Jumat, 11 Desember 2009

AL-GHUMAISHA’ BINTI MILHAN UMMU SULAIM RADHIYALLAHU ‘ANHA

Kita berbicara tentang kaum wanita yang patut diteladani, dan kita tidak bisa melupakan seorang wanita yang mencapai derajat kemauan tertinggi dan mendapatkan kabar gembira (bahwa dia akan masuk) Surga, sedangkan dia berjalan di permukaan bumi. Dari wanita inilah kita belajar kemuliaan, kesabaran, dan memberi sumbangsih di jalan agama ini.

Ia adalah al-Ghumaisha' binti Milhan Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘anha, yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentangnya:

“Aku memasuki Surga lalu aku mendangar suara, maka aku bertanya, ‘Siapakah ini?’ Mereka berkata, ‘Ini adalah al-Ghumaisha’ binti Milhan, Ummu Anas bin Malik.’” [1]

Bagaimana kisah Shahabiyah yang mulia ini?

Pertama : Mari Kita Dengar Kisah Pernikahannya.
An-Nasa-i meriwayatkan dari hadits Anas Radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan: “Abu Thalhah (datang) melamar, lalu Ummu Sulaim berkata, ‘Demi Allah, orang semisalmu, wahai Abu Thalhah, tidak akan ditolak. Tetapi engkau adalah pria kafir sedangkan aku wanita muslimah, dan tidak halal bagiku menikahimu. Jika engkau masuk Islam, maka itulah maharku dan aku tidak meminta kepadamu selainnya. Kemudian dia masuk Islam, lalu hal itu menjadi maharnya.’ Tsabit berkata, ‘Aku tidak mendengar seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya dibanding Ummu Sulaim, (maharnya) yaitu Islam.’” [2]

Kedua : Kesabarannya.
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa seorang anak dari Abu Thalhah sakit. Ketika Abu Thalhah keluar, anak itu meninggal. Ketika Abu Thalhah kembali, dia bertanya, “Bagaimana anakku?” Ummu Sulaim menjawab, “Ia dalam kondisi sangat tenang,” seraya menghidangkan makan malam kepadannya, dan dia pun makan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Ummu Sulaim berkata, “Jangan beritahukan kepada Abu Thalhah tentang kematian anaknya.” Kemudian ia melakukan tugasnya sebagai isteri kepada suaminya, lalu suaminya berhubungan intim dengannya. Ketika akhir malam, ia berkata kepada suaminya, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu bila keluarga si fulan meminjam suatu pinjaman, lalu memanfaatkannya, kemudian ketika pinjaman itu diminta, mereka tidak suka?” Ia menjawab, “Mereka tidak adil.” Ummu Sulaim berkata, “Sesungguhnya anakmu, fulan, adalah pinjaman dari Allah dan Dia telah mengambilnya.” Abu Thalhah beristirja’ (mengucapkan: Innaa lillaahi wa innaaa ilaih raaji’uun) dan memuji Allah seraya mengatakan, “Demi Allah, aku tidak membiarkanmu mengalahkanku dalam kesabaran.” Pada pagi harinya, dia datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala beliau melihatnya, beliau bersabda, “Semoga Allah memberkahi kalian berdua di malam hari kalian.” Keberkahan itu, sejak malam itu, mencakup ‘Abdullah bin Abi Thalhah, dan tidak ada pada kaum Anshar seorang pemuda yang lebih baik darinya. Dari ‘Abdullah tersebut lahirlah banyak anak, dan ‘Abdullah tidak meninggal sehingga dia dikaruniai sepuluh anak yang semuanya hafal al-Qur-an, dan dia wajat di jalan Allah. [3]

Ketiga : Jihadnya Di Jalan Allah.
Muslim meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ‘anhu bahwa pada perang Hunain, Ummu Sulaim membawa pisau kecil. Senjata itu bersamanya. Ketika Abu Thalhah melihatnya, maka dia mengatakan, “Wahai Rasulullah! Ini adalah Ummu Sulaim, ia membawa pisau kecil.” Mengetahui hal itu, beliau bertanya, “Untuk apa pisau kecil ini?” Ia menjawab, “Aku membawanya; jika seorang dari kaum musyrik mendekat kepadaku, maka aku robek perutnya dengannya.” Mendengar hal itu beliau tertawa. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, akan kubunuh orang-orang yang masuk Islam setelah kita dari kalangan thulaqa' [4] yang melarikan diri darimu!” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Ummu Sulaim, Allah telah mencukupi dan berbuat baik.” [5]

Keempat : Kemuliaannya Di Rumahnya.
Kita masih membicarakan Shahabiyah mulia ini, dan kita akan mendengarkan tentang kemuliaannya di rumahnya dan pengetahuannya bahwa Allah Azza wa Jalla akan memberi ganti kepada orang-orang yang berinfak. [6]

Dalam Shahiih al-Bukhari dari hadits Anas Radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan bahwa Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim, “Aku telah mendengar suara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan lemah yang aku ketahui beliau sedang lapar; apakah engkau mempunyai sesuatu?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu ia mengeluarkan sejumlah roti yang terbuat dari gandum, kemudian mengeluarkan kerudungnya lalu membungkus roti tersebut dengan sebagiannya. Kemudian ia melilitkannya di bawah tanganku, lalu mengutusku kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku pun pergi dan menjumpai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid bersama sejumlah orang. Ketika aku berada di hadapan mereka, beliau bertanya kepadaku, “Apakah Abu Thalhah mengutusmu?” Aku menjawab, “Ya.” Beliau bertanya, “Dengan membawa makanan?” Aku menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang-orang yang bersamanya, “Berdirilah!” Beliau beranjak dan aku pun beranjak dari hadapan mereka hingga aku sampai kepada Abu Thalhah, lalu aku mengabarkan kepadanya. Abu Thalhah berkata, “Wahai Ummu Sulaim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah datang bersama sejumlah orang, sedangkan kita tidak mempunyai sesuatu untuk menjamu mereka.” Ia menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Lalu Abu Thalhah pergi hingga bertemu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. datang dan Abu Thalhah menyertainya, lalu beliau berkata, “Kemarilah wahai Ummu Sulaim, apa yang engkau miliki?” Maka ia membawa roti tersebut. Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. memerintahkan untuk membukanya, dan Ummu Sulaim membuat kuah untuk menguahinya. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. mengatakan pada makanan itu apa yang hendak dikatakannya, kemudian beliau bersabda, “Izinkanlah untuk sepuluh orang orang!” Maka makanan itu mengizinkan mereka, lalu mereka makan hingga kenyang, lalu mereka keluar. Kemudian beliau bersabda, “Izinkanlah untuk sepuluh orang!” Maka ia mengizinkan mereka, lalu mereka makan hingga kenyang. Lalu beliau bersabda, “Izinkahlah untuk sepuluh orang!” Maka ia menginzinkan mereka, lalu mereka makan hingga kenyang, kemudian mereka keluar. Selanjutnya beliau mengatakan, “Izinkan untuk sepuluh orang!” Kemudian mereka semua makan hingga kenyang. Mereka semua berjumlah 70 atau 80 orang. [7]


[Disalin dari kitab Isyratun Nisaa Minal Alif Ilal Yaa, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Nikah Dari A Sampai Z, Penulis Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, Penterjemah Ahmad Saikhu, Penerbit Pustaka Ibnu Katsair]
__________
Foote Note
[1]. HR. Muslim (no. 2456) kitab Fadhaa-ilush Shahaabah, Ahmad (no. 13102).
[2]. HR. An-Nasa-i (no. 3341) kitab an-Nikaah, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiih an-Nasa-i.
[3]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5470) kitab al-‘Aqiiqah, Muslim (no. 2144), kitab Fadhaa-ilush Shahaabah, Ahmad (no. 11617).
[4]. Ath-thulaqa’ adalah orang-orang yang masuk Islam dari penduduk Makkah pada hari penaklukan Makkah. Mereka dinamakan demikian karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memberi kebebasan kepada mereka, dan keislaman mereka sangatlah lemah. Oleh karena itu, Ummu Sulaim berkeyakinan bahwa mereka itu munafik yang berhak dibunuh karena mereka melarikan diri.
[5]. HR. Muslim (no. 1809) kitab al-Jihaad was Siyar, Abu Dawud (no. 3718) kitab al-Jihaad, Ahmad (no. 11698).
[6]. Fiqhut Ta’aamul Bainaz Zaujaini, al-'Adawi (hal. 100).
[7]. HR. Al-Bukhari (no. 3578) kitab al-Manaaqib, Muslim (no. 2040) kitab al-Asyribah, at-Tirmidzi (no. 3630) kitab al-Manaaqib, Ahmad (no. 13135), Malik (no. 1725) kitab al-Jaami’, ad-Darimi (no. 43), kitab al-Muqaddimah. almanhaj.or.id

Oleh Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq

Menjadi Ibu Rumah Tangga, Mengapa Harus Malu ??

“Ah,…Cuma ibu rumah tangga aja kok!” dengan malu-malu dan tersipu seorang akhwat menjawab pertanyaan kawannya tentang aktifitas apa yang di gelutinya sekarang. Sedangkan di kalangan ikhwan yang pernah penulis temui, ada diantara mereka yang malu untuk menjawab profesi istrinya bila istrinya bukan seorang dokter, insinyur, guru, atau profesi terhormat lainnya. Maka jawaban yang muncul adalah :” biasa di rumah saja, mengurus anak-anak, Cuma ibu RT aja,… ga ada aktifitas lainnya!” Duh,sebegitu hinakah profesi ini ?
Padahal ketika penulis berinteraksi dengan wanita barat sewaktu di negeri Kanguru diantara mereka ada yang menjawab, “Wow, profesi yang hebat tidak semua wanita mau menekuninya, I can’t do that!” Ya,..karena mereka melihat betapa sulitnya untuk menjadi istri sekaligus ibu yang baik bagi anak-anak. Saking beratnya, mereka memilih memasukkan anak-anak mereka di child care. Anda akan melihat dengan mata kepala sendiri panjangnya daftar antrian para orangtua yang ingin memasukkan anak-anak mereka ke tempat penitipan anak (childcare). Anda harus menunggu minimal selama 6 bulan sebelum nama anak anda di panggil*. Rata-rata mereka memilih bekerja daripada mengasuh anak dirumah. Suatu fakta yang tidak bisa di pungkiri bahwa para ibu dikalangan wanita barat memilih “melarikan diri” dari tugas dan tanggungjawabnya sebagai ibu dengan bekerja. Mereka bilang kepada penulis lebih mudah bekerja daripada tinggal dirumah mengasuh anak.Mengasuh anak membuatku stress! Itu yang penulis dengar. Bukankah itu suatu bukti bahwa mengurus anak-anak adalah suatu pekerjaan dan tanggung jawab yang berat? Lalu dimana penghargaan masyarakat kita terhadap ibu? Terlebih suami?

Itu baru dilihat dari satu sisi saja,…tidakkah anda melihat bahwa seorang istri atau ibu dirumah tidak pernah berhenti dari tugasnya?.Jika para suami mempunyai jam kerja yang terbatas antara 8-10 jam misalnya maka sesungguhnya seorang ibu rumah tangga mempunyai jam kerja yang lebih panjang yaitu selama 24 jam. Ia harus standby (selalu siap) kapan saja diperlukan. Bila diantara anggota keluarga ada yang sakit, siapakah yang bergerak terlebih dahulu? Bukankan seorang ibu/istri adalah dokter pribadi sekaligus perawat (suster) bagi suami dan anak-anaknya? Karena beliaulah yang akan berusaha meringankan beban sakit “sang pasien” dirumah sebelum di bawa kerumah sakit (yang sebenarnya) apabila ternyata sang ibu tidak sanggup mengobatinya. Pernahkah anda memikirkan berapa jumlah uang yang harus anda keluarkan untuk membayar seorang dokter dan perawat pribadi dirumah anda?

Bukankah seorang ibu juga seorang psikolog? Karena tentu anda melihat sendiri kenyataan ketika datang anak-anak mengeluh dan mengadu atas kesusahan atau penderitaan yang mereka alami maka sang ibu berusaha mencari jalan keluar dengan saran, nasehat dan belaian kasih sayang. Begitupula suami ketika merasa resah dan gelisah bukankah istri menjadi tempat curahan? Tak jarang para istri membantu suami meringankan dan memberi jalan keluar terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Penulis lihat sendiri betapa mahalnya bayaran seorang psikolog di Australia ada diantara mereka yang harus membayar $100 perjam dan tentu saja tidak ada jaminan mereka bisa membantu menyelesaikan masalah yang sedang anda hadapi.

Bukankan seorang istri/ibu dituntut untuk pandai memasak? Pernahkah anda membayangkan wahai para suami, anda memiliki juru masak dirumah yang selalu siap anda perintah kapan saja anda mau. Anda memiliki juru masak pribadi dirumah, ketika anda pulang ke rumah maka hidangan lezat tersedia bagimu dan juga untuk anak-anakmu. Pernahkah anda membayangkan berapa juta uang yang harus anda keluarkan untuk mengundang juru masak pribadi datang kerumah anda?

Masih banyak sisi lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Anda tentu pernah membaca syair Arab yang sangat terkenal yang berbunyi :” Al-Ummu madrasatun idza a’dadtaha ‘adadta sya’ban tayyibul ‘araq” maknanya "seorang ibu adalah sebuah sekolah. Jika engkau persiapkan dia dengan baik maka sungguh engkau telah mempersiapkan sebuah generasi yang unggul". Ditangan ibulah masa depan generasi sebuah bangsa.Karena itulah islam sangat menghormati dan menghargai profesi ini. Kenyataan yang tidak bisa di pungkiri bahwa kedudukan ibu tiga kali lebih tinggi dibandingkan sang ayah.** Karena Islam melihat tanggung jawab yang berat yang di emban seorang ibu, itu menandakan bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga adalah profesi yang mulia dan sangat terhormat. Lalu mengapa kita masih malu ya ukhti?? Ayo,..angkatlah wajahmu dan katakan dengan bangga bahwa aku adalah seorang “ibu rumah tangga!!” sebuah profesi yang sangat berat dan tentu saja pahala yang sangat besar Allah sediakan untukmu. Al-jaza’u min jinsil amal artinya balasan tergantung dari amal/perbuatan yang ia lakukan.Semakin berat atau sulit sebuah amal dilakukan seorang hamba maka pahala yang akan didapatinya pun semakin besar. Wallahu a’lam bisshawwab.
Footnote:

*Tak jarang para orang tua ada yang harus menunggu selama 1 tahun karena penuh dan banyaknya antrian (waiting list) dari tahun sebelumnya.

**Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia menceritakan, ada seorang yang datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam seraya bertanya :”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab: Ibumu! Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Ibumu! Jawab beliau. Lalu siapa lagi? Tanya orang itu, Beliaupun menjawab: Ibumu!, Selanjutnya bertanya:”Lalu siapa?” Beliau menjawab: Ayahmu” (Mutaffaqun Alaih).

Imam Nawawi mengatakan; Hadits tersebut memerintahkan agar senantiasa berbuat baik kepada kaum kerabat dan yang paling berhak mendapatkannya diantara mereka adalah ibu, lalu ayah dan selanjutnya orang-orang terdekat.

Didahulukannya ibu dari mereka itu karena banyaknya pengorbanan, pengabdian, kasih sayang yang telah diberikannya. Dan, karena seorang ibu telah mengandung, menyusui, mendidik, dan tugas lainnya” tutur para ulama (lihat Al-Jami’ Fi fiqh Nisa bab birru walidain Syaikh Kamil ‘Uwaidah)

Muraja’ah oleh : Ustadz Eko Hariyanto Lc
Written by Ummu Raihanah

KEBERSIHAN RUH KECANTIKAN

Senang berdandan merupakan tabiatnya wanita. Ingin selalu terlihat cantik dan menawan merupakan perkara yang lazim bagi mereka. Tak heran jika berbagai produk kosmetika dan pernak-pernik kecantikan yang menjamur di pasaran laku keras. Namun dalam urusan yang satu ini ada satu asas berhias yang kadang luput dari perhatian.

Asas dimaksud adalah kebersihan. Tidak terlalu berlebihan bila dikatakan: Kebersihan adalah ruh kecantikan. Tidak ada artinya berhias tanpa kebersihan. Sesuatu yang kotor dalam pandangan dan aroma yang tak sedap akan merusakkan kecantikan dan berhias itu sendiri. Karena itu kebersihan merupakan urusan pertama yang harus diperhatikan seorang wanita ketika ia akan berhias dan mempercantik dirinya.

Islam merupakan agama yang memperhatikan kebersihan, karena itu seorang muslimah yang menyandarkan dirinya kepada agama mulia ini selayaknya tidak meremehkan urusan tersebut. Paling tidak, ketika akan melaksanakan shalat lima waktu, seorang muslimah mencuci anggota-anggota wudhunya dengan baik yang berarti akan hilang darinya kotoran dan debu dalam waktu lima kali sehari semalam. Dan tidak ada hal paling besar yang dapat engkau lakukan, wahai muslimah, daripada engkau menjaga kebersihan tubuhmu dan engkau berhias sekaligus, yang dengan begitu engkau akan raih ridha Allah dan ridha suamimu sekaligus.

Air, satu alat berhias

Berbicara kebersihan, sedikit banyak terkait dengan air. Sebagai salah satu nikmat Allah yang agung, air merupakan sumber kehidupan dan juga sumber kebersihan. Bisa dikata, tidak ada satu kehidupan pun yang dapat lepas dari kebutuhan akan air. Dan air juga merupakan alat berhias dan mempercantik diri.

Jika berhias tanpa kebersihan tidak ada faedahnya, lebih-lebih kebersihan dan kecantikan tanpa membasuh diri dengan air, merupakan hal sia-sia. Mengapa demikian? Dengan air akan hilang kotoran yang merusak pandangan atau aroma yang mengganggu penciuman.

Yang dikatakan mandi tidaklah sekedar menuangkan air dalam jumlah yang banyak ke tubuh, namun yang penting bagaimana tubuh dapat mengambil faedah dari air tersebut. Rasul kita yang mulia, Muhammad shallallahu alaihi wasallam, adalah orang yang paling hemat dalam menggunakan air, “walaupun engkau berada di sungai yang airnya melimpah”, begitu kurang lebih nasehatnya kepada shahabatnya untuk hemat memakai air, padahal beliau shallallahu alaihi wasallam adalah manusia yang paling menjaga kebersihan.

Menjadikan air sebagai sarana berbersih diri tidak berarti kita harus memperbanyak mandi dalam sehari, melebihi kebiasaan yang lazim. Bahkan ini merupakan sikap berlebih-lebihan alias pemborosan. Di samping itu, mandi melebihi kebutuhan mengantarkan pada kekeringan dan pecahnya kulit.

Yang hendak ditekankan di sini, adalah mengingatkan agar tidak melupakan air, yang dengannya kulit akan kembali kepada keadaannya yang normal setelah sebelumnya merasakan panas, ditempeli oleh kotoran, debu dan aroma keringat yang tidak sedap.

Menghilangkan Bau keringat

Tubuh yang selalu berkeringat biasanya meninggalkan aroma yang tidak sedap. Dan ini jelas mengganggu penampilan dan kecantikan serta mengurangi kepercayaan diri. Perlu diketahui, fungsi keringat yang utama adalah menahan bertambahnya panas tubuh dari keadaannya yang normal/wajar, dan keringat ini pada asalnya saat dikeluarkan oleh tubuh tidaklah disertai dengan bau tak sedap. Tentu saja selama tubuh tersebut sehat dan bersih.

Adapun aroma tak sedap yang ‘dihasilkan’ keringat, itu disebabkan karena tidak bersihnya bagian tubuh yang menjadi tempat keluarnya keringat, khususnya daerah lipatan-lipatan tubuh seperti ketiak. Tempat yang lembab dan kotor tadi mengundang kehadiran bakteri, yang pada akhirnya dia ‘berkarya’ sehingga keluarlah dari tubuh aroma tak sedap dan muncullah istilah BBM (bau badan menyengat).

Dari sini, sepantasnya mereka yang bau tubuhnya tak sedap untuk segera menghilangkan penyebabnya yang telah disebutkan di atas, dan tidak sekedar mengeringkan keringat yang keluar ataupun sekedar menaburkan bedak dan menyemprotkan wangi-wangian ke daerah badan yang bau.

Ketahuilah, cara yang paling efektif menghilangkan bau keringat adalah dengan menggunakan air. Karena air merupakan wangi-wangian yang paling baik. Gunakan air beberapa kali untuk membersihkan sumber bau dari tubuh. Ketika mandi, jangan lupa menggosok daerah lipatan tubuh khususnya ketiak dan mencurahkan air secara langsung ke daerah tersebut. Akan bermanfaat pula, jika daerah bawah ketiak diolesi separuh jeruk nipis yang telah diperas. Insya Allah, kita akan merasakan hasilnya.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan, jangan biarkan rambut ketiak tumbuh memanjang. Bahkan harus segera dihilangkan, karena rambut inilah yang juga memicu timbulnya bau. Hindari mengkonsumsi bawang dalam keadaan mentah karena bawang termasuk jenis makanan yang merangsang bau badan.

Pembaca muslimah yang baik…Bila ingin diterima dengan baik oleh lingkunganmu, selain harus berhias dengan akhlak seorang muslimah, engkau juga jangan bersikap masa bodoh terhadap kebersihan tubuhmu dan jangan cuek dengan aroma tidak sedap yang engkau keluarkan. Perhatikan keberadaan dirimu, apalagi bila engkau telah memiliki suami. Jaga penciumannya darimu, jangan sampai dia mencium darimu kecuali aroma yang wangi dan memikat.

Demikian dariku untukmu…. Semoga memberi manfaat

(Disusun oleh Ummu Ishaq Zulfa Husein dari bacaan: “Asrarul Jamal waz Zinah lil Mar’ah Al Muslimah”, karya Ummu Nurani).Asysyariah.com

Ketahuilah Hukum-Hukum Agamamu

Majdi As-Sayyid Ibrahim

"Artinya : Dari Ummu Salamah, dia berkata. 'Ummu Sulaim pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata. 'Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah tidak merasa malu dari kebenaran. Lalu apakah seorang wanita itu harus mandi jika dia bermimpi ?. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab. 'Jika dia melihat air (mani)'. Lalu Ummu Salamah menutup wajahnya, dan berkata. 'Wahai Rasulullah, apakah wanita itu juga bisa bermimpi .? 'Beliau menjawab. 'Ya, bisa'. Maka sesuatu yang menyerupai dirinya adalah anaknya". (Hadits shahih, ditakhrij Ahmad 6/306, Al-Bukhari 1/44, Muslim 3/223, At-Tirmidzi, hadits nomor 122, An-Nasa'i 1/114, Ibnu Majah hadits nomor 600, Ad-Darimi 1/195, Al-Baihaqi 1/168-169)

Wahai Ukhti Muslimah !
Diantara kebaikan ke-Islaman seorang wanita adalah jika dia mengetahui agamanya. Maka Islam mewajibkan para wanita mencari ilmu sebagaimana yang diwajibkan terhadap kaum laki-laki. Perhatikanlah firman Allah ini.

"Artinya : Katakanlah. Adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui ?". (Az-Zumar : 9)

Bahkan perhatikan pula firman Allah yang secara khusus ditujukan kepada Ummahatul-Mukminin, yang menganjurkan mereka agar mempelajari kandungan Al-Qur'an dan hadits Nabawi yang dibacakan di rumah-rumah mereka. Firman-Nya.

"Artinya : Dan, ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah". (Al-Ahzab : 34)

Karena perintah Allah inilah para wanita merasakan keutamaan ilmu. Maka mereka pun pergi menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menuntut suatu majlis bagi mereka dari beliau, agar di situ mereka bisa belajar.

Dari Abu Sa'id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Para wanita berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Kaum laki-laki telah mengalahkan kami atas diri engkau. Maka buatlah bagi kami dari waktu engkau'. Maka beliau menjanjikan suatu hari kepada mereka, yang pada saat itu beliau akan menemui mereka dan memberi wasiat serta perintah kepada mereka. Di antara yang beliau katakan kepada mereka adalah : 'Tidaklah ada di antara kamu sekalian seorang wanita yang ditinggal mati oleh tiga anaknya, melainkan anak-anaknya itu menjadi penghalang dari neraka baginya'. Lalu ada seorang wanita yang bertanya. 'Bagaimana dengan dua anak?' Maka beliau menjawab. 'Begitu pula dua anak'. (Diriwayatkan Al-Bukhari, 1/36 dan Muslim 16/181)

Begitulah Islam menyeru agar para wanita diajari dan diberi bimbingan tentang hal-hal yang harus mereka biasakan, untuk kebaikan di dunia dan akhirat.

Wahai Ukhti Muslimah !
Perhatikanlah di dalam wasiat Nabawi ini, bahwa Ummu Salamah datang untuk mempelajari apa-apa yang tidak diketahuinya, sehingga akhirnya dia bisa mengetahui secara komplit. Begitulah seharusnya yang dilakukan seorang wanita muslimah. Dia bisa bertanya tentang hukum-hukum agamanya. Karena yang tahu hukum-hukum tersebut diantara mereka hanya sedikit sekali. Marilah kita simak wasiat ini.

Wahai Ukhti Muslimah !
Perhatikanlah bagaimana adab Ummu Sulaim yang memulai ucapannya dengan berkata. "Sesungguhnya Allah tidak merasa malu dari kebenaran". Maksudnya, tidak ada halangan untuk menjelaskan yang benar. Sehingga Allah membuat perumpamaan dengan seekor nyamuk dan yang serupa lainnya sebagaimana firman-Nya. "Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu". (Al-Baqarah : 26)

Begitu pula Ummu Sulaim. Tidak ada halangan baginya untuk bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang apa-apa yang mestinya dia ketahui dan dia pelajari, meskipun mungkin hal itu dianggap aneh. Sungguh benar Ummul Mukminin, Aisyah yang berkata. "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Tidak ada rasa malu yang menghalangi mereka untuk memahami agama". (Diriwayatkan Al-Bukhari 1/44)

Selagi engkau dikungkung rasa malu dan tidak mau mengetahui hukum-hukum agamamu, maka ini merupakan kesalahan yang amat besar, bahkan bisa berbahaya. Ada baiknya engkau membiasakan dirimu untuk tidak merasa malu dalam mempelajari hukum-hukum agama, baik hukum itu kecil maupun besar. Sebab jika seorang wanita lebih banyak dikungkung rasa malu, maka dia sama sekali tidak akan mengetahui sesuatu pun. Perhatikanlah perkataan Mujahid Rahimahullah. "Orang yang malu dan sombong tidak akan mau mempelajari ilmu". Seakan-akan dia menganjurkan orang-orang yang mencari ilmu agar tidak merasa lemah dan takkabur, sebab hal itu akan mempengaruhi usaha mereka dalam mencari ilmu.

Ada suatu pertanyaan dari Ummu Sulaim, dia bertanya. "Apakah seorang wanita itu harus mandi jika dia bermimpi?". Maksudnya, jika dia bermimpi bahwa dia disetubuhi. Jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Jika dia melihat air". Makna jawaban ini, bahwa jika seorang wanita benar-benar bermimpi dan ada petunjuk atau bukti terjadinya hal itu, yaitu dia melihat adanya bekas air mani di pakaian, maka ini merupakan syarat mandinya. Namun jika dia bermimpi dan tidak melihat bekas air mani, maka dia tidak perlu mandi. Setelah diberi jawaban yang singkat dan padat ini, Ummu Salamah langsung menutupi wajahnya seraya bertanya. "Apakah wanita itu juga bermimpi?".

Wahai Ukhti Muslimah !
Rasa herannya Ummu Salamah itu bukanlah sesuatu yang aneh. Pernah terjadi pada diri Aisyah, sementaranya ilmunya lebih komplit, sebagaimana yang disebutkan dalam suatu riwayat, dia berkata. "Kecelakaan bagimu. Apakah wanita akan mengalami seperti itu ?". Dia berkata seperti itu dengan maksud untuk mengingkari bahwa wanita juga bisa bermimpi.

Jika permasalahan-permasalahannya yang hakiki tidaklah seperti yang disangkakan bahwa setiap wanita bisa bermimpi. Mimpi itu hanya terjadi pada sebagian wanita, sedangkan yang lain tidak. Maka inilah sebab pengingkaran dan keheranan yang muncul dari Ummu Salamah dan Aisyah. Namun keheranan ini bisa dituntaskan oleh jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : 'Na'am, taribat yaminuki', maksudnya : Benar, seorang wanita bisa bermimpi. Perkataan beliau : "Taribat yaminuki", maksudnya, dia menjadi rendah dan berada di atas tanah. Ini merupakan lafazh yang diucapkan saat menghardik, dan tidak dimaksudkan menurut zhahirnya.

Kemudian di akhir ucapan beliau ada salah satu bukti nubuwah, yaitu perkataan beliau : "Sesuatu yang bisa menyerupai dirinya adalah anaknya".

Wahai Ukhti Muslimah !
Ilmu pengetahuan modern telah menetapkan bahwa laki-laki dan wanita saling bersekutu dalam pembentukan janin. Sebab jenis hewan yang berkembang biak, benih datang dari pasangan laki-laki ke indung telur yang ada di dalam tubuh yang perempuan, lalu sperma yang satu bercampur dengan yang lain. Dengan pengertian, bahwa sefaro sifat-sifat yang diwariskan kira-kira bersumber dari yang laki-laki dan yang sefaronya lagi kira-kira berasal dari perempuan. Kemudian bisa juga terjadi pertukaran dan kesesuaian, sehingga ada sifat-sifat yang lebih menonjol daripada yang lain. Maka dari sinilah terjadi penyerupaan.

Jadi sebagaimana yang engkau ketahui wahai Ukhti Muslimah, seperti apapun keadaannya, tidak mungkin bagi jenis hewan yang berkembang biak, yakni hanya laki-laki saja yang bisa membuahi suatu mahluk hidup, tanpa bersekutu dengan indung telur pada jenis perempuan.

Perhatikanlah bagaimana keindahan pengabaran Nabawi ini. Karena sejak beliau di utus sebagai rasul, jauh sebelum masa Aristoteles, ada kepercayaan bahwa wanita tidak mempunyai campur tangan dalam pembentukan dan keberadaan anak. Hanya air mani sajalah yang terpenting. Mereka tidak yakin bahwa air mani seorang laki-laki akan sampai ke rahim perempuan, lalu berkembang menjadi janin, sedikit demi sedikit janin membesar sehingga menjadi bayi dan akhirnya benar-benar sempurna menjadi sosok manusia di dalam rahim. Lalu Muhammad bin Abdullah datang mengabarkan kepada kita tentang apa yang bakal disibak oleh ilmu pengetahuan modern. Benar, ini merupakan wahyu yang diwahyukan, dan beliau sama sekali tidak berkata dari kemauan dirinya sendiri, tetapi beliau berkata menurut apa yang diajarkan Allah kepada beliau.

Begitulah wahai Ukhti Muslimah apa yang bisa kita pelajari dari wasiat Nabawi ini, semoga Allah memberi manfaat kepada kita semua.

QS. An Nur [24] : 55

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”

Dzikrullah (lanjutan)

Beberapa Perkara Yang Perlu Diperhatikan Berkaitan Dengan Dzikrullah

1.Perbanyaklah dzikir dalam setiap keadaan
Sesungguhnya dzikir merupakan amal yang paling utama. Ia menjadi penutup bagi kekurangan dalam ibadah lainnya. Sebagai penutup kekurangan dalam qiyamul lail(shalat malam) dan puasa pada siang hari. Dzikir merupakan amal yang paling agung untuk mendekatkan diri kepada Allah subahanahu wata'ala, dan termasuk perkara yang menjadikan seorang muslim senantiasa bersama Allah. Alllah subhanahu wata'ala berfirman:
"Hai orang-orang beriman, berdzikirlah (dengan menyebiut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (QS.Al-Ahzab: 41-42)

Demikian petunjuk Nabi shallallahu'alaihi wasallam, beliau senantiasaberdzikir kepada allah subhanahu wata'ala dalam setiap keadaan.

'Aisyah radhiallahu'anha berkata:
"Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam senantiasa dzikrullah dalam setiap keadaan." (HR.Muslim(3730) dari 'Aisyah.

Yakni dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun berbaring. Dalam setiap waktu dan keadaan kecuali ketika buang hajat.

2.Memadukan antara dzikir dengan hati, lisan dan Anggota badan

Yaitu bersungguh-sungguh menggabungkan antara dzikir dengan hati, lisan dan Anggota badan.dzikir dengan hati yaitu menghadirkan kebersamaan Allah, pengawasan, keagungan, kemuliaan dan kedekatan-Nya. Melafadzkan dzikir dengan lisan karena hal itu termasuk amal yang mulia dan kesibukan lisan yang paling agung. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Hendaklah lisanmu selalu basah dengan dzikrullah." (HR.Ahmad (IV/188), At-Tirmidzi (3375), Ibnu Majah (3793), Ibnu Hibban (811), Al-Hakim (I/79) dan ia menshahihkannya disetujui oleh Adz-Dzahabi dari 'Abdullah bin Busr. Shahihul jaami'(7700).

Sedangkan dzikir Anggota badan, misalnya menghitung ucapan tasbih (Subhanallah), takbir (Allahu Akbar), tahlil (laailaaha illallah), tahmid (Alhamdulillah) dan lain sebagainya dengan tangan, sebagai bentuk ittiba' (mengikuti) sunnah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. Disebutkan dalam hadist bahwa beliau menghitungnya dengan tangan kanan. (HR.An-Nasaa'i(III/79), At-Tirmidzi(3486) dan ia menghasankannya, Abu Dawud(1502), Ibnu Hibban(803) dan Al-Hakim(I/547) dan ia menshahihkannya dari 'Abdullah Bin Amr. Shahihul jaami'(4989).

Dan di antara bentuk dzikrullah dengan anggota badan adalah mengamalkan segala bentuk ketaatan kepada Allah dalam setiap waktu dengan segala tuntunannya, serta menjauhi segala perkara yang di haramkan Allah.

3.Menangis dan melembutkan hati ketika berdzikir

Karena barangsiapa menangis ketika berdzikir kepada Allah, ia berhak mendapat pahala yang sangat besar, apabila ia ikhlas dalam tangisannya. Khususnya ketika ia sedang seorang diri. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari tiada naungan selain naungan Allah:…..dan seorang berdzikir kepada Allah seorang diri lalu kedua matanya meneteskan air mata." (Muttafaqun 'alaihi)

Dan Allah subhanahu wata'ala berfirman:
"(yaitu) orang-orang yang beriman yang hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS.Ar-Ra'du: 28)

4.Rendahkanlah suara ketika berdzikir

Karena cara seperti ini lebiih dekat kepada keikhlasan dan kekhusyu'an. Ketika Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam menyaksikan para sahabat beliau mengangkat suara mereka membaca takbir dalam sebuah perjalanan, beliau shallallahu'alaihi weasallam bersabda:
"Wahai manusia! Tahanlah diri (rendahkanlah suara kalian) kalian, sesungguhnya kalian tidaklah menyeru Dzat yang tuli dan jauh. Sesungguhnya kalian menyeru Dzat yang maha mendengar dan lagi maha dekat. Dzat yang kalian seru lebih dekat kepada salah seorang kalian daripada leher tunggangannya." (HR.Al-Bukhari(6384) dan Muslim(2704) dari Abu Musa. Makna sabda beliau "irba'u" adalah rendahkanlah suara kalian dan lembutkanlah jiwa kalian. Karena tidak perlu mengangkat suara karena Allah dekat dengan kalian.

Dan seketika seseorang mengangkat suara ketika berdzikir mungkin saja ia akan terjatuh kepada riya'.

5.Jauhilah dzikir-dzikir bid'ah

Ini termasuk adab kepada Allah subhanahu wata'ala, yakni tidak beribadah kepada-Nya kecuali dengan apa yang telah di syari'atkan. Sepeti dzikir dengan mengucapkan Allah,Allah, atau mengucapkan hu,hu, dan sejenisnya. Demikian pula tidak menambah-nambahi dan merobah-robah redaksi dzikir yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

6.Mendahulukan dzikir muqayyad daripada dzikir mutlak

Apabila terdapat riwayat dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam tentang dzikir tertentu pada tempat, keadaan, atau waktu tertentu, maka dalam keadaan seperti itu dzikir tersebut lebih utama dari dzikir-dzikir yang lain. Bahkan mengamalkan dzikir tersebut pada kondisi demikian lebih utama daripada membaca Al-Qur'an sekalipun karena kekhusyuannya dengan momen tersebut. Misalnya dzikir-dzikir yang khusus dibaca sesudah shalat fardhu seperti yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu'alaihi wasallam.

7.Perbanyaklah dzikir-dzikir yang ma'tsur (ada riwayatnya dari Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam)

Yaitu dzikir-dzikir yang shahih dari Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam lebih banyak daripada yang selainnya. Karena ini termasuk ittiba'(mengikuti) sunnah beliau shallallhu'alahi wasallam. Dan tidak di ragukan lagi, ini termasuk jenis dzikir yang paling utama. Dalam buku ini kami akan menyebutkan beberapa di antaranya, insyAllah.


Dari buku Panduan Amal Sehari Semalam
Penulis : Abu Ihsan Al Atsari
Penerbit : Pustaka Darul Ilmi


Di sebutkan oleh ustadz Abu Ihsan dalam buku ini Dzikir pagi dan petang, dzikir setelah shalat fardhu..dll
Karena dzikir-dzikir ini banyak dan panjang, dan kebetulan alhamdulillah ana punya Hisnul Muslim dalam bentuk PDF yang berisikan do'a-do'a atau dzikir-dzikir..

Dzikrullah

Dzikrullahadalah amalan yang utama, memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah subhanahu wata'ala, dan sangat besar pahalanya. Dzikrullah merupakan perkara yang paling agung yang Allah perintahkan dalam Al-Qur'an dan melalui lisan Rasulnya. Dan Allah menjanjikan pahala yang sangat besar bagi pelakunya.

Bahkan Dzikrullah adalah sebaik-baik amal di sisi Allah. Abu Darda' radhiallahu berkata, "Rasulullah shallallahu'alahi wasallam bersabda:
"Maukah kalian aku beritahu amalan yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah subhanahu wata'ala), paling dapat mengangkat derajat kalian dan lebih baik bagi kalian dari pada berinfaq dengan gunung emas dan perak serta lebih baik bagi kalian daripada menyerbu musuh lalu kalian memenggal leher mereka?" Para sahabat menjawab: "Tentu wahai Rasulullah." Beliau melanjutkan: "Yaitu dzikir ke pada Allah subhanallah."
(Hadist shahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi nomor(2374), Ibnu Majah nomor(3790), Al-Hakim nomor(I/496), Al-Baghawi dalam Syarah Sunnah nomor(V/15), Abu Nu'aim dalam hilyah nomor(II/12), Ath-Thabraani dalam Ad-Du'aa nomor(1872), Ahmad nomor (21702) dan Syu'aib Al-Arnauth berkata dalam Al-Musnad: "Sanadnya shahih."

Dalam wasiat ini Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam mengisyaratkan bahwa Dzikrullah sangat agung keutamaanya dan sangat melimpah pahalanya. Rutin mengamalkannya merupakan amal yang paling utama dan paling disukai Allah. Karena hakikatnya adalah mengisi waktu dan umur dengan mengingat Allah. Dan termasuk salah satu jenis jihad yang membuahkan takwa bagi pelakunya dan menjauhkannya dari fitnah-fitnah, syahwat dan nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan. Melalui Dzikrullah ini seorang mukmin senantiasa berhubungan dengan Rabbnya.

Sungguh indah perkataan yang di ungkapkan oleh Ibnul Jauzi rahimahullah berikut ini:
"Hai orang yang melalaikan Dzikrullah karena kesibukan, hai orang yang setiap kali di gugah dengan nasihat selalu lengah, hai orang yang kurang derajat ketaatannya namun sempurna derajat kemaksiatannya. Tidakkah engkau malu melihat orang naik amalnya sementara hari-harimu berlalu cepat seperti awam namun engkau tetap bermalas-malasan. Engkau tidak tergerak dengan teguran orang yang menyampaikan teguran dan tidak menerima nasihat orang yang menyampaikan nasihat. Padahal sebentar lagi engkau akan menjadi penghuni kubur. Apa yang akan engkau katakana kepada Rabb yang akan menuntut hak-hakNya darimu dan akan meminta pertanggung jawaban hak-hak hamba-Nya.!?"

Beberapa Perkara Yang Dapat Membantu Kita Agar Banyak Berdzikir

1.Mengetahui pahala yang Allah janjikan bagi orang-orang yangbanyak berdzikir. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
"Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS.Al-Ahzab: 35)

2.Selalu membayangkan surga dan neraka dalam benaknya.
Karena apabila seorang insan dalam kondisi seperti ini, ia akan semangat berdzikir untuk meraih surga dan kenikmatannya serta menyelamatkan diri dari neraka dan adzabnya.

3.Menghadirkan Kebersamaan Allah subhanahu wata'ala bahwasanya Dia senantiasa melihatmu dan mendengar ucapanmu.
Dan Dia akan senantiasa bersamamu jika engkau mengingat-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist qudsi, Allah subhanahu wata'ala berkata:
"Aku menuruti persangkaan hamba-Ku dan Aku senantiasa bersamanya jika ia mengingat-Ku…"(Hadist Riwayat Al-Bukhari(7405))

4.Menghadirkan didalam hati bahwa dzikrullah akan menjadi pelindung dari setan yang senantiasa mengganggu manusia selama hayat dikandung badan.

5.Mengetahui dzikir sebagai pengganti dari banyak ibadah dan menutupi kekurangannya.

6.Memahami bahwa dzikir merupakan ibadah yang paling ringan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, paling sedikit membutuhkan energi dan tidak perlu mengeluarkan harta.

7.Memahami bahwa dzikir dapat membantu seseorang dalam menunaikan ibadah yang lain, di samping dzikir itu sendiri juga termasuk ibadah.
Sebuah kebaikan yang akan membawa kebaikan yang lain pula.

bersambung...

Sunnah Qailuulah (Tidur Siang)

Sunnah Qailuulah
(Tidur Siang)

Tidur di pagi hari adalah perkara yang di benci. Sebaliknya, tidur siang adalah amalan sunnah yang di anjurkan, disamping hal itu baik untuk kesehatan. Tidur siang ini juga dilakukan untuk menyelisihi setan yang tidak tisur siang. Disisi lain, tidur siang juga sangat membantu kita agar kita bangun di malam hari mengerjakan shalat malam.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Tidur sianglah, karena setan-setan tidak tidur siang." (di shahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ahaadiits Shahihah (1647)

Khawaat bin Jubeir berkata:
"Tidur di awal siang(pagi hari) adalah kejahilan, tidur di tengah hari adalah kemuliaan akhlak dan tidur di akhir siang(sore hari) adalah kedunguan."(Al-Bukhari dalam Adaabul Mufrad dan sanadnya di shahihkan oleh al-Albani(947))

Para ulama' menyebutkan bahwa waktu qailuulah ini adalah sebelum dhuhur, kecuali hari jum'at, hendaknya di lakukan sesudah shalat jum'at. Anas bin Malik radhiallahu'anhu menyebutkan bahwa para sahabat biasanya mengerjakan shalat jum'at kemudian melakukan qailuulah.(Al-Bukhari dalam adabul Mufrad dan di shahihkan Al-Albani (945).

Dari buku Panduan Amal Sehari Semalam
Penulis : Abu Ihsan Al Atsari
Penerbit : Pustaka Darul Ilmi

MAKNA SYAHADATAIN, RUKUN, SYARAT, KONSEKUENSI, DAN YANG MEMBATALKANNYA 3

KEEMPAT: KONSKUENSI SYAHADATAIN
[A]. Konsekuensi "Laa ilaha illallah"
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.

Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya.
Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid'ah. Mereka menolak para da'i yang mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata.

[B]. Konsekuensi Syahadat "Muhammad Rasulullah"
Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid'ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.

KELIMA: YANG MEMBATALKAN SYAHADATAIN
Yaitu hal-hal yang membatalkan Islam, karena dua kalimat syahadat itulah yang membuat seseorang masuk dalam Islam. Mengucap-kan keduanya adalah pengakuan terhadap kandungannya dan konsisten mengamalkan konsekuensinya berupa segala macam syi'ar-syi'ar Islam. Jika ia menyalahi ketentuan ini, berarti ia telah membatalkan perjanjian yang telah diikrarkannya ketika mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut.

Yang membatalkan Islam itu banyak sekali. Para fuqaha' dalam kitab-kitab fiqih telah menulis bab khusus yang diberi judul "Bab Riddah (kemurtadan)". Dan yang terpenting adalah sepuluh hal, yaitu: Syirik dalam beribadah kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya." [An-Nisa': 48]

"Artinya : ... Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun." [Al-Ma'idah: 72]

Termasuk di dalamnya yaitu menyembelih karena selain Allah, misalnya untuk kuburan yang dikeramatkan atau untuk jin dan lain-lain.

Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara. Ia berdo'a kepada mereka, meminta syafa'at kepada mereka dan bertawakkal kepada mereka. Orang seperti ini kafir secara ijma'. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap kekufuran mereka atau mem-benarkan madzhab mereka, dia itu kafir.

Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti orang-orang yang mengutamakan hukum para thaghut di atas hukum Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , mengutamakan hukum atau perundang-undangan manusia di atas hukum Islam, maka dia kafir.

Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sekali pun ia juga mengamalkannya, maka ia kafir. Siapa yang menghina sesuatu dari agama Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam atau pahala maupun siksanya, maka ia kafir.

Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Katakanlah: 'Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah beriman." [At-Taubah: 65-66]

Sihir, di antaranya sharf dan 'athf (barangkali yang dimaksud adalah amalan yang bisa membuat suami benci kepada istrinya atau membuat wanita cinta kepadanya/pelet). Barangsiapa melakukan atau meridhainya, maka ia kafir. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : ... sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada se-orangpun sebelum mengatakan: 'Sesungguhnya kami hanya co-baan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir'."[Al-Baqarah: 102]

Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat Islam. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim." [Al-Ma'idah: 51]

Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syari'at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam , seperti halnya Nabi Hidhir boleh keluar dari syariat Nabi Musa alaihis salam, maka ia kafir. Sebagaimana yang diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi yang berlebihan/ melampaui batas) bahwa mereka dapat mencapai suatu derajat atau tingkatan yang tidak membutuhkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .

Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa." [As-Sajadah: 22]

Syaikh Muhammad At-Tamimy berkata: "Tidak ada bedanya dalam hal yang membatalkan syahadat ini antara orang yang bercanda, yang serius (bersungguh-sungguh) maupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah dan siksaNya yang pedih."

[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq] www.almanhaj.or.id

Termasuk Syirik: Motivasi Seseorang Dalam Amalnya Kepentingan Duniawi

Oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab


Firman Allah Ta'ala

"Artinya : Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia serta sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." [Hud: 15-16]

Diriwayatkan dalam Shahih (Al-Bukhari) dari Abu Hurairah Radhiyallahu `anhu, ia menuturkan: Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Sallam bersabda:

"Artinya : Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah dan celakalah hamba khamilah. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah. Celakalah ia dan tersungkurlah. Apabila terkena duri semoga tidak dapat mencabutnya. Berbahagialah seorang hamba yang memacu kudanya (berjihad di jalan Allah), dengan kusut rambutnya dan berlumur debu kedua kakinya. Bila dia berada di pos penjagaan, dia akan tetap setia berada di pos penjagaan itu; dan bila ditugaskan di garis belakang dia akan tetap setia berada di garis belakang itu. Jika dia meminta permisi (untuk menemui raja atau penguasa) tidak diperkenankan, dan jika bertindak sebagai perantara tidak diterima perantaraannya[1]."

Khamishah dan khamilah adalah pakaian yang terbuat dari wool atau sutera dengan diberi sulaman atau garis-garis yang menarik dan indah. Maksud ungkapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dengan sabdanya tersebut ialah untuk menunjukkan orang yang sangat ambisi dengan kekayaan duniawi, sehingga menjadi hamba harta benda. Mereka itulah orang-orang yang celaka dan sengsara.

Kandungan tulisan ini:

[1]. Motivasi seseorang dalam amal ibadahnya, yang semestinya untuk akhirat malah untuk kepentingan duniawi (termasuk syirik dan menjadikan pekerjaan itu sia-sia tidak diterima oleh Allah)

[2]. Tafsiran ayat dalam surah Hud. Ayat ini menjelaskan tentang hukum orang yang motivasinya hanya kepentingan dan kenikmatan duniawi dan akibat yang akan diterimanya baik di dunia maupun di akhirat nanti.

[3]. Manusia muslim, disebut sebagai hamba dinar, dirham, khamishah, khamilah (jika menjadikan kesenangan duniawi sebagai tujuan).

[4]. Tafsiran hal tersebut, yaitu: jika diberi senang, tetapi jika tidak marah.

[5]. Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Sallam mendoakan: "Celakalah ia dan tersungkurlah."

[6]. Juga mendoakan: "Apabila terkena duri semoga tidak dapat mencabutnya."

[7]. Pujian untuk mujahid yang memiliki sifat-sifat sebagaimana tersebut dalam hadits.


[Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418H]
_________
Foote Note
[1] Tidak diperkenankan dan tidak diterima perantaraannya, karena dia tidak mempunyai kedudukan atau pangkat dan tidak terkenal; soalnya, perbuatan dan amal yang dilakukannya diniati Lillah semata-mata.

Sumber : Almanhaj.or.id

Rabu, 09 Desember 2009

KEAGUNGAN ALLAH

Firman Allah:
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggamanNya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kananNya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan [Az-Zumar : 67]

Ibnu Mas'ud menuturkan:"Salah seorang pendeta Yahudi datang kepada Rasulullah dan berkata: "Wahai Muhammad! Sesungguhnya kami menjumpai (dalam kitab suci kami) bahwa Allah akan meletakkan langit di atas satu jari, pohon-pohon diatas jari, air diatas satu jari, tanah diatas satu jari, dan seluruh makhluk diatas satu jari, maka Allah berfirman: Aku-lah Penguasa." Tatkala mendengarnya, tersenyumlah Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam sehingga tampak gigi-gigi beliau, karena membenarkan ucapan pendeta Yahudi itu ; kemudian beliau membacakan firman Allah surat Azu-zumar 67 diatas [Hadist riwayat Bukhari dan Muslim]

Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Artinya : Allah akan menggulung seluruh lapisan langit pada hari Kiamat, lalu diambil dengan Tangan Kanannya dan berfirman: "Akulah Penguasa; mana orang-orang yang berlaku lalim, mana orang-orang yang berlaku sombong ?" Kemudian Allah menggulung ke tujuh lapis bumi, lalu diambil dengan Tangan KiriNya dan berfirman: "Akulah Penguasa; mana orang-orang yang berlaku lalim, mana orang-orang yang berlaku sombong?

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata:

"Artinya : Langit tujuh dan bumi tujuh di Telapak Tangan Allah Ar-Rahman, tiada lain hanyalah bagaikan sebutir biji sawi yang diletakkan di tangan seseorang di antara kamu."

Ibnu Jarir berkata:" Yunus menuturkan kepadaku, dari Ibnu Wahb, dari Ibnu zaid, dari bapaknya (Zaid bin Aslam), ia menuturkan: Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Ketujuh langit itu berada di Kursi, tiada lain hanyalah bagaikan tujuh keping dirham yang diletakkan di atas perisai.'

Ibnu jarir berkata pula: "Dan Abu Dzar menuturkan: Aku mendengar Rasulullah
bersabda: "Kursi itu berada di Arsy, tiada lain hanyalah bagaikan sebuah gelang besi yang dicampakkan di tengah padang pasir."

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia menuturkan:

"Antara langit yang paling bawah dengan langit berikutnya jaraknya 500 tahun, dan antara setiap langit jaraknya 500 tahun; antara langit yang ketujuh dengan kursi jaraknya 500 tahun; dan antara kursi dan samudra air jaraknya 500 tahun; sedang Arsy berada diatas samudra air itu: dan Allah berada diatas Arsy tersebut, tidak tersembunyi bagi Allah suatu apapun dari perbuatan kamu sekalian." [Diriwayatkan oleh Ibnu Mhadi dari hamad bin Salamah, dari Ashim, dari Zirr, dari Abdullah ibnu Mas'ud]

Segala puji hanya milik Allah Rabb sekalian alam.


[Dikutip dari "Kitab Tauhid" Syaikh Muhammad At-Tamimi)

MAKNA SYAHADATAIN, RUKUN, SYARAT, KONSEKUENSI, DAN YANG MEMBATALKANNYA 2

KETIGA: SYARAT-SYARAT SYAHADATAIN
[A]. Syarat-syarat "Laa ilaha illallah"
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara global tujuh syarat itu adalah:

1. 'Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).
2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
5. Ikhlash, yang menafikan syirik.
6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha' (kebencian).

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Syarat Pertama: 'Ilmu (Mengetahui).
Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya :... Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). [Az-Zukhruf : 86]

Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

Syarat Kedua: Yaqin (yakin).
Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan sya-hadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu ..." [Al-Hujurat : 15]

Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga." [HR. Al-Bukhari]

Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.

Syarat Ketiga: Qabul (menerima).
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyem-bah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.

Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah:

"Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: 'Laa ilaaha illallah' (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" [Ash-Shafat: 35-36]

Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum me-nerima makna laa ilaaha illallah.

Syarat Keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh." [Luqman : 22

Al-'Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).

Syarat Kelima: Shidq (jujur).
Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepa-da Allah dan Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." [Al-Baqarah: 8-10]

Syarat Keenam: Ikhlas.
Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya' atau sum'ah. Dalam hadits 'Itban, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illalah karena menginginkan ridha Allah." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Syarat Ketujuh: Mahabbah (Kecintaan).
Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai
orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." [Al-Baqarah: 165]

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah.

[B]. Syarat Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"
1. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.
2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gha-ib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua serta seluruh umat manusia.
6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya.

bersambung insyAllah..
[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq] www.almanhaj.or.id

MAKNA SYAHADATAIN, RUKUN, SYARAT, KONSEKUENSI, DAN YANG MEMBATALKANNYA

PERTAMA: MAKNA SYAHADATAIN
[A]. Makna Syahadat "Laa ilaaha illallah"
Yaitu beri'tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala, menta'ati hal terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah.

Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, "Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah". Khabar "Laa " harus ditaqdirkan "bi haqqi" (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan "maujud " (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan yang nyata.

Kalimat "Laa ilaaha illallah" telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain:

[1]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada sesembahan kecuali Allah", Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.

[2]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada pencipta selain Allah" . Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.

[3]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah". Ini juga sebagian dari makna kalimat " ". Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup

Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti), tidak ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di atas.

[B]. Makna Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta'ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah
Allah kecuali dengan apa yang disyari'atkan.

KEDUA: RUKUN SYAHADATAIN
[A]. Rukun "Laa ilaaha illallah"
Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun:
An-Nafyu atau peniadaan: "Laa ilaha" membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.

Al-Itsbat (penetapan): "illallah" menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.

Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur'an, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

"Artinya : Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali yang amat kuat ..." [Al-Baqarah: 256]

Firman Allah, "siapa yang ingkar kepada thaghut" itu adalah makna dari "Laa ilaha" rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah, "dan beriman kepada Allah" adalah makna dari rukun kedua, "illallah". Begitu pula firman Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi Ibrahim alaihis salam :

"Artinya : Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku ...". [Az-Zukhruf: 26-27]

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala , "Sesungguhnya aku berlepas diri" ini adalah makna nafyu (peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, "Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku", adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun kedua.

[B]. Rukun Syahadat "Muhammad Rasulullah"
Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat "'abduhu wa rasuluh " hamba dan utusanNya). Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini, di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Katakanlah: 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, ...'." [Al-Kahfi : 110]

Beliau hanya memberikan hak ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala memujinya:

"Artinya : Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya." [Az-Zumar: 36]

"Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an) ..."[Al-Kahfi: 1]

"Artinya : Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ..." [Al-Isra': 1]

Sedangkan rasul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan).

Persaksian untuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan tafrith pada hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah.

Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan kesulitan. Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerasulannya atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam mena'wilkan hadits-hadits dan hukum-hukumnya.

bersambung insyAllah..
[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq] www.almanhaj.or.id

MAKNA SYAHADATAIN, RUKUN, SYARAT, KONSEKUENSI, DAN YANG MEMBATALKANNYA 1

PERTAMA: MAKNA SYAHADATAIN
[A]. Makna Syahadat "Laa ilaaha illallah"
Yaitu beri'tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala, menta'ati hal terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah.

Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, "Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah". Khabar "Laa " harus ditaqdirkan "bi haqqi" (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan "maujud " (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan yang nyata.

Kalimat "Laa ilaaha illallah" telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain:

[1]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada sesembahan kecuali Allah", Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.

[2]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada pencipta selain Allah" . Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.

[3]. "Laa ilaaha illallah" artinya:
"Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah". Ini juga sebagian dari makna kalimat " ". Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup

Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti), tidak ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di atas.

[B]. Makna Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta'ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah
Allah kecuali dengan apa yang disyari'atkan.

KEDUA: RUKUN SYAHADATAIN
[A]. Rukun "Laa ilaaha illallah"
Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun:
An-Nafyu atau peniadaan: "Laa ilaha" membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.

Al-Itsbat (penetapan): "illallah" menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.

Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur'an, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

"Artinya : Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali yang amat kuat ..." [Al-Baqarah: 256]

Firman Allah, "siapa yang ingkar kepada thaghut" itu adalah makna dari "Laa ilaha" rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah, "dan beriman kepada Allah" adalah makna dari rukun kedua, "illallah". Begitu pula firman Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi Ibrahim alaihis salam :

"Artinya : Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku ...". [Az-Zukhruf: 26-27]

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala , "Sesungguhnya aku berlepas diri" ini adalah makna nafyu (peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, "Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku", adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun kedua.

[B]. Rukun Syahadat "Muhammad Rasulullah"
Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat "'abduhu wa rasuluh " hamba dan utusanNya). Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini, di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Artinya : Katakanlah: 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, ...'." [Al-Kahfi : 110]

Beliau hanya memberikan hak ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala memujinya:

"Artinya : Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya." [Az-Zumar: 36]

"Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an) ..."[Al-Kahfi: 1]

"Artinya : Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ..." [Al-Isra': 1]

Sedangkan rasul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan).

Persaksian untuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan tafrith pada hak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah.

Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan kesulitan. Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerasulannya atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam mena'wilkan hadits-hadits dan hukum-hukumnya.

bersambung insyAllah..
[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq] www.almanhaj.or.id

Bukti-Bukti Upaya Pemurtadan yang terjadi di Sumbar

Ada cerita yang tertinggal dari gempa Sumbar, khususnya di daerah Korong Koto Tinggi, Kanagarian Gunung Padai Alai, Padang Pariaman. Di saat relawan bahu membahu membantu saudara-saudaranya yang tertimpa musibah, AS dibantu LSM lokal melancarkan misi pemurtadan dan pendangkalan aqidah ummat. Berikut kesaksian dari seorang relawan Korps Relawan Mujahidin, Muhammad Shiddieq.

I. Kronologis Peristiwa

Di antara daerah terparah yang terletak di pusat kejadian gempa yakni daerah Korong Koto Tinggi, Kenagarian Gunung Padang Alai Kec. V Koto Timur. Kab. Padang Pariaman, Prov. Sumatera Barat

Semenjak hari pertama kejadian tanggal 30 September 2009, daerah ini seperti daerah mati karena seluruh fasilitas yang ada tidak berfungsi, seperti : tidak adanya saluran air bersih, aliran arus listrik mati, jaringan telekomunikasi tidak berfungsi dan yang lebih parah lagi daerah ini tidak bisa diakses melalui jalan darat

Untuk menuju daerah Korong Koto Tinggi, ada tiga jalur jalan yang bisa dilalui :

1. Dari daerah Kab. Padang Pariaman,

2. Dari Daerah Kab. Agam, dan

3. Dari daerah Kota Bukittinggi.

Namun karena dahsyatnya gempa sehingga jalur lalu lintas dari Kab. Padang Pariaman terputus bahkan sampai saat sekarang belum bisa dilewati melalui jalan darat dengan kendaraan roda empat, sedangkan jalur lalu lintas dari Kab. Agam dan kota Bukit Tinggi pada waktu itu longsor di beberapa titik sehingga daerah ini tidak bisa ditempuh melalui jalan darat

Memanfaatkan kondisi genting seperti ini, pada hari Sabtu tanggal 4 Oktober 2009 mulailah mendarat Helikopter dari Amerika Serikat yang berkerjasama dengan LSM Samarintan sebanyak 4 kali pendaratan dalam setiap hari dan mereka membuat Posko di daerah Korong Koto Tinggi

Pada awalnya Amerika Serikat yang berkerjasama dengan LSM Samaritan hanya sekedar mengantarkan bantuan saja sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan, diantara bantuan yang mereka salurkan berupa logistik, tenda, alat-alat dapur, alat-alat pertukangan dan sebagainya

Namun beberapa hari sesudah itu akhirnya dalam istilah Amerika Serikat tidak ada makan siang yang gratis sehingga mereka mulai untuk melancarkan program-program misionaris dan pemurtadan

------------------------------------------------
MOHON SEBAR LUASKAN TULISAN INI
------------------------------------------------

II. Bukti-Bukti Upaya Pemurtadan di Daerah Korong Koto tinggi

Pernyataan dari relawan LSM Samaritan kepada warga Korong Koto Tinggi, dia mengatakan kepada masyarakat Korong koto Tinggi "Ada Hikmah di balik Musibah Ini" yaitu :

1. Bapak dan Ibu bisa menjadikan kami sebagai sorga, sehingga apa saja yang Bapak dan Ibu minta akan kami kabulkan. Bapak dan Ibu meminta rumah akan kami bangunkan, Bapak dan Ibu ingin punya kendaraan akan kami belikan Bapak dan Ibu minta apa saja akan kami wujudkan karena kami adalah sorga bagi Bapak dan Ibu.

2. Kami bersedia untuk mendaratkan helikopter sebanyak 4 kali pendaratan, minimal sebanyak 2 kali pendaratan dalam setiap hari selama 3 tahun berturut-turut tanpa pernah berhenti mendarat walaupun dalam satu hari. Tapi syaratnya hanya satu, Bapak dan Ibu harus mengikuti aturan kami

3. Ketika berposko di Korong Koto Tinggi, mereka melaksanakan pembinaan kepada anak-anak, Setelah melaksanakan pembinaan kepada anak-anak Korong Koto Tinggi dengan jujur anak-anak tersebut mengaku kepada orang tuanya bahwa mereka telah diajarkan pemahaman-pemahaman yang keliru, diantara pemahaman yang keliru tersebut, yaitu:

Misionaris bertanya kepada anak-anak Korong Koto Tinggi, siapa tuhanmu? Dengan jujur anak-anak tersebut menjawab : tuhan kami adalah Allah, dan missionaris membantah sambil berkata : Tuhan itu bukan Allah tapi Isa Al Masih.

Dengan adanya misi pemurtadan di balik solidaritas kemanusiaan, akhirnya masyarakat Korong Koto Tinggi mulai resah dengan keberadaan relawan dari Amerika Serikat dan LSM Samaritan

III. Tindakan Masyarakat Koto Tinggi Dalam Menyikapi Gerakan Misionaris

Setelah masyarakat mulai merasakan adanya gejala-gejala misionaris dan permutadan, maka lebih dari 100 orang warga Korong Koto Tinggi mengadakan rapat bersama di masjid Raya Koto Tinggi, hasil dari rapat tersebut mereka sepakat :

* Walaupun daerah kita tidak mendapatkan bantuan,
* Walaupun daerah kita tidak didatangi oleh relawan-relawan muslim, dan
* Walaupun kita mati kelaparan yang penting aqidah kita jangan sampai bertukar. Kita lahir beragama Islam besar dalam Islam dan kitapun bertekat mati dalam Dienul Islam

Masyarakat Korong koto Tinggi juga sepakat bahwa, mulai dari saat sekarang sampai ke depan tidak diperbolehkan lagi lembaga-lembaga asing dan lembaga-lembaga non muslim untuk masuk ke daerah ini.

IV. Kondisi Masyarakat Pasca Pengusiran Lembaga Asing dan LSM Misionaris

Pasca pengusiran orang-orang Amerika Serikat dan LSM Samaritan dari daerah Korong Koto Tinggi, membuat kondisi masyarakat menjadi memprihatinkan, karena :

* Putusnya jalan menuju daerah ini sehingga bantuan yang datang sangat minim bahkan nyaris tidak ada,
* Masyarakat masih trauma akibat rumah, fasilitas serta sarana dan prasarana yang mereka miliki hancur dan rusak berat,
* Sarana lalu lintas yang rusak berat sehingga untuk menuju daerah ini sangat sulit,
* Listrik sebagai sarana penerangan masih padam,
* Saluran air bersih tidak tersedia,
* Sarana komunikasi masih rusak dan tidak berfungsi,
* Beberapa hari setelah kejadian gempa, daerah ini tidak tersentuh oleh para relawan muslim.

Sampai saat ini bantuan yang masuk ke daerah ini masih sangat minim, hal ini disebabkan karena sarana jalan dari arah Kab. Padang Pariaman yang masih terputus sampai saat sekarang dan tidak dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Sementara kondisi jalan ke Koto Tinggi jika melalui daerah Kab. Agam atau kota Bukit Tinggi harus ditempuh selama lebih kurang lima jam perjalanan dan kondisi medan yang sangat curam dan berbahaya

V. Tanggung Jawab Kaum Muslimin

Sebagai saudara sesama muslim kita sangat bangga dengan saudara-saudara kita di Korong Koto Tinggi yang jauh lebih mementingkan Aqidah dari pada perut, jauh lebih mementingkan akhirat dari pada dunia, namun kita harus berbuat untuk membuktikan solidaritas dan ukhuwah Islamiyah kita dengan sesama muslim : diantara yang bisa kita perbuat yaitu :

1. Memprioritaskan bantuan yang sudah ada ke daerah Korong Koto Tinggi, karena disamping daerah ini rusak parah dan juga akibat dari sikap penolakan mereka terhadap orang asing dan misionaris membuat daerah ini sangat kekurangan dibandingkan dengan daerah-daaerah lain yang bersedia menerima bantuan dari lembaga-lembaga asing tersebut.

2. Berupaya untuk merangkul elemen-elemen dan lembaga-lembaga muslim untuk memprioritaskan bantuan ke daerah Korong Koto Tinggi.

3. Menghimbau kepada korban gempa bumi untuk mewaspadai gerakan misionaris.

4. Kepada ormas dan lembaga Islam, untuk membuat tim-tim dakwah yang siap untuk dikirim kedaerah-daerah yang rawan dengan gerakan misionaris.

5. Menjadikan daerah Korong Koto Tinggi menjadi daerah percontohan bagi daerah lain, sehingga tidak mudah dalam menerima bantuan-bantuan asing dan LSM non muslim lainnya.

MONOGRAFI DAERAH KOTO TINGGI

1. Nama Daerah : Korong Koto Tinggi, Kenagarian Gunung Padang Alai, Kec. V Koto Timur Padang Pariaman

2. Jumlah Penduduk : 1016 jiwa (BPS 2007)

3. Jumlah KK : 316 KK

4. Jumlah Rumah : 268 rumah (98 % tidak bisa ditempati lagi)

5. Jumlah Warga Yang Meninggal : 16 Orang Karena Gempa

6. Fasilitas Umum :

a. Masjid : 2 Masjid (1 hancur dan 1 rusak berat)

b. Musholla : 14 buah (hancur)

c. Sekolah : 3 Sekolah

- (1 TK = Hancur rata dengan tanah)

- (1 SD = Hancur rata dengan tanah)

- (1 SMP = Rusak berat)

7. Fasilitas Jalan : 4 jalur jalan hancur, tidak bisa dilewati dengan kendaraan roda 4

8. Jembatan : 1 Putus

-----------------------------------------------------------------------------------------
video bukti terjadinya pemurtadan:
http://www.youtube.com/watch?v=fKxJp6Kl3lY

direkam oleh relawan HTI, lokasi di Padang Sago, Sumbar.

DUDUK DI TEMPAT SHALAT HINGGA TERBIT MATAHARI

Ini termasuk sunnah Nabi shalallahu'alaihi wasallam yang sudah jarang di amalkan. Bagi seseorang yang berkelapangan hendaklah mengamalkannya guna menjaga sunnah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam. Jabir bin Samurah radhiallahu'anhu berkata," Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam biasanya tidak beranjak dari tempat beliau mengerjakan shalat shubuh atau shalat fajar hingga matahari terbit. Apabila matahari terbit beliau bangkit. Mereka dahulu bercerita tentang pengalaman-pengalaman masa jahiliyah, mereka tertawa sementara Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam hanya tersenyum."
(Shahih Muslim dalam kitab Al-Masaajid wa Mawaadhi'ush shalat(760))

Tidur Pagi Bukan Kebiasaan Para Salaf
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Abu Wa'il Syafiq bin salamah al-Asadi, ia berkata,"suatu hari usai shalat shubuh, kami pergi menemui 'Abdullah bin Mas'ud. Kami mengucapkan salam di sisi pintu." Kami di izinkan masuk, tetapi memutuskan untuk menunggu sejenak di luar. Seorang budak berkata,"Silahkan masuk saja?' kamipun masuk dan ternyata 'Abdullah bin Mas'ud sedang duduk berdzikir. Ia berkata,"Apa yang menghalangi kalian masuk, padahal sudah di persilahkan?" "Tidak apa-apa, hanya saja kami mengira masih ada anggota keluarga yang tidur" jawab kami. Ibnu Mas'ud berkata,"Kalian mengira keluarga Ibnu Ummi 'Abdullah (maksudnya dia sendiri) adalah orang-orang yang lalai?"

Ia meneruskan dzikir, sampai ketika mengira matahari telah terbit, ia memanggil budaknya dan bertanya, "Lihatlah apakah matahri telah terbit?"

Budak itu melihatnya ternyata matahari belum terbit, maka Ibnu Mas'ud mengucapkan:
"Segala Puji bagi Allah yang telah membebaskan hari kami ini, dan tidak membinasakan kami dengan dosa-dosa kami."
(HR.Muslim(I/564)

Syaikh Abdur Razzaq al-Badr berkata,"Dialog dalam atsar di atas mencerminkan gambaran secara jelas tentang kehidupan yang penuh vitalitas dan motivasi yang tinggi untuk mengoptimalkan waktu pagi hari di kalangan Salafus Shalih, terutama para sahabat. Dengan ke dalaman ilmu agama yang mereka miliki mereka dapat meletakkan segala sesuatu pada tempatnya."
(Fiqhul Ad'iyah wal Adzkar(3/45)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,"Diantara perkara yang di benci di kalangan salaf adalah tidur antara usai shalat Shubuh sampai matahari terbit. Sebab, itu adalah waktu aktivitas yang memiliki nilai istimewa. Bahkan kalau orang-orang telah berjalan semalam suntuk, mereka tidak di prbolehkan istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Saat itu adalah awal hari dan kuncinya, waktu turunnya rezeki dan terjadinya pembagian rezeki dan berkah. Saat itulah hari bermula keadaan seluruhnya bergantung pada moment itu. Maka sekiranya memang seseorang harus tidur, hendaknya itu tidur yang sifatnya darurat."
(Madaarijus Salikin(I/308)

Pagi hari adalah waktu-waktu yang penuh berkah lagi berharga, berdasarkan do'a Nabi shallallahu'alaihi wasallam:
"Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi harinya."
(HR.Abu Dawud(2608), Ibnu Majah(2236) dan di shahihkan oleh Al-Albani dalam shahih al-jami'(1300)

Maka tidak sepantasnya mengisi waktu ini dengan tidur tanpa ada kebutuhan darurat. Sebab, pagi hari laksana masa muda yang penuh dengan vitalitas dan sore hari ibarat masa tua yang hanya menyisakan tubuh tanpa daya. Orang yang bijak hendaknya memanfaatkan waktu ini dengan membaca dzikir-dzikir pagi dan petang yang di ajarkan oleh Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, sebagaimana yang akan di jelaskan dalam bab Dzikrullah. insyAllah.

Dari buku Panduan Amal Sehari Semalam
Penulis : Abu Ihsan Al Atsari
Penerbit : Pustaka Darul Ilmi

KEUTAMAAN SHALAT SHUBUH BERJAMA'AH

Bangun segera di pagi hari dan mengerjakan shalat shubuh berjama'ah memiliki banyak keutamaan, di antaranya:

1.Allah subhanahu wata'ala membanggakan dihadapan para malaikat orang yang meninggalkan pembaringannya lalu bangun mengerjakan shalat.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Allah subhanahu wata'ala takjub melihat seorang lelaki yang banguin dari pembaringan dan kasurnya meninggalkan keluarga dan kekasihnya untuk mengerjakan shalat. Allah subhanahu wata'ala berkata: Wahai malaikat-malaikat-Ku, lihatlah hamba-Ku itu, ia bangun dari pembaringan dan kasurnya meninggalkan keluarga dan kekasihnya untuk mengerjakan shalat karena mengharap pahala dari sisih-Ku dan merindukan apa yang ada di sisih-Ku."
(HR.Ahmad dan di shahihkan oleh Al-Albani dalam misykaatul mashaabih(1251))

2.Siapa saja yang keluar untuk mengerjakan shalat fajar berjama'ah niscaya Allah akan memberinya cahaya pada hari kegelapan.

Buraidah al-Aslami radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
" Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan ke masjid berupa cahaya yang sempurna pada hari kiamat kelak."
(HR.At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibn Majah dengan sanad shahih, dan di shahihkan oleh Al-Albani dalam shahih sunan Abu Dawud (III/88))

Di kegelapan maksudnya shalat isya' dan subuh. Sabda Nabi shallallahu'alaihi wasallam: "ke masjid," menunjukkan bahwa cahaya ini di berikan kepada orang-orang yang mengerjakan shalat isya' dan shubuh berjama'ah.

3.Kemudian apabila kamu mengerjakan shalat fajar berjama'ah niscaya akan di tulis bagimu pahala qiyamul lail.

Betapa besar keutamaan ini, di tuliskan bagimu pahala qiyamul lail(shalat malam) sementara kamu tidur di atas pembaringanmu, bilamana kamu bangun untuk mengerjakan shalat fajar dan menunaikannya berjama'ah.

Ustman bin Affan radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"barang siapa mengerjakan shalat isya' bersama jama'ah seolah-olah ia mengerjakan shalat separuh malam. Dan barang siapa shalat shubuh bersama jama'ah seolah-olah ia mengerjakan shalat semalam penuh."
(HR.Muslim)

4.Para malaikat berkumpul dan mendoakan orang-orang yang mengerjakan shalat shubuh berjama'ah.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:
"Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).(QS.Al-Isra:78)

Ahli tafsir mengatakan, "Yang di maksud qur'anal fajri adalah shalat fajar."
Masyhuuda yakni di hadiri malaikat malam dan malaikat siang.

Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Shalat berjama'ah lebih utama dua puluh lima kali lipat daripada shalat kamu sendirian. Malaikat malam dan malaikat siang berkumpul menghadiri shalat fajar."

Kemudian Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata,"Silahkan kamu baca:
Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).(QS.Al-Isra:78)
(HR.Bukhari)

5.Jaminan Surga dan terhindar dari api Neraka.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa shalat Al-Bardain niscaya masuk Surga."
(HR.Bukhari dan Muslim)

Shalat Al-Bardain adalah shalat Subuh dan shalat 'Ashar.

Dalam hadist lain Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak akan masuk Neraka orang yang shalat sebelum terbit matahari dan shalat sebelum terbenam matahari."
Yakni shalat fajar dan 'Ashar.
(HR.muslim)

6.Berada dalam perlindungan Allah subhanahu wata'ala.

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa shalat Shubuh, maka ia berada dalam perlindungan Allah."
(HR.Muslim)

Dan masih banyak lagi keutamaan lainnya.


Dari buku Panduan Amal Sehari Semalam
Penulis : Abu Ihsan Al Atsari
Penerbit : Pustaka Darul Ilmi

PENGARUH & MANFAAT TAUHID

Tauhid secara bahasa artinya adalah Mengesakan. Sedangkan menurut istilah, tauhid adalah Mengesakan Alllah dalam Uluhiyah, Rububiyah, Nama-Nama dan Sifat-Sifat-Nya. Dari definisi ini menjadi jelas bagi kita bahwa:

1.Tauhid yang murni akan terwujud jika Tuhan disembah (ilah) hanya satu, tidak bermacam-macam.

2.Tauhid yang murni juga akan terwujud jika terdapat keyakinan bahwa Pencipta, Pemberi rizki dan Pengatur alam ini hanya satu, tidak ada sekutu dalam penciptaan dan menghidupkan sebagaimana yang diyakini orang-orang Nashrani bahwa Isa ‘alaihissalam dapat menciptakan, menghidupkan dan mematikan.

3.Tauhid yang murni juga akan terwujud jika berkeyakinan bahwa Allah memiliki Nama-Nama yang Mulia dan Sifat-Sifat yang Agung, tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam Nama-Nama dan Sifat-Sifat tersebut.

Layak diketahui bagi setiap hamba Allah, bahwa setiap yang Allah wajibkan memiliki pengaruh dan manfaat yang tampak pada mereka. Dan tauhid merupakan perintah yang paling utama yang Allah wajibkan kepada segenap hamba-Nya. Pengaruhnya positif dan hasilnya tentu sangat besar.

Tidak ada sesuatu yang pengaruhnya sangat baik, buahnya segar dan keutamaannya bermacam-macam seperti yang ada pada tauhid, karena kebaikan dunia dan akhirat merupakan buah dan keutamaan tauhid.

Di antara manfaat tauhid adalah:

1.Tauhid merupakan sebab paling utama terhapusnya dosa dan kesalahan. Dalilnya adalah hadits Anas radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Wahai anak adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi dosa, kemudian engkau menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku sedikitpun –yakni beertauhid-, maka Aku akan mendatangimu dengan sepenuh itu pula ampunan’”. (Riwayat Tirmidzi [V/548, no. 3540], Ibnu Majah [II/1255, no.3821], dan Ahmad [V/147, 148, 153, 154, 155]). Demikian pula dengan hadits nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Siapa yang bersaksi (bersyahadat) bahwa tidak ada tuhan yang disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan (bersaksi) bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya serta Kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan roh dari-Nya, dan (bersaksi) bahwa surga adalah haq, neraka adalah haq; Allah akan masukkan dia ke dalam surga-Nya apapun amal yang ada padanya”. (Riwayat Bukhari [VI/474, no. 3435], Muslim [I/57, no. 28]). Hadits ini menunjukkan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa seorang hamba dengan sebab tauhidnya yang murni. Adakah manfaat di akhirat yang lebih besar dari ini?

2.Tauhid membebaskan seorang hamba dari perbudakan makhluk dan ketergantungan, ketakutan dan kepasrahan terhadap mereka serta beramal untuk mereka. Hati seorang yang bertauhid selalu bergantung kepada Rabb-nya, Pencipta langit dan bumi yang di Tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu. Inilah harga diri yang hakiki dan kemuliaan yang agung. Seorang yang bertauhid selalu beribadah hanya kepada Allah, tidak mengharapkan kepada selain-Nya dan tidak takut kecuali kepada-Nya. Sehingga dengan demikian, kesuksesan dan keberhasilannya kian terealisir.

3.Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mengggapai ridho Allah Ta’ala, cinta dan pahala-Nya. Berbeda dengan syirik yang merupakan sebab turunnya siksa Allah, kemurkaan dan kepedihan azab-Nya. Firman Allah Ta’ala: “Kamu tidak akan mendapat suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah: 22).

4.Tauhid yang telah tertanam mantap dalam hati seseorang hamba akan meringankannya dari segala kesulitan, musibah, kepedihan dan kesedihannya. Jika seseorang menyempurnakan tauhid dan keimanannya, dia akan menghadapi kesulitan dan kepedihannya dengan hati yang sabar, jiwa yang tenang, dan menerima serta ridha dengan taqdir Allah. Allah telah memuji orang yang bertauhid ketika mereka menerima musibah. Allah Ta’ala berfirman: “(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka menggucapkan ‘Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat pujian.” (QS. Al-Baqarah: 156-157).


Rujukan: Kitab “Tauhid, Urgensi dan Manfaatnya”, yang ditulis oleh DR. Umar bin Su’ud al-‘Ied dan diterbitkan oleh Al-Maktab at-Ta’awuni Lid Da’wah wal Irsyad wa Tau’iyatil Jaliat bi as-Sulay.

MENTAUHIDKAN ALLAH (Beribadah hanya kepada Allah)

Tauhid adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Ketika kita berbicara masalah tauhid, pertama kali yang terbetik dalam ingatan kita adalah masalah yang berkenaan dengan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala atas para hamba-Nya. Hak-hak tersebut menjadi keniscayaan dan konsekuensi dari kalimat agung, yaitu kalimat Laa Ilaaha Illallah. Hak-hak tersebut mencakup hak rububiyyah, uluhiyyah dan asma’ wa sifat.

Hak rububiyyah meliputi keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu-satunya Pencipta, Pengatur rezeki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan dan lainnya. Sedangkan hak uluhiyyah adalah menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai satu-satunya sesembahan yang diibadahi, tak ada sekutu bagi-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku (mentauhidkanKu)”(Adz-Dzariyat:56). Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, ’Sesungguhnya Allah itu al-Masih putra Maryam’. Padahal al-Masih (sendiri) berkata, ’Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu’. Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka..... Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa adzab yang pedih.”(Al-Ma’idah:72-73).
Oleh karena itu, semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Allah semata dan tidak boleh dipalingkan kepada selain-Nya sedikitpun. Contoh ibadah misalnya: do’a, shalat, khauf (takut), roja’ (harapan), tawakkal (berserah diri), dan sebagainya. Maka kita tidak boleh berdo’a kepada selain Allah. Tidak boleh kita berdo’a kepada kuburan, orang yang ada di kuburan, wali, malaikat, dan juga tidak boleh kita berdo’a kepada nabi. Kita hanya berdo’a kepada Allah.

Hak dalam asma’ dan sifat-Nya adalah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna sebagaimana yang terdapat di dalam kitab-Nya (Al-Qur’an) dan hadits-hadits Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam.

Makna kalimat Laa Ilaaha Illallah adalah tidak ada yang berhak disembah di langit dan di bumi kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar“(Al Hajj: 62).

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak...”(An-nisa’:36).

Kalimat Laa Ilaaha Illallah bukan berarti: “Tidak ada pencipta selain Allah” sebagaimana yang disangka sebagian orang, karena sesungguhnya orang-orang musyrik pada zaman Rasullullah pun mengakui bahwa Sang Pencipta dan Pengatur alam ini adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun tidak membuat mereka masuk dalam Islam.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan mereka,’ niscaya mereka menjawab, ’Allah,’...”(Az-Zukhruf:87).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Allah.’ Maka katakanlah: ‘Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?”(Yunus:31).

Walaupun orang-orang kafir tersebut mengakui bahwa Sang Pencipta dan Pengatur alam ini adalah Allah, namun mereka mengingkari penghambaan (ibadah) hanya kepada Allah, mereka tidak mau memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata. Mereka mengakui Allah yang menciptakan mereka, Allah yang memberikan rizki dan Allah yang mengatur segala urusan, namun mereka tetap menyembah berhala. Alangkah jahilnya orang-orang ini, mereka menyembah sesuatu benda mati yang tidak mampu mendatangkan manfaat...!!! Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “(Dan orang-orang kafir berkata:) Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”(Shod:5).

KEUTAMAAN KALIMAT LAA ILAAHA ILLALLAH

Dalam kalimat Laa Ilaaha Illallah terkumpul keutamaan yang banyak, dan faedah yang bermacam macam. Namun, keutamaan tersebut tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya, apabila sekedar diucapkan saja. Dia baru memberikan manfaat bagi orang yang mengucapkanya dengan keimanan dan melakukan kandungan-kandungannya. Salah satu keutamaannya adalah bahwa orang yang mengucapkannya dengan ikhlas semata-mata karena mencari ridha-Nya maka Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan baginya api neraka. Diantara sabda Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam yang menyebutkan keutamaan kalimat Laa Ilaaha Illallah adalah:

Pertama:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi siapa yang mengatakan Laa Ilaaha Illallah semata-mata karena mencari ridha Allah” (Muttafaq ‘alaihi).

Kedua:
“Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat nanti adalah orang yang mengucapkan : ‘Laa Ilaaha Illallah,’ dengan ikhlas dari hati atau jiwanya” (HR. Al-Bukhari [no.99 dan 6570] dan Ahmad [II/373] dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu).

Ketiga:
“Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah, dengan jujur dari hatinya, melainkan Allah mengharamkannya masuk neraka”(HR. Al-Bukhari [no.128] dan Muslim [no.32] dari hadits Muadz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu). Wallahu A’lam.

Penulis: Benny Mahaputra Adipradana (kaummuslimin.blogspot.com)
Rujukan:
1) Al-Quran dan as-Sunnah Rasulullah yang Shahih.
2) Kasyfusy Syubuhat, Syaikh Muhammad at-Tamimy
3) Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Cetakan Ketiga-Pustaka Imam asy-Syafi’i-Bogor, th. 1427 H.
4) Kitab Tauhid 1, Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Cetakan XIV-Darul Haq-Jakarta, th. 1427 H.
5) ElFata, Volume 06, tahun 2006.
6) Dan lain-lain.
barangsiapa mendatangi dukun dan peramal lalu dia benarkan apa yang diucapkan dukun atau peramal itu berarti dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad. (HR Ahmad)

SHALAT SUNNAH FAJAR

Dua raka'at shalat sunnah fajar adalah amalan yang selayaknya kita jaga dan jangan di tinggalkan. Karena Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam sangat menjaga pelaksanaan shalat sunnah fajar di banding shalat shalat lainnya. 'Aisyah radhiallahu'anha berkata," Rasulullah tidak pernah demikian ulet melaksanakan shalat sunnah sebagaimana keuletan beliau melaksanakan dua rakaat fajar sebelum Shubuh."

Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda :
"Dua rakaat sunnah fajar lebih baik daripada dunia dan seisinya."
(Hadist riwayat muslim(725))

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda :
"Dua rakaat sunnah fajar lebih aku sukai daripada dunia seluruhnya."
(Sunanul Kubra An-Nasaa'I (I/175,nomor 458))

Jika di bandingkan keutamaan dua rakaat sunnah fajar dengan dunia seisinya bahkan dengan dunia seluruhnya niscaya lebih baik, lebih besar dan lebih banyak pahalanya.

Shalat sunnah fajar ini di lakukan secara ringkas.'Aisyah radhiallahu'anha berkata,"Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam biasa mengerjakan shalat ringkas dua rakaat antara adzan dan iqamat saat shalat subuh."
(Hadist Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Dan diantara sunnah Nabi shallallahu'alaihi wasallam adalah melakukan idhthijaa'(berbaring kesebelah kanan) seusai mengerjakan shalat sunnah fajar. Sebagaimana di sebutkan dalam hadist: "Usai mengerjakan shalat sunnah fajar dua raka'at, biasanya Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berbaring ke sebelah kanan."
(Hadist Riwayat Al-Bukhari)

Bagi yang mengerjakan shalat sunnah ini di rumah dan berkesempatan melaksanakannya meski hanya beberapa menit maka hendaklaj ia melakukannya.

Dari buku Panduan Amal Sehari Semalam
Penulis : Abu Ihsan Al Atsari
Penerbit : Pustaka Darul Ilmi

mari bersama mengembalikan kehidupan Islam.