkuhan dan mencari perang. Sungguh aku keluar ke sini untuk mencari ishlah demi kepentingan umat datukku Muhammad saw. Aku ingin menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Aku ingin berjalan di jalannya datukku Muhammad dan ayahku AlĂ® al-Murtadha.”

Imam Husain tidak mungkin salah dalam memilih jalannya. Sehingga jelas bahwa kekuasaan pada saat itu berada di tangan orang yang dzalim dan durhaka Yazid bin Mu'awiyah beserta para pengikutnya yang memerangi Imam hingga terbunuh syahid di padang Karbala.

Benar apa yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw, Dari Jarir (bin Abdullah Albajali), Nabi saw berkata kepadanya ketika Haji Wada' (haji terakhir dalam hidupnya Nabi saw), "Suruh tenanglah orang banyak itu (para sahabat disekitar Nabi)!" Kemudian beliau bersabda, "Janganlah kamu KAFIR kembali sesudahku, dimana sebagian kamu memenggal leher yang lain" (Sahih Bukhari juz 1 Bab Ilmu)

Disini sangat jelas kekafiran Yazid bin Mu'awiyah disini dengan melakukan kejahatan yang tak pernah dilakukan oleh orang paling jahat sekalipun di dunia ini kecuali Yazid dan para pengikutnya yang telah membunuh dan memenggal kepala Imam Husain beserta keluarga dan para sahabatnya, dia telah membunuh keluarga suci pengemban risalah kenabian, keluarga suci tempat turunnya para malaikat dan keberkahan, keluarga suci Muhammad Saw.

Inilah kejahatan yang tiada tara di alam semesta ini yang tertimpa kepada keluarga Nabi. Terungkaplah bahwa sebagian sahabat telah kafir sepeninggal Rasulullah Saw.

"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya." (QS. An-Nisaa: 93)

Bagaimana mungkin umat manusia yang mengetahui hal ini dan menyaksikannya tidak melaknat perbuatan yang maha dzalim ini dan melupakannya begitu saja? Melaknat orang-orang yang dzalim adalah bukan hawa nafsu tetapi ajaran Al-Quran itu sendiri. Sungguh, Nabi dan keluarganya pun juga melaknatnya.

"Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya" (QS. Ali-Imran:88)

Imam Husain telah dijuluki oleh seluruh ulama bahwa beliau adalah pemimpin para Syuhada (rajanya orang-orang yang mati syahid). Mati syahid berarti mati dijalan Allah, berarti mati dalam kebenaran yang nyata demi tegaknya agama Muhammad Saw (bukan karena perebutan kekuasaan), sehingga dengan sangat jelas bahwa lawannya adalah berada pada kekafiran yang sangat nyata.


_________________Tanya (wiribi) :_________________


Salam Habib yang dirahmati Allah.

Mengenai mencela atau mencaci, bukankah Mu'awiyah sendiri telah mencaci Ahlulbait Nabi? Dia telah mencaci Imam Ali bin Abi Thalib. Banyak dikalangan ulama Ahlussunnah itu sendiri telah menuliskan di dalam kitab-kitab besar mereka bahwa Mu'awiyah selalu melakukan cacian dan makian hingga melaknat Imam Ali di setiap mimbar-mimbar Shalat Jumat. Layakkah Mu'awiyah dikatakan sahabat atau khalifah Nabi yang dengan jelas menunjukkan kebenciannya kepada Ahlulbait Nabi khususnya kepada Imam Ali?

Di antara bukti yang memperjelas kekafiran Mu'awiyah dan sahabatnya adalah perintahnya terhadap kaum Muslimin untuk melaknat Ali dan memaksa mereka agar melakukannya dengan ancaman yang berat. Dia perintahkan orang-orang agar melakukan kemungkaran tersebut pada setiap khutbah Jumat mereka. Perbuatan Mu'awiyah ini telah tertulis dengan sangat jelas di dalam banyak kitab sejarah, baik yang bersumber dari kalangan Syiah sendiri ataupun dari kitab-kitab besar tarikh dan/atau hadits kalangan Ahlussunnah Wal Jama'ah.

Mu'awiyah membunuh kaum Mukmin yang berusaha mencegah dan membangkang peraturan itu seperti Hujr bin Adi dan para sahabatnya. Seluruh ulama Mazhab Islam telah menetapkan hadits mutawatir ketika Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa mencaci Ali, berarti dia telah mencaci diriku dan barang siapa mencaciku, berarti dia telah mencaci Allah Swt!"

Banyak dari kalangan ulama besar Ahlussunnah seperti Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya Al-Musnad, An-Nasa'i dalam kitabnya Al-Khasha'is, Al-Tsa'labi dalam tafsirnya, Fakhrurrazi dalam kitab tafsirnya, Ibnu Abi Al-Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah, Allamah Al-Kanji Asy-Syafi'i dalam Kifayatut Thalib, Sabath bin Al-Jauzi dalam Al-Tadzkirah, Syaikh Al-Qundusi Al-Hanafi dalam Yanabi' AL-Mawaddah, Allamah Al-Hamdani dalam Mawaddatu al-Qurba, Al-Dailami dalam Firdaus, Syaikh Muslim bin Hajjaj dalam Shahih-nya (Shahih Muslim), Muhammad bin Thalhah dalam Mathalibu al-Su'al, Ibnu Shabagh al-Maliki dalam al-Fushul, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, Al-Khatib al-Khawarizmi dalam Al-Manaqib, Syaikhul Islam Al-Humawaini dalam Al-Fara'idh, Al-Faqih Asy-Syafi'i Ibnu Al-Maghazili dalam Al-Manaqib, Thabari dalam Adz-Dzakha'ir, Ibnu Hajar dalam As-Sawa'iq al-Muhriqah dan lain-lainnya dari para ulama besar Anda (Ahlussunnah wal Jama'ah).

Hadis yang diriwayatkan oleh mereka sangatlah banyak, di antaranya sabda Nabi Saw, "Barangsiapa menyakiti Ali, maka dia telah menyakitiku, dan barangsiapa yang menyakitiku maka laknat Allah baginya."

Ibnu Hajar meriwayatkan sebuah hadis yang lebih umum dan lebih mencakup persoalan di atas, yaitu dalam al-Shawa'iq bab tentang peringatan bagi orang-orang yang membenci Ali, ia berkata bahwa Nabi Saw bersabda, "Wahai Bani Abdul Muthalib! Aku memohon kepda Allah bagi kalian tiga hal; Agar menguatkan kedudukan kalian, memberikan petunjuk bagi orang yang masih tersesat di antara kalian, dan mengajarkan orang-orang yang bodoh di antara kalian, dan aku juga memohon kepada Allah agar kalian menjadi orang-orang yang mulia dan pengasih. Oleh karena itu apabila ada seseorang yang menganggap dirinya suci, membasuh kakinya dan sebagian tubuhnya untuk berwudhu kemudian ia shalat dan berpuasa tetapi dia membenci Ali dan Ahlulbaitku, dia akan masuk neraka."

Dalam hadis lain Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa menjelek-jelekkan Ahlulbaitku maka ia termasuk orang yang murtad kepada Allah dan keluar dari Islam dan barangsiapa menyakiti Ahlulbaitku maka laknat Allah kepadanya dan barang siapa menyakitiku di dalam Ahlulbaitku, maka ia telah menyakiti Allah. Sesungguhnya Allah mengharamkan surga kepada orang-orang yang menzalimi Ahlulbaitku atau memerangi mereka, atau membantu atas pembunuhan terhadapnya, atau orang-orang yang menghinanya."

Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnad, dan yang lainnya dari ulama-ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah, bahwasannya Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa menyakiti Ali, maka pada hari kiamat akan dibangkitkan dalam keadaan Nasrani atau Yahudi."

Ibnu Al-Atsir dalam kitabnya Al-Kamil serta yang lainnya dari ahli sejarah Ahlussunnah bahwa terbukti Mu'awiyah ketika melaksanakan doa qunut pada shalat Shubuh, ia melaknat Imam Ali, Al-Hasan, Al-Husain, Ibnu Abbas dan Malik Al-Asytar.

Apa yang Antum katakan setelah disampaikannya hadis-hadis yang terdapat dalam kitab-kitab ahli hadis dari kalangan Ahlussunnah itu sendiri, tidak ada seorangpun dari ulama besar Ahlussunnah Wal Jama'ah yang mengingkarinya.

Seluruh ulama telah mengetahui bahwa diantara masalah pokok dalam Islam yang telah disepakati adalah barangsiapa melaknat atau menghina Allah Swt dan Rasul-Nya maka ia adalah orang kafir yang najis dan terlaknat.

Ada sebuah hadis yang telah diriwayatkan oleh Allamah Al-Kanji Asy-Syafi'i, seorang ahli fiqih Ahlussunnah di dua tanah suci Makkah dan Madinah, juga seorang pemberi fatwa Iraq dan ahli hadis di negri Syam. Hadis ini juga bersumber dari seorang Ahlussunnah hafizh atau penghafal Al-Quran, Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf Al-Quraisyi, yang terkenal dengan Allamah Al-Kanji, penulis kitab Kifayatut Thalib, dinukil dalam bab 10 dengan sanad yang bersambung kepada Ya'qub bin Ja'far bin Sulaiman, ia berkata, saya berada bersama bapakku, Abdullah bin Abbas dan Said Ibnu Jabir yang membawa kami melewati tepian sumur Zamzam. Tiba-tiba ada sebuah kaum dari penduduk Syam yang mencerca Ali, Abdullah bin Abbas kemudian berkata kepada Said, 'Kembalilah kepada mereka.' Dan ketika unta yang mereka tumpangi tiba di tempat mereka berkumpul, Ibnu Abbas berkata, 'Adakah di antara kalian yang sedang menghina Allah?' Mereka berata, 'Mahasuci Allah! Tak seorang pun di antara kami yang menghina Allah!' Ibnu Abbas melanjutkan, 'Adakah di antara kalian yang sedang menghina Nabi Saw?' Mereka menjawab, 'Tentu tidak seorang pun dari kami yang menghina Nabi Saw.' Ia berkata, 'Siapa di antara kalian yang menghina Ali bin Abi Thalib?' Mereka serempak berkata, 'Kalau ini memang ada.' Dia berkata, 'Saya bersaksi kepada Nabi Saw bahwa saya telah mendengar darinya pernah berkata kepada Ali, 'Barangsiapa menghinamu berarti ia telah menghinaku dan barangsiapa menghinaku ia telah menghina Allah, dan barangsiapa menghina Allah, ia akan dicampakkan ke dalam api neraka!"

Hadis ini diriwayatkan oleh banyak para ulama besar Ahlussunnah yang sanadnya bersambung ke Ibnu Abbas. Mereka itu antara lain adalah Allamah al-hafizh al-Faqih Ibnu al-Maghazili dalam kitabnya Manaqib al-Imam Ali, dalam hadis no. 447. Dikeluarkan juga oleh al-Muhibb at-Thabari dalam kitab Riyadh an-Nadhirah, juz 2 melalui jalan al-Malla dalam kitab sejarahnya. Demikian pula al-Muwafiq al-Khawarizmi meriwayatkan di dalam kitabnya Manaqib, Allamah Zarnadi dalam kitab Nuzhum Durur al-Samthain.

Banyak dari kalangan ulama besar Ahlusunah meriwayatkan dari Nabi Saw, dengan sabdanya, "Barangsiapa mencintai Ali, ia adalah orang mukmin dan barangsiapa membencinya, ia adalah orang munafik." Hadis semacam ini banyak diriwayatkan oleh para ahli hadis besar dari kalangan Ahlussunnah, seperti Jalaluddin As-Suyuti dalam Ad-Durr Al-Mantsur, Al-Tsa'labi dalam kitab Tafsir-nya, Allamah Al-Hamdani dalam Mawaddatu Al-Qurba, Ahmad bin Hanbal dalam Musnad, Ibnu Hajar dalam Shawa'iq, Al-Khawarizmi dalam Manaqib, Allamah Ibnu Maghazili dalam Manaqib, Hafizh al-Qunduzi al-Hanafi dalam Yanabi al-Mawaddah, Ibnu Abi Al-Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah, Thabrani dalam Aushath, Muhibb Thabari dalam Dzakha'irul Uqbah, An-Nasa'i dalam Khashais, Allamah Al-Kanji Asy-Syafi'i dalam kitab Kifayatut Thalib, Muhammad bin Thalhah dalam Mathalibu al-Su'al, Sabath al-Jauzi dalam Tadzkiratul Khawash, Ibnu al-Shabagh al-Maliki dalam Fushul Al-Muhimmah, dan lain-lainnya.

Mereka seluruhnya mengeluarkan hadis dengan sanad-sanad mereka dan dengan jalan yang beragam pula, sehingga kedudukan hadis itu termasuk dalam kategori hadis Mutawatir, dimana semua telah bersepakat bahwa orang munafik dan orang kafir yang disebabkan karena mencaci dan menyakiti Ali bin Abu Thalib, niscaya akan masuk neraka.

Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik berada di bagian paling bawah dari api neraka.” (QS. An-Nisa: 154)

Disebutkan oleh ulama Ahlussunnah Ibnu Shabagh al-Maliki di dalam kitab al-Fushul al-Muhimmah yang dinukil dari kitab al-Ali, karangan Ibnu Khalawiyah dari Abu Sa’id Al-Khudri, Nabi Saw berkata kepada Ali, “Kecintaan kepadamu merupakan keimanan. Rasa benci kepadamu adalah kemunafikan. Orang yang pertama kali masuk surga adalah orang yang mencintaimu dan orang yang pertama kali masuk neraka adalah orang yang membencimu.”

Diriwayatkan oleh ulama Ahlussunnah al-Hamdani dalam kitabnya Mawaddah al-Qurba, bab Mawaddah ketiga, juga Syaikh Islam Ahlussunnah Humawaini dalam kitabnya Fara’idus Simthain, Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada orang yang mencintai Ali kecuali orang mukmin dan tidak ada yang membencinya kecuali orang kafir.” Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Nabi Saw berbicara kepada Ali, ‘Tidak ada yang mencintaimu kecuali orang mukmin, dan tidak ada yang membencimu kecuali orang munafik.” (Terdapat juga di kitab Nahjul Balagah khutbah ke-22, 148, 172 dan 156. Kitab al-Imamah wa al-Siyasah hal 48, ulama besar Ahlussunnah Ibnu Qutaibah)

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Thalhah dalam kitabnya Mathalib al-Sual dan Ibnu Shabagh al-Maliki dalam al-Fushul meriwayatkan dari Imam at-Turmudzi dan An-Nasa’i dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata, “Saya tidak pernah mendapatkan orang munafik pada masa Rasulullah kecuali mereka yang membenci Imam Ali!”

Perang Nahrawan menentang Ali, penipuan Mu'awiyah terhadap Imam Hasan, cacian Muawiyah di atas mimbar terhadap Ali di masjid-masjid, perlantikan Yazid, seorang peminum arak, pembunuhan Imam Husain, anak-anak dan keluarganya serta sahabatnya sebanyak 72 orang, pembunuhan massal di Madinah yang diketuai oleh Muslim bin Uqbah, panglima Yazid, 80 orang sahabat Nabi yang telah menyertai Perang Badar dibunuh dalam Perang al-Hurrah. Bukti-bukti ini juga dapat Antum temui di dalam kitab Ahlussunnah Ibn Qutaibah, Al-Imamah wal-Siyasah, I, hlm. 216

Begitu jelas Bani Umayyah mencaci Ali di atas mimbar masjid selama 70 tahun, bermula dari Muawiyah, berterusan sehingga pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Cacian dihentikan selama dua tahun lebih, kemudian diteruskan semula. Lihatlah dalam kitab Ahlussunnah As-Suyuti, Tarikh al-Khulafa', hlm. 243.

Terungkaplah dengan sangat jelas kekafiran dan kemunafiqan Mu'awiyah yang telah mencaci maki dan melaknat secara terang-terangan kepada Ahlulbait Nabi. Bukti-bukti telah/akan terlihat jelas apabila kita benar-benar mengkaji Agama dengan menyeluruh dengan hati yang bersih dan menghilangkan segala bentuk fanatisme mazhab.

Habib yang saya cintai, layakkah orang yang akan masuk Neraka Jahannam itu diberi gelar Khalifah atau sahabat Nabi?


_________________Jawab (Habib Munzir) :_________________

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Kesejukan Rahmat Nya dan Keindahan Dzat Nya swt semoga selalu menaungi hari hari anda dg kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,
anda keliru memahami ucapan saya, Imam Husein adalah datukku dan pada tubuh ini mengalir darah Imam Husein ra.

bukan merebut tahta keduniawian sebagaimana tuduhan anda kepada saya, dan kalimat itu tak ada dalam ucapan saya diatas, cuma anda mesti berhati hati akan racun syiah yg selalu memandang dari segi yg buruk daripada segi yg baik pada sahabat Rasul saw.

dan dalam hal ini kebenaran adalah jelas di fihak Imam Husein ra, namun Yazid terpancing hasutan, yg mengatakan bahwa Imam Husein ra datang ingin merebut kekuasaannya.dan Yazid telah berbuat dhalim kepada Imam Husein ra.

namun sebagaimana saya jelaskan bahwa Rasul saw dan seluruh pembesar ahlulbait tak mengajarkan mencaci muslim.

mengenai hadits riwayat Shahih Bukhari yg anda sampaikan pd kejadian hujjatul wada, baiknya anda jangan berfatwa buta, lihat makna hadits tsb, bagaimana asbab wurudnya,

jika semua orang yg memerangi muslim adalah kafir, lalu bagaimana dengan Imam Ali kw yg juga memerangi orang muslim yaitu Ummulmukminin Aisyah ra dan sahabat lainnya?,
maka dengan penyampaian anda ini anda telah mengkafirkan imam Ali kw dan pengikutnya saat saling bunuh di perang Jamal?

silahkan laknat Imam Ali kw karena beliau juga memimpin perang melawan Istri Rasulullah saw.

tentunya ini pendapat hawa nafsu, cukupkanlah dari mencaci orang muslim, lihat ucapan ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:
“ Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan : “Yaa Allah tahanlah pertumpahan darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka” (Nahjul Balaghah – 323)

Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam Ali kw?

satu pertanyaan saya yg menjawab semua pernyataan anda, adakah Imam Ali kw mencaci Muawiyah ra, adakah Imam Husein ?, atau Imam Hasan?, atau Imam Ali Zainal Abidin ra mencaci orang yg membunuh ayahandanya?, adakah Imam Muhammad Al Baqir?, atau Imam Jakfar Asshadiq.?,

lalu siapa yg anda ikuti?, bukankah kalian mengaku mencintai Ahlulbait?

kami ahlussunnah waljamaah mengikuti ajaran Imam Imam ahlulbait, kalian mengikuti siapa?, atau kalian merasa lebih benar dan lebih tahu islam dari Imam Ali kw?, atau lebih benar dari Imam Imam Ahlulbait?

Demikian saudaraku yg kumuliakan, cobalah berfikir dengan Iman, tidak usah berfatwa dengan hawa nafsu, cukup ikuti perbuatan Imam Ali kw, ikuti perbuatan Imam Imam Ahlulbait, bagaimana sujud mereka, akhlak mereka pada teman dan musuh, inilah pengikut ahlulbait.

semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam

__________________SELESAI________________________________

..............................................

ini msing hnya ksimpulan dri awi aja.. oke..

syiah masing myakini Muawiyah ra mnyuruh rang2 mencaci maki ahlul bait Nabi SAW.. hnya masing ahlul Bait Nabi SAW tdk prnah mngajarkan mncaci maki...

jd klo mang syiah mngaku mahzab ahlul bait.. tp masing mencaci para Sahabat & Isteri Nabi SAW.. mk pda dasarnyaa pngakuan mahzab ahlul bait adlh dusta...

klo seandainya Muawiyah ra mang mnyuruh mencaci maki (sperti kyakinan syiah)... maka nyang benar mahzab mrk adlh mahzab Muawiyah...

Tidak ada komentar:

mari bersama mengembalikan kehidupan Islam.