Rabu, 03 Februari 2010

Mengenal Motivasi
Sukses adalah keinginan tiap orang, ada satu hal penting dalam meraihnya, yaitu motivasi. Motivasi dapat membuahkan kedisiplinan, keuletan dan lain-lain. Motivasi adalah merupakan ruh dari jasad pribadi yang ingin sukses. motivasi merupakan suatu penggabungan keinginan dan energi dalam mencapai suatu tujuan. Dengan keinginan orang tau kemana akan melangkah, dengan energi orang akan dapat menggerakkan apa yang ada padanya untuk mencapai keinginan itu. Motivasi seperti udara bagi kehidupan. Sangat berperan penting bagi jiwa-jiwa yang ingin sukses.

Prinsip motivasi
1. motivasi merupakan proses psikologis dengan membangkitkan emosional.
2. motivasi berproses tanpa disadari.
3. motivasi bersifat individual sehingga cara memotivasi tiap orang bisa berbeda-beda atau juga dari waktu ke waktu mengalami perubahan. Namun inti dari motivasi itu bersumber dari diri sendiri (motivatornya maupun orang yang dimotivasi).
4. Motivasi adalah proses sosial, sehingga membutuhkan faktor eksternal

Minggu, 31 Januari 2010

Kisah Penuh Hikmah : Hutan nya Monyet

Seekor anak monyet bersiap-siap hendak melakukan perjalanan jauh. Ia merasa sudah bosan dengan hutan tempat hidupnya sekarang. Ia mendengar bahwa di bagian lain dunia ini ada tempat yang disebut “hutan” di mana ia berpikir akan mendapatkan tempat yang lebih “baik”. “Aku akan mencari kehidupan yang lebih baik!” katanya. Orangtua si Monyet, meskipun bersedih, melepaskan kepergiannya. “Biarlah ia belajar untuk kehidupannya sendiri,” kata sang Ayah kepada sang Ibu dengan bijak.
Maka pergilah si Anak Monyet itu mencari “hutan” yang ia gambarkan sebagai tempat hidup kau Monyet yang lebih baik. Sementara kedua orangtuanya tetap tinggal di hutan itu. Waktu terus berlalu, sampai suatu ketika, si Anak Monyet itu secara mengejutkan kembali ke orangtuanya. Tentu kedatangan anak semata wayang itu disambut gembira orangtuanya.
Sambil berpelukan, si Anak Monyet berkata, “Ayah, Ibu, aku tidak menemukan hutan seperti yang aku angan-angankan. Semua binatang yang aku temui selalu keheranan setiap aku menceritakan bahwa aku akan bergi ke sebuah tempat yang lebih baik bagi semua binatang yang bernama hutan.” “Malah, mereka mentertawakanku.” sambungnya sedih. Sang Ayah dan Ibu hanya tersenyum mendengarkan si Anak Monyet itu. “Sampai aku bertemu dengan Gajah yang bijaksana,” lanjutnya, “Ia mengatakan bahwa sebenarnya apa yang aku cari dan sebut sebagai hutan itu adalah hutan yang kita tinggali ini!. Kamu sudah mendapatkan dan tinggal di m hutan itu!” Benar, anakku. Kadang-kadang kita memang berpikir tentang hal-hal yang
jauh, padahal apa yang dimaksud itu sebenarnya sudah ada di depan mata.”
Kita semua adalah si Anak Monyet itu. Hal-hal sederhana, hal-hal ada di sekitar kita tidak kita perhatikan. Justru kita melihat hal yang “jauh-jauh” yang pada dasarnya sudah di depan mata. Kita gelisah dengan karir pekerjaan, kita gelisah dengan sekolah anak-anak, kita gelisah dengan segala
rencana kehidupan kita. Padahal, yang pekerjaan kita sekarang adalah bagian dari karir kita. Padahal, anak-anak kita bersekolah sekarang adalah bagian dari proses pendidikan mereka dan hidup yang kita jalani adalah bagian dari rangkaian kehidupan kita ke masa yang akan datang.

PERLU TINDAKAN ATAU TIDAK

Assalamu'alaikum Warahamtullahi Wabarakatuh:

Saudara/saudari Kaum Muslimin yang diberkati Allah.

Adalah baik jika kita punya sedikit waktu untuk membaca ini dan melakukan kebaikan.

Semoga Allah SWT membalasnya dan semoga kelak AIB kita diakhirat juga ditutupi oleh Allah SWT, Tuhan Hari Pembalasan. Amien...

Caranya simple:
Silahkan lihat dan pelajari apa yang dilakukan oleh orang orang fasiq ini dalam website http://beritamuslim.wordpress.com/

Jika kita setuju, kita bisa melaporkan kepada WORDPRESS untuk memblok situs ini karena penghinaanya dan penodaanya kepada Islam sudah sangat keterlaluan...

Untuk sementara:

1. Klik http://en.wordpress.com/report-spam/

2.Tulis email anda di Your Email

3. Tulis di Blog URL: http://beritamuslim.wordpress.com/

4. Tulis alasan anda di Why? misalnya dengan kata-kata:

"Blog Spamming and that blog was insulting religion islam"
"Hate, Racis, and Insulting Religions"
"Obscane, and using hate speech for insulting religion by misusing and exploiting the community"

5. klik tombol Report Blog.

Semoga Allah membalas kita karena telah membela agamanya, membela Allah dan Nabinya. Insya Allah.

Wa'alaykumsalam wr.wb

Wacana Pernikahan

Assalamualaikum salam Warahmatullah

Welcome back, Team *senyum*
Lama tak berjumpa kembali. Semoga Allah Meridhai perjumpaan ini lewat sebuah pesan yang kali ini insya Allah dapat menjadi inspirasi bagi kita semua. Allahuma Amiin

Alhamdulillah, ada artikel baru lagi nih, sebelumnya mohon maaf karena ana tidak dapat menuliskan judul sumbernya lantaran anapun mendapatkannya di web bebas dan sumber artikel tidak disebutkan secara jelas. Tema Artikel kali ini berjudul Wacana Pernikahan yang dimana seperti yg disebutkan sebelumnya mudah2xan dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam mengarungi hidup rumah tangga nanti. Insya Allah.

masri kita simak secara seksama...

***
Sumber: kaskus.us

1. KETIKA AKAN MENIKAH
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita Jangan
lah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.

2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orangtua/wali si gadis, tetapi
meminta kepada TUHAN melalui orang tua/wali si gadis.

3. KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan negara, tetapi menikah di
hadapan TUHAN

4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoakan anda, karena
anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf
apabila anda berfikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan doa
mereka.

5. SEJAK MALAM PERTAMA
Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan
bukan sepasang malaikat.!

6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur
bunga, tetapi juga semak belukar yg penuh onak dan duri.

7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat
berpegang tangan

8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK.
Cintailah isteri atau suami anda 100%

9. KETIKA TELAH MEMIKI ANAK.
Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda, tetapi
cintailah isteri atau suami anda100% dan
cintai anak-anak anda masing-masing 100%.

10.KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK.
Yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan
tingkat ketaatan suami dan isteri

11.KETIKA EKONOMI MEMBAIK
Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita
semasa menderita

12.KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit
secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolonganAnda.

13.KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu
berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.

14.KETIKA MENDIDIK ANAK
Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua
yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik
adalah orang tua yang jujur kepada anak ..

15.KETIKA ANAK BERMASALAH
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama
dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh
orang tuanya.

16.KETIKA ADA PIL.
Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.

17.KETIKA ADA WIL
Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.

18.KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA
Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan
menuju potret keluarga bahagia.

19.KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS
Gunakanlah formula 7 K
1 Ketaqwaan
2 Kasih sayang
3 Kesetiaan
4 Komunikasi dialogis
5 Keterbukaan
6 Kejujuran
7 Kesabaran

Mudah-mudahan........

sumber : kaskus.us

Khebatan Imam Ali ra hilang dihadapan Sayyidina Abu Bakar & Umar??? Tanya knp !!!

Kononnya Imam Ja'far al-Sadiq berkata :

“Siapa saja daripada kalangan Syi‘ah kami dan pencinta kami tidak memiliki Kitab Sulaim Bin Qais al-Hilali, mereka tidak mengetahui urusan kami dengan sebenarnya. Mereka tidak mengetahui sesuatu pun daripada sebab-sebab kami. Ia adalah hujah Syi‘ah yang mengandung rahasia daripada rahasia-rahasia keluarga Muhammad Saw.”



lho.. hubungannye ape sih... yookk marihh.. kita tengok masing dibawah nih..


- Khebatan pertama -

Al Kasyani, seorang ulama tafsir syi’ah menukilkan kisah berikut:

Dari Fatimah as mengatakan:

Terjadi gempa bumi pada masa Abubakar, lalu orang menemui Abubakar dan Umar, tetapi ternyata mereka juga keluar dari rumah berlari menuju Ali as, lalu masyarakat mengikuti mereka berdua, ketika mereka sampai di rumah Ali, Ali pun keluar tanpa mempedulikan orang yang berkumpul di depan rumahnya, Ali berjalan dan diikuti oleh manusia, ketika sampai di sebuah tempat lewatnya air hujan, lalu Ali duduk di atasnya, orang yang ada pun ikut duduk di sekitarnya, mereka melihat rumah-rumah kota Madinah bergoyang karena gempa, Ali bertanya pada mereka: apakah kalian ketakutan melihat gempa? Mereka menjawab: bagaimana kami tidak takut, kami belum pernah melihat gempa seperti itu. Lalu Ali menggerakkan bibirnya dan menepuk tangannya, lalu mengatakan: diamlah, ada apa? Lalu bumi berhenti bergoncang dengan ijin Allah.

Orang-orang yang ada terkejut, lebih terkejut dari saat mereka melihat Ali keluar dari rumahnya, Ali berkata pada mereka: "Apakah kalian heran melihat apa yang kulakukan?" Mereka menjawab: "Ya"

Ali mengatakan: Aku adalah orang yang dimaksud oleh Allah dalam firmannya :

"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat)", (QS. 99:1)

"dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya", (QS. 99:2)

"dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)", (QS. 99:3)

aku adalah manusia yang mengatakan: "ada apa ini?"

Dan ayat

"pada hari itu bumi menceritakan beritanya", (QS. 99:4)

akulah yang dimaksud dalam ayat itu


[Tafsir As Shafi hal 571]


- Khebatan kedua -

Al Majlisi menyebutkan dalam riwayat kisah yang panjang:

bahwa Ali mengisyaratkan tangannya pada dua awan, tiba-tiba kedua awan tersebut berubah menjadi seperti karpet, Ali menaiki sebuah awan sendirian, sementara beberapa sahabatnya seperti Salman dan Miqdad –seperti disebutkan dalam riwayat-menaiki karpet satu lagi.
Ali mengatakan sambil duduk di awan: "Aku adalah mata Allah di bumi, aku adalah lidah Allah yang berbicara pada makhlukNya, aku adalah cahaya Allah yang tidak pernah padam, aku adalah pintu menuju Allah, dan hujjahNya atas seluruh makhlukNya".

[Biharul Anwar, jilid 34 hal 27]



- Khebatan ketiga -

Masih lanjutan kisah diatas,

Sedangkah para sahabat Ali bertanya kepadanya tentang mukjizat para Nabi, lalu Ali menjawan: "Aku akan menunjukkan kalian yang lebih hebat dari mukjizat para Nabi",
Hingga Ali berkata: "Demi Dzat yang membelah biji dan menghidupkan jiwa, aku memiliki kekuasaan di langit dan bumi, yang jika kalian ketahui sebagian saja pasti kalian akan gila, sesungguhnya Nama Allah yang teragung terdiri dari tujuh puluh dua huruf, Ashif bin Barjhiya hanya memiliki satu huruf yang diucapkannya, lalu Allah membenamkan bumi antara Asif dan singgasana Bilqis, hingga dia bisa mengambil singgasana bilqis dengan tangannya, lalu bumi kembali lagi seperti sediakala dalam waktu lebih cepat dari kedipan mata, demi Allah kami memiliki tujuh puluh dua huruf, Allah hanya memiliki satu huruf saja yang tidak diberitahukan pada siapa pun".

[Biharul Anwar jilid 34 hal 27]

_________________________________________________________________________

Tapi..... ????? Tapi..... ????? Tapi..... ????? Tapi..... ?????


Kitab Sulaim bin Qais Al Hilali memuat kisah baiatnya Imam Ali kpd Sayyidina Abu Bakar ra (intinya baik syiah maupun sunni mngakui adanya baiat itu)

Dalam Kitab Sulaim bin Qais Al Hilali diceritakan bahwa Abubakar mengutus budaknya Qunfudz untuk memanggil Ali agar berbaiat, tetapi Ali menolak untuk berbaiat, lalu Abubakar mengatakan pada budaknya : "Kembalilah pada Ali, jika ia mau kemari maka kembalilah bersamanya, jika dia masih menolak maka masuklah ke rumahnya, jika masih menolak bakar saja rumahnya".

Lalu Qunfudz si terkutuk kembali ke rumah bersama beberapa orang dan mereka masuk ke rumah Ali tanpa seijinnya, Ali bangkit untuk meraih pedangnya, tetapi didahului oleh para penyerang yang berjumlah banyak, Ali berusaha meraih pedang mereka tetapi gagal karena para penyerang mengeroyoknya, mereka mengikatkan tali di leher Ali.

Fatimah mencoba menghalangi mereka di pintu rumah tetapi Qunfudz si terkutuk mencambuknya, hingga saat Fatimah meninggal dunia nampak di lengannya bekas dipukul cambuk, semoga dia dilaknat Allah, lalu mereka menyeret Ali dengan tali ke hadapan Abubakar, dan Ali berkata: "Demi Allah jika aku dapat memegang padangku, kalian tidak akan dapat melakukan ini padaku.", Umar membentaknya: "Segeralah berbaiat, jangan banyak omong kosong.", Ali menjawab: "Jika aku tidak mau berbaiat apa yang akan kalian lakukan?".

Mereka menjawab: "Kami akan membunuhmu dalam keadaan hina", hingga akhirnya Abubakar mengatakan: "Segeralah berbaiat", Ali menjawab: "Jika aku menolak ?" Abubakar menjawab: "Kami akan membunuhmu", lalu Ali menasehati mereka tiga kalimat lalu mengulurkan tangannya tanpa membuka telapak tangan, lalu Abubakar memukulnya, lalu Ali berteriak sebelum berbaiat, sedangkan di lehernya ada tali yang membelenggu: "Wahai saudaraku, kaumku menghinakanku dan hampir membunuhku."

[Kitab Sulaim bin Qais hal 83-89]

Jadi sapa sih nyang menghinakan ahlul bait Nabi SAW... Sunni atawa Syiah??? Klo pnya akal sadar donk.. sblum kburu didatangi malakul maut..

Kisah Penuh Hikmah : Kejarlah Impian Sejati

Suatu hari, ada seorang muda yang bertemu dengan seorang tua yang bijaksana. Si anak muda bertanya, “Pak, sebagai seorang yang sudah kenyang dengan pengalaman tentunya anda bisa menjawab semua pertanyaan saya”.
“Apa yang ingin kau ketahui anak muda ?” tanya si orang tua. “Saya ingin tahu, apa sebenarnya yang dinamakan impian sejati di dunia ini”. Jawab si anak muda.
Orang tua itu tidak menjawab pertanyaan si anak, tapi mengajaknya berjalan-jalan di tepi pantai. Sampai di suatu sisi, kemudian mereka berjalan menuju ke tengah laut. Setelah sampai agak ke tengah di tempat yang lumayan dalam, orang tua itu dengan tiba-tiba mendorong kepada si anak muda ke dalam air.
Anak muda itu meronta-2, tapi orang tua itu tidak melepaskan pegangannya. Sampai kemudian anak muda itu dengan sekuat tenaga mendorong keatas, dan bisa lepas dari cekalan orang tua tersebut.
“Hai, apa yang barusan bapak lakukan, bapak bisa membunuh saya” tegur si anak muda kepada orang bijak tersebut. Orang tua tersebut tidak menjawab pertanyaan si anak, malah balik bertanya ,”Apa yang paling kau inginkan saat kamu berada di dalam air tadi ?”. “Udara, yang paling saya inginkan adalah udara”. Jawab si anak muda.
“Hmmm, bagaimana kalo saya tawarkan hal yang lain sebagai pengganti udara, misalnya emas, permata, kekayaaan, atau umur panjang ?”tanya si orang tua itu lagi.
“Tidak ….. tidak …… tidak ada yang bisa menggantikan udara. Walaupun seisi dunia ini diberikan kepada saya, tidak ada yang bisa menggantikan udara ketika saya berada di dalam air” jelas si anak muda.
“Nah, kamu sudah menjawab pertanyaanmu sendiri kalau begitu. KALAU KAMU MENGINGINKAN SESUATU SEBESAR KEINGINANMU AKAN UDARA KETIKA KAMU BERADA DI DALAM AIR, ITULAH IMPIAN SEJATI” kata si orang tua dengan bijak.

Impian dan harapan. Keduanya mirip namun berbeda. Harapan lebih kepada sesuatu di masa depan yang terjadi dengan sendirinya atau atas hasil kerja orang lain. Campur tangan kita kecil sekali, atau bahkan tidak ada. Impian tidak seperti itu. Apapun yang terjadi, mau tidak mau, dengan perjuangan sekeras apapun impian itu HARUS tercapai.

Kisah Penuh Hikmah : Siapa yang Mati

Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka karena anak satu-satunya mati. Sembari membawa jenasah anaknya, wanita ini menghadap Sang Guru untuk meminta mantra atau ramuan sakti yang bisa menghidupkan kembali anaknya.
Sang Guru mengamati bahwa wanita di hadapannya ini tengah tenggelam dalam kesedihan yang sangat mendalam, bahkan sesekali ia meratap histeris. Alih-alih memberinya kata-kata penghiburan atau penjelasan yang dirasa masuk akal, Sang Guru berujar:
“Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan sebutir biji lada.”
“Itu saja syaratnya?” tanya wanita itu dengan keheranan.
“Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota penghuninya belum pernah ada yang mati.”
Dengan “semangat 45″, wanita itu langsung beranjak dari tempat itu, hatinya sangat entusias, “Guru ini memang sakti dan baik sekali, dia akan menghidupkan anakku!”
Dia mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya: “Tolonglah saya. Saya sangat membutuhkan satu butir biji lada. Maukah Anda memberikannya?” “Oh, boleh saja,” jawab tuan rumah. “Anda baik sekali Tuan, tapi maaf, apakah anggota rumah ini belum pernah ada yang mati?” “Oh, ada, paman kami meninggal tahun lalu.” Wanita itu segera berpamitan karena dia tahu bahwa ini bukan rumah yang tepat untuk meminta biji lada yang dibutuhkannya.
Ia mengetuk rumah-rumah berikutnya, semua penghuni rumah dengan senang hati bersedia memberikan biji lada untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah yang terhindar dari peristiwa kematian sanak saudaranya. “Ayah kami barusan wafat…,” “Kakek kami sudah meninggal…,” “Ipar kami tewas dalam kecelakaan minggu lalu…,” dan sebagainya.
Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai istana, tak satu tempat pun yang memenuhi syarat tidak pernah kehilangan anggotanya. Dia malah terlibat dalam mendengarkan cerita duka orang lain. Berangsur-angsur dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam penderitaan ini; tak seorang pun yang terlepas dari penderitaan.
Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam keadaan batin yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Dia mengucap lirih, “Guru, saya akan menguburkan anak saya.” Sang Guru hanya mengangguk seraya tersenyum lembut.
Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan kesaktian dan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu, tetapi kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya?
Bukankah anak tersebut suatu hari akan mati lagi juga? Alih-alih berbuat demikian Sang Guru membuat wanita yang tengah berduka itu mengalami pembelajaran langsung dan menyadari suatu kenyataan hidup yang tak terelakkan bagi siapa pun: siapa yang tak mati?
Penghiburan sementara belaka bukanlah solusi sejati terhadap peristiwa dukacita mendalam seperti dalam cerita di atas.
Penderitaan hanya benar-benar bisa diatasi dengan pengertian yang benar akan dua hal:
(1) kenyataan hidup sebagaimana adanya, bukan sebagaimana maunya kita, dan
(2) bahwasanya pada dasarnya penderitaan dan kebahagiaan adalah sesuatu yang bersumber dari dalam diri kita sendiri

Ya Allah Berilah Ketenangan dalam Jiwa kami, Berkahilah hidup ini
Lakukanlah sedikit kebaikan dengan membrikan hikmah cerita ini kepada teman-teman kita yang lain, Semoga ketenangan dan kesabaran hadir dalam jiwa kita.
Kembali ke Masjid dengan membawa ketenangan

Kapitalisme , Sosialisme , Islam

>> KAPITALISME adalah sistem yang didasarkan atas pertukaran yang sukarela (voluntary exchanges) di dalam pasar yang bebas.

Kapitalisme lahir dari asas sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan masyrakat) yang muncul dari pengalaman pahit saat hidup di bawah otoritas gereja di abad pertengahan dulu ,menegaskan bahwa manusia sendirilah yang berhak membuat aturan hidup, bukan Tuhan.

Dr. Amien Rais dalam Cakrawala Islam (1991), merincinya sebagai berikut:
1. Kapitalisme melahirkan ketidaksamaan (inequality), atau kesenjangan ekonomi dalam masyarakat.
2. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang bersifat internasional, jadi tidak dapat berdiri sendiri dalam suatu negara tertentu. Kapitalisme internasional hanya dapat mempertahankan hidupnya lewat eksploitasi yang dilakukan atas Dunia Ketiga
3.Demi kepentingan ekonominya, kekuatan-kekuatan kapitalis selalu bersikap double-standard. Kapitalisme, langsung atau tidak, berkaitan dengan suatu sistem opresi internasional demi kelangsungan kepentingan ekonominya.
4.Kapitalisme yang secara teoritas memberikan kesempatan sama (equality of opportunity) kepada setiap anggota masyarakat, dalam kenyataannya bersifat diskriminatif, bahkan rasis.
5. Semboyan kapitalisme yang berupa “berproduksi untuk dapat berproduksi lebih besar” (to produce, to roduce and to produce) menyebabkan keserakahan dan berkembangnya kehidupan yang materialistis.
6. Sebagai konsekuensi logis dari cara produksi seperti dikemukakan tadi, adalah pola kehidupan yang konsumeris.
7. Kapitalisme menimbulkan gejala-gejala alienasi dan anomi dalam masyarakat.

>> SOSIALISME, mencoba mengatasi problem produksi, konsumsi dan distribusi melalui perencanaan atau komando.
1. Sosialisme dapat ditegakkan dengan sistem politik yang otoriter, atau bahkan totalite.
2. Menunjukkan kontradiksi fundamental. Secara teoritis, eksploitasi manusia katanya akan dihilangkan, namun terbukti bahwa penganiayaan terhadap setiap anggota masyarakat yang dianggap menjadi penghalang kelancaran sosialisme menjadi sesuatu yang rutin.
3. Sosialisme pada dasarnya mematikan kreatifitas manusia
4. Dengan dikuasainya alat-alat produksi oleh negara, mereka yang memgang kekuasaan akan cenderung untuk melakukan korupsi tanpa pengawasan ketat dari rakyat.
5. Sosialisme melihat manusia selalu berdasarkan kelasnya.
6. Adanya penurunan derajat manusia. Karena materialisme menjadi dasar falsafahnya


>> EKONOMI ISLAM adalah ”suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam”, dimana ”keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Alquran, Sunnah, ijma dan qiyas” (Nasution dkk, 2006).

Ekonomi ISLAM bukanlah sebuah sistem yang benar-benar otentik, berbeda atau ada di luar himpunan sistem ekonomi yang dijalankan di dunia.

Namun ada Perbedaan yang utama ;
1. Secara epistemologis ekonomi Islam dipercaya sebagai bagian integral dari ajaran Islam itu sendiri, sehingga pemikiran ekonomi Islam langsung bersumber dari Tuhan.
2. Ekonomi Islam dilihat sebagai sistem yang bertujuan bukan hanya mengatur kehidupan manusia di dunia, tapi juga menyeimbangkan kepentingan manusia di dunia dan akhirat.
3. Sebagai konsekuensi dari landasan normatif , sejumlah aspek positif atau teknis dalam ekonomi konvensional tak bisa diaplikasikan karena bertentangan dengan nilai-nilai yang dibenarkan oleh Islam.

Tentang SISTEM EKONOMI ISLAM
> prinsip ekonomi Islam yang dianut adalah penyerapan pasar domestik yang sangat didukung oleh negara dalam rangka memenuhi kebutuhan individu masyarakatnya.

> Ekspor bukan lagi tujuan utama hasil produksi. Sebab, sistem mata uangnya juga sudah sangat stabil, yaitu dengan menggunakan standar emas (dinar dan dirham). Dengan demikian, negara tidak membutuhkan cadangan devisa mata uang negara lain karena semua transaksi akan menggunakan dinar/dirham atau dikaitkan dengan emas.

> Negara juga akan menerapkan sistem transaksi hanya di sektor riil dan menghentikan segala bentuk transaksi ribawi dan non riil lainnya.

> Dengan begitu, perputaran barang dari sektor riil akan sangat cepat dan tidak akan mengalami penumpukkan stok.

> Penawaran dan permintaan bukanlah indikator untuk menaikkan/menurunkan harga ataupun inflasi, karena jumlah uang yang beredar stabil sehingga harga akan stabil. Negara pun tidak perlu repot-repot mengatur jumlah uang beredar dengan menaikkan/menurunkan suku bunga acuan seperti yang dilakukan negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis. Negara hanya akan memantau dan memastikan kelancaran proses distribusi barang dan jasa agar segala kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

> Negara yang mengelola sumber kekayaan yang menjadi milik rakyat. Hasilnya dikembalikan lagi kepada rakyat. Dengan demikian, jaminan sosial bagi masyarakat, seperti pendidikan dan kesehatan, akan terpenuhi. Dalam kondisi seperti ini, daya beli masyarakat akan sangat kuat dan stabil.


Rosulullah pernah membuat pasar Islam dengan nama “Suqul Anshar“ atau pasar Anshar. Dengan semangat perpaduan serta ketaatan pada ALLAH dan Rasul-Nya umat Islam saat itu menumpukan perhatian semata-mata di Suqul Anshar.
sistem yang dipakai adalah ekonomi Islam, dimana tidak ada penindasan atau riba serta amat memberi kemudahan dan di dalamnya juga terdapat semangat perpaduan dan rasa ber-Tuhan yang tajam, maka banyak orang bukan Islam dan orang luar kota pun tertarik untuk berdagang ke Suqul Anshar.

Sumber :

>Ekonomi Islam: Di Luar Spektrum Kapitalisme dan Sosialisme? ; Ari A. Perdana

>Kritik Islam terhadap Kapitalisme dan Sosialisme; M Tri

>Sahriyalmusa &Kisah Rasulullah Membangun Sistem Ekonomi Islam
firman

YANG PALING MEMPESONA IMANNYA

Ya Allah, taburkanlah wangian
Diatas kubur nabi yang mulia
Dengan semerbak shalawat
Dan salam sejahtera

Madinah Al-munawarah, pada dini hari. Membran malam perlahan tersingkap,
berganti dengan subuh syahdu. Lengang berpulun dengan udara dingin
menggigit. Dan deru sahara hanya terdengar dari jauh. Cerlang fajar sebentar
lagi nampak. Shalat subuh hampir tiba, Rasulullah Saw dan para sahabat
menyemut pada satu tempat, masjid. Semua hendak bertemu dengan yang di
cinta, Allah. Namun sayang, air untuk berwudhu tidak setetes pun tersedia.
Tempat mengambil air seperti biasanya kini kerontang.

Dan para sahabat pun terdiam, bahkan ada beberapa yang menyesali kenapa
tidak mencari air terlebih dahulu untuk keperluan kekasih Allah itu
berwudhu. Rasululllah pun bertanya kepada para sahabat "Adakah diantara
kalian membawa kantung untuk menyimpan air?". Berebut para sahabat
mengangsurkan kantung air yang dimilikinya. Lalu, Nabi yang begitu mereka
cintai itu meletakkan tangannya diatasnya. Tidak seberapa lama, jemari
manusia pilihan itu memancarkan air yang bening. "Hai Bilal, panggil mereka
untuk berwudhu" sabda nabi kepada Bilal.

Dan para sahabat pun tak sabar merengkuh aliran air dari jemari sang Nabi.
Di basuhnya semua anggota wudhu, ada banyak gumpalan keharuan dan pesona
yang menyeruak. Bahkan Ibnu mas'ud mereguk air tersebut sepenuh cinta.

Shalat subuh pun berlangsung sendu, suara nabi mengalun begitu merdu. Ada
banyak telinga yang terbuai, hati yang mendesis menahan rindu. Selesai
memimpin shalat, nabi duduk menghadap para sahabat. Semua mata memandang
pada satu titik yang sama, Purnama Madinah. Dan di sana, duduk sesosok cinta
bersiap memberikan hikmah, seperti biasanya.
"Wahai manusia, Aku ingin bertanya, siapakah yang paling mempesona imannya?"
Al-Musthafa memulai majelisnya dengan pertanyaan.
"Malaikat ya Rasul Allah" hampir semua menjawab.

Dan nabi memandang lekat wajah para sahabat satu persatu. Janggut para
sahabat masih terlihat basah. "Bagaimana mungkin, malaikat tidak beriman
sedangkan mereka adalah pelaksana perintah Allah."
"Para Nabi, ya Rasul Allah" jawab sahabat serentak.
"Dan bagaimana para Nabi tidak beriman, jika wahyu dari langit langsung
turun untuk mereka".
"Kalau begitu, sahabat-sahabat engkau, wahai Rasulullah" pada saat menjawab
ini banyak dari sahabat yang mengucapkannya malu-malu.
"Tentu saja para sahabat beriman kepada Allah, karena mereka menyaksikan apa
yang mereka saksikan".
Selanjutnya mesjid hening. Semua bersiap dengan lanjutan sabda nabi yang
mulia. Semua menunggu, sama seperti sebelumnya pesona sosok yang duduk
ditengah-tengah mereka mampu menarik semua pandangan laksana magnet
berkekuatan maha. Dan suara kekasih Allah itu kembali terdengar. "Yang
paling mempesona imannya adalah kaum yang datang jauh sesudah kalian. Mereka
beriman kepadaku, meski tak pernah satu jeda mereka memandang aku. Mereka
membenarkan ku sama seperti kalian, padahal tak sedetikpun mereka pernah
melihat sosok ini. Mereka hanya menemukan tulisan, dan mereka tanpa ragu
mengimaninya dengan mengamalkan perintah dalam tulisan itu. Mereka membelaku
sama seperti kalian gigih berjuang demi aku. Alangkah inginnya aku berjumpa
dengan para ikhwanku itu".

Semua terpekur mendengar sabda tersebut. Kepada mereka nabi memanggil sapaan
sahabat, sedang kepada kaum yang akan datang, nabi merinduinya dengan
sebutan "Saudaraku". Alangkah bahagia bisa dirindui nabi sedemikian indah,
benak para sahabat terliputi hal ini.

Dan terakhir nabi, mengumandangkan QS Al Baqarah ayat 3: "Mereka yang
beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian dari
apa yang kami berikan kepada mereka".
***

Memang, tiada yang lebih indah, dirindui nabi seperti demikian. Kang
Jalaluddin Rakhmat menyebutkan, keistimewaan sebutan 'saudara' ini
disebabkan beberapa hal.

Pertama: Para sahabat menyaksikan langsung sosok nabi Muhammad, menjumpainya
dalam keseharian, menemaninya dalam setiap kesempatan. Para sahabat bertemu
langsung dengan beliau, memperhatikan segala perilaku indahnya. Para sahabat
beriman kepada Nabi secara lahir. Sedangkan para ikhwan (saudara)
mempercayai Rasulullah setelah membaca dan mendengar perilaku beliau.

Kedua: Para sahabat mengenal nabi secara langsung, berada di depan mata.
Para sahabat melihat mukjizat seperti tadi, bukan dari cerita atau kisah.
Para sahabat mengalaminya sendiri. Sedangkan para ikhwan mengenal nabi
secara tidak langsung, hanya berdasarkan bukti-bukti yang rasional. Dan hal
ini memerlukan pembelajaran yang tidak mudah, karena lebih abstrak. Dan
fitrah manusia selalu mengedepankan hal-hal yang dilihat secara nyata.

Selanjutnya kang Jalal menghimbau, Cintailah Rasululullah, maka ia akan
menjadi pusat perhatian. Kapan saja ia diperbincangkan maka kita akan selalu
semangat menyimak. Cintailah Rasulullah maka kita akan meniru perilakunya
dengan hasil baik. Dan yang lebih dahsyat lagi, cintailah Rasulullah maka
beliau akan menganggap kita sebagai saudara (ikhwan) dan janji Allah dalam
QS. Annisa: 69, seorang pencinta Rasul akan digabungkan dengan orang-orang
yang memperoleh nikmat Allah yaitu Para nabi, para shidiqin, para syahid dan
orang-orang shaleh.
***

Tak ada salahnya, pabila saat ini saya mengenang sosok yang hanya saya tahu
ciri-cirinya dari sebuah buku. Mengapakah terlalu sering saya mengabaikan
teladan sempurna ini. Bahkan, terlalu jauh saya terlontar dari sunnahnya.
Padahal, engkau ya Rasul Allah, begitu memperhatikan kami, hingga kami
disebut pada saat-saat terakhir kehidupanmu. Ketika maut menjemput, nafas
satu-satu dan detik-detik penghabisan di dunia sebelum dengan anggun engkau
dipanggil Allah.

Maafkan saya, ya nabi pilihan Allah, shirahmu saya baca tetapi saya hanya
mengemasnya dengan rapi dalam memori sebagai sebuah kisah yang nantinya akan
saya sampaikan kepada yang lain. Engkau merindukan umat yang berjuang untuk
membelamu, padahal saya sama sekali tidak berbuat apapun. Engkau rindui
sosok-sosok yang mencintaimu dengan segenap jiwa, dan saya tidak tahu apa
bukti kecintaan yang telah saya persembahkan meski hanya sekuntum saja.
Betapa malunya saya wahai Rasulullah.

Meski demikian, perkenankan saya menyampaikan salam, salam cinta dan salam
kerinduan. Salam bagimu ya Rasul Allah, salam bagimu duhai kekasih Allah
yang mulia. Inilah si lemah dari sekian abad dari masamu yang terbentang,
menyampaikan salam pekat kerinduan. Inilah si dungu, meski dengan tubuh
penuh dengan karat dosa, dengan mata yang seringkali tak terarah, dengan
mulut yang kerap menghina dan berdusta, dengan telinga yang sering tuli
terhadap kepedihan sesama, memberanikan diri menyapamu dalam kesendirian.

Mengenang engkau ya Rasul Allah, menetaskan dahaga hebat bagi kerontangnya
jiwa ini untuk berjumpa denganmu. Mengingatimu tentang betapa rekatnya
engkau mencintai para pengikut yang datang jauh setelah engkau tiada,
mengkristalkan haru yang tiada tara. Betapapun besar rasa malu ini,
terimalah salam, wahai pembawa cahaya kepada dunia.
Betapapun buruk rupa jiwa ini,
Betapapun kerdil pikiran ini,
Betapapun kelu lidah ini berucap,
Ingin saya sampaikan kepadamu wahai nabi al-musthafa:
Shallaallaahu ala muhammad, shallalhu alaihi wasallam...

Salam bagimu ya Rasul Allah.
Sahabat, telah sering kita mengucapkan shalawat terhadap junjungan nabi
Mulia, bahkan mungkin disetiap jeda yang kita punya, salam untuk sang
tercinta tak lupa kita ungkap. Namun apakah salam yang kita sampaikan
benar-benar salam yang ikhlas, salam tanda cinta kita, ataukah salam yang
refleks keluar dari mulut kita tanpa ada makna?

“Wallahu 'A'lam Bisawab”

*mudah-mudahan saat ini dalam dadamu ada yang bergemuruh juga*

Rakyat Turki Merindukan Khilafah Kembali . . .

Sejak 1923, di bawah pimpinan Mustafa Kemal Ataturk, Turki telah berubah menjadi negara sekuler. Sudah 86 tahun Republik Turki secara ketat memisahkan agama dan negara dalam kehidupan rakyatnya. Kini, sebagian besar rakyat di negara yang terletak di dua benua--Eropa dan Asia--itu mulai frustrasi dan muak dengan kebudayaan sekuler yang begitu ketat.

Kini, sebagian rakyat Turki merindukan kejayaan Kekhalifahan Ottoman yang sempat menjadi adikuasa dunia. ''Rakyat Turki kembali tertarik dengan kepahlawanan dan kejayaan di era Kesultanan Turki Usmani. Mereka kini merasa memilikinya lagi,'' ungkap Direktur Istana Topkapi, Ilber Ortayli, yang juga penjaga kediaman mewah Sultan Ottoman, kepada The New York Times, Sabtu (5/12).

Dari hari ke hari, kesadaran rakyat Turki untuk mengenang kejayaan Kekaisaran Ottoman terus meningkat. Anak-anak muda di negara itu juga mulai menghidupkan kembali semangat kejayaan Turki Usmani. Melalui kaus yang mereka pakai, generasi muda Turki mengampanyekan keinginannya untuk kembali merebut kejayaan yang pernah dicapai di masa kekhalifahan.

"Kekaisaran Turki Usmani pernah menguasai dua pertiga dunia, namun tak pernah memaksa siapa pun untuk mengganti bahasa atau agama pada kelompok minoritas,'' papar Egeman Bagis, menteri untuk Hubungan Uni Eropa. ''Rakyat Turki bisa membanggakan warisan Turki Usmani itu.''

Kekhalifahan Turki Usmani berjaya sekitar enam abad, yakni mulai 1299 hingga 1 November 1922. Pada era keemasannya, yakni abad ke-16 hingga 17 M, Kekhalifahan Turki Usmani menguasai sebagian besar wilayah di tiga benua, yakni Eropa Tenggara, Asia Barat, dan Afrika Utara.

Pada masa kejayaannya, seluruh wilayah kekuasaan Turki Usmani itu terbagi mejadi 29 provinsi dan sejumlah wilayah otonom menyatakan diri bergabung dengan Sultan Turki Usmani yang bergelar khalifah. Seiring kekalahannya pada Perang Dunia I, kedigdayaan Kesultanan Turki Usmani pun mulai pudar.

Sejak 29 Oktober 1923, Turki pun memproklamasikan diri sebagai negara sekuler. Kerinduan terhadap kejayaan Turki Usmani mulai dipandang sebagai pemberontakan terhadap budaya sekuler yang ketat yang diterapkan oleh pendiri Turki, Mustafa Kemal Ataturk.

''Ottomania (orang-orang Turki yang merindukan Turki Usmani) merupakan bentuk kesadaran dan berdayanya kalangan Islam sebagai reaksi terhadap Ataturk yang berusaha membuang agama dan Islam ke pinggir lapangan,'' ujar Pelin Batu, co-host sebuah program sejarah televisi populer. Setelah menerapkan aturan sekularisme, rakyat Turki dijauhkan dari nilai-nilai agama Islam.

Betapa tidak, aturan sekularisme Turki melarang rakyatnya menggunakan tulisan Arab yang juga merupakan bahasa Alquran. Muslimah pun dilarang berjilbab saat bekerja di lembaga-lembaga negara. Kini, popularitas Ataturk tampaknya mulai meredup di kalangan rakyat Turki.

Kemenangan Partai Pembangunan dan Keadilan pada Pemilu 2002 dan 2007 merupakan bukti bahwa rakyat Turki kembali merindukan ajaran Islam kembali ditegakkan. Dua tahun silam, rakyat Turki memilih Abdullah Gul sebagai seorang presiden yang istrinya mengenakan jilbab dalam satu windu terakhir.

Kerinduan rakyat Turki atas kejayaan Kekhalifahan Turki Usmani juga dipandang sebagai kekecewaan atas upaya Uni Eropa yang menolak kehadiran negara dua benua itu sebagai anggotanya. "Kami orang Turki sudah capek diperlakukan Uni Eropa sebagai negara miskin dan terbelakang,'' papar Kerim Sarc, seorang pemilik toko Ottoman Empire T-Shirts. hri/taq

"Dari Nu’man bin Basyir, dari Hudzaifah radhiyallahu ’anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda: تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ “Akan ada fase kenabian di tengah-tengah kalian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase Khilafah berdasarkan metode kenabian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase penguasa yang zalim. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Lalu akan ada fase penguasa diktator. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Selanjutnya akan datang kembali Khilafah berdasarkan metode kenabian. Kemudian beliau SAW diam.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabarani) Hadits ini menjelaskan bahwa Khilafah akan tegak kembali setelah fase penguasa yang zalim (mulkan ’adhan), dan fase penguasa diktator (mulkan jabariyan). Dan Khilafah yang akan tegak itu adalah Khilafah ‘ala minhaji an-nubuwah, Khilafah yang sesuai dengan metode kenabian, yakni Khilafah yang menilai dirinya seperti Khilafah pada masa Khulafaur Rasyidin. Sehingga dengan izin Allah, Khilafah yang akan tegak adalah Khilafah Rasyidah." Yakinlah saudaraku janji Allah itu pasti..!!

Kisah Penuh Hikmah : Penebang Kayu

Di sebuah desa, ada seorang penebang kayu, yang dibayar Rp 30.000,- per hari oleh seorang pengusaha, untuk jasanya menebang kayu. Setelah beberapa bulan bekerja, pengusaha merasa telah membayar penebang kayu tersebut dengan harga yang semakin mahal, tetapi hasil tebangan kayunya semakin menurun jumlahnya. Dengan negosiasi yang alot akhirnya penebang kayu itu menerima penurunan upahnya menjadi Rp 20.000,- Waktu berselang enam bulan, pengusaha tersebut berkembang usahanya, sehingga ia perlu menambah satu orang penebang kayu lagi. Sama dengan penebang kayu yang pertama, penebang kayu kedua juga dibayar Rp 20.000,- per hari. Setelah satu bulan, pengusaha tersebut menaikkan upah harian penebang kayu kedua, tetapi tidak menaikkan upah penebang kayu yang pertama. Tentu saja penebang kayu yang pertama protes. Bagaimana mungkin seorang pekerja yang baru satu bulan upahnya sudah dinaikkan, tetapi pekerja yang sudah bekerja tujuh bulan, gajinya tidak dinaikkan bahkan diturunkan.

Ternyata pengusaha itu mempunyai alasan yang cukup kuat. Penebang kayu yang kedua, mampu mempertahankan produktivitasnya. Setiap hari, ia mampu menebang kayu yang jumlahnya relatif sama setiap hari. Lain halnya dengan penebang kayu yang pertama. Sejak awal ia bekerja, sampai masa kerjanya tujuh bulan, hasil tebangan kayunya semakin menurun dari hari ke hari.

Penebang kayu yang pertama tidak percaya dengan data yang diberikan oleh si pengusaha. Untuk itu, ia minta hasil tebangan masing-masing dikumpulkan pada lokasi yang berbeda, sehingga ia bisa melihat dan membuktikan bahwa hasil tebangan penebang kayu yang pertama memang lebih banyak jumlahnya daripada hasil tebangannya.
Pengusaha setuju dengan permintaan penebang kayu yang pertama. Ia memberi waktu satu minggu bagi penebang kayu yang pertama untuk melakukan apa yang dimintanya. Setelah satu minggu, akhirnya si penebang kayu yang pertama bisa membuktikan bahwa hasil tebangan penebang kayu yang kedua lebih banyak daripada hasil tebangannya sendiri.

Selanjutnya, pengusaha menyarankan agar penebang kayu pertama belajar dan menanyakan resep sukses penebang kayu kedua dalam mempertahankan produktivitasnya. Saran itu diikuti oleh penebang kayu. Datanglah ia kepada penebang kayu kedua. Ia bertanya banyak hal. Ia melihat bagaimana penebang kayu kedua. Satu hal yang menurutnya bisa menjaga konsistensi produksi penebang kedua, adalah bahwa dalam waktu satu hari, penebang kayu kedua mengambil waktu istirahat dua kali, yaitu pada tengah hari dan ketika sore hari. Sebenarnya ia juga beristirahat pada waktu yang sama, tetapi apa yang dilakukan pada saat istirahat itu, benar-benar berbeda. Penebang kayu pertama, ketika beristirahat memang benar-benar beristirahat, makan dan minum. Tetapi penebang kayu kedua, selain makan, minum dan istirahat, ia juga mengasah kapaknya. Dan mengasah kapak, adalah bagian esensial yang menyebabkan penebang kayu kedua mampu mempertahankan produktivitasnya.

Dunia ini selalu berubah. Setiap hari selalu saja keluar penemuan-penemuan baru, cara-cara baru, dan mengharuskan kita untuk beradaptasi dengan perubahan itu. Pengalaman kami selama ini menunjukkan bahwa bukan yang terkuat yang bisa bertahan hidup, bukan yang terbesar ataupun yang terbuas. Makhluk yang mampu bertahan hidup adalah makhluk yang mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya.

Itulah sebabnya, asah kapak anda. Lakukan sesuatu yang berbeda dalam cara anda menjual, sehingga hasil yang anda peroleh pun akan berbeda. Coba identifikasi apa yang sudah anda lakukan, dan analisis hasilnya. Setelah itu, lakukan perubahan pada satu atau dua hal dari cara yang anda lakukan, kemudian analisis kembali hasilnya. Kalau hasilnya lebih buruk, ubah lagi caranya. Kalau hasilnya baik, lakukan terus perubahan ke arah yang lebih baik, sampai tujuan anda tercapai.

Mudah-mudahan ada manfaatnya. Semoga Allah Memberkahi Kehidupan Kita

Selamat Tahun baru 2010.

(Disadur dari Bunda Lucy, Superparenting 1)

RENUNGAN MENGENAI PEMUTUS KENIKMATAN

Oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali

Dari Nadhar bin Ismail yang berkata: Saya pernah mendengar Umar bin Dzar [1] berkata:

Kamu sekalian telah cukup mengerti tentang kematian, maka kamu menunggu-nunggu kedatangannya siang dan malam.

Mungkin kamu meninggal sebagai seorang yang sangat dicintai oleh keluarganya, dihormati oleh kerabatnya, dan dipatuhi oleh masyarakatnya, dipindahkan keliang yang kering dan batu-batu cadas yang bisu. Tidak ada seorangpun dari keluarga yang bisa memberikan bantal, kecuali hanya menempatkannya di tengah kerumunan binatang serangga. Adapun bantal pada saat itu berupa amal perbuatannya.

Atau mungkin kamu meninggal sebagai orang yang malang dan terasing. Di dunia, ia telah ditimpa banyak kesedihan, usaha yang dilakukan sudah berkepanjangan, badan telah kepayahan, lantas kematian tiba-tiba menjemput sebelum ia meraih keinginannya.

Atau mungkin kamu adalah seorang anak yang masih disusui, orang yang sakit, atau orang yang tergadai dan tergila-gila dengan kejahatan. Mereka semua diundi dengan anak panah kematian.

Tidak adakah pelajaran yang bisa dipetik dari perkataan para juru nasihat?!

Sungguh, seringkali saya berkata: "Maha Suci Allah Jalla Jalaluhu. Dia telah memberi tempo kepada kamu sehingga seakan-akan menjadikan kamu lalai." Kemudian saya kembali melihat kepemaafan dan kekuasaan-Nya, lantas berkata: "Tidak, tetapi Dia mengakhirkan kita sampai pada batas ajal kita, sampai pada hari di mana mata menjadi terbelalak dan hati menjadi kering."

"Artinya : Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong." [Ibrahim : 43]

"Ya Rabbi, Engkau telah memberikan peringatan, maka hujjah-Mu telah tegak
atas hamba-hamba-Mu”

Kemudian ia membaca:

"Artinya : Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit." [Ibrahim : 44]

Kemudian ia berkata:

"Wahai pelaku kezhaliman! Sesungguhnya kamu sedang berada dalam masa penangguhan yang kamu minta itu, maka manfaatkanlah sebelum akhir masa itu tiba dan bersegeralah sebelum berlalu. Batas akhir penangguhan adalah ketika kamu menemui ajal, saat sang maut datang. Ketika itu tidak berguna lagi penyesalan.

Anak Adam ibarat papan yang dipasang sebagai sasaran dari panah kematian. Siapa yang dipanah dengan anak panah-anak panahnya, tidak akan meleset. Dan bila kematian itu telah menginginkan seseorang, maka tidak akan menimpa yang lain.

Ketahuilah, sesungguhnya kebaikan yang paling besar adalah kebaikan di akhirat yang abadi dan tidak berakhir, yang kekal dan tidak fana, yang terus berlanjut dan tak kenal putus.

Hamba-hamba yang dimuliakan bertempat tinggal di sisi Allah Ta'ala di tengah segala hal yang menyenangkan diri dan menyejukkan pandangan. Mereka saling mengunjungi, bertemu, dan bernostalgia tentang hari-hari mereka hidup di dunia.

Tentramlah kehidupan mereka. Mereka telah memperoleh apa yang mereka inginkan dan meraih apa yang mereka cari, karena keinginan mereka adalah berjumpa dengan majikan Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi Anugerah. [2]


[Disalin ulang dari: "Wasiat Para Salaf", Penulis Syaikh Salim bin 'Ied Al Hilali, Penerjemah: Hawin Murtadho. Penerbit: At-Tibyan, Solo. Cetakan kedua: Juli 2000 M, hal.111-114]
_________
Foote Note
[1]. Dia adalah Umar bin Dzar biun Abdillah bin Zaraqah Al-Hamdani Al-Murhabi, seorang tabi'it tabi'in yang tsiqah, wafat pada tahun 135 H. Riwayat hidupnya ada dalam "Tahdzibut Tahdzib" (VII:144), "Hilyatul Auliya" (V:108) dan lain-lain
[2]. Dikeluarkan oleh Abu Nu'aim dalam 'Al-Hilyah' (V:115-116)
www.almanhaj.or.id

RESEP MENYEMBUHKAN KEGERSANGAN HATI

Pada suatu kesempatan datanglah salah seorang kepada
Ibnu Mas'ud, sahabat Rosululloh SAW, seraya berkata ,
"Wahai Ibnu Mas'ud berikanlah aku nasihat yang dapat
kujadikan obat bagi hatiku yang sedang gelisah. dalam
beberapa hari ini aku merasa tidak tentram, jiwaku
gelisah dan pikiranku kusut, makan tak enak, tidur tak
nyenyak."Maka Ibnu Mas'ud menjawab, "kalau penyakit
itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi
tiga tempat : orang yang sedang membaca Al Qur'an,
engkau membaca Al Qur'an atau engkau dengar baik-baik
orang yang sedang membaca Al Qur'an, atau engkau cari
waktu dan tempat yang sunyi disana engkau berkhalwat
menyembah Allah.

Di tengah malam buta ketika semua orang tidur nyenyak,
engkau bangun mengerjakan salat malam, meminta dan
memohon kepada Allah agar diberikan ketenangan jiwa,
ketentraman fikiran dan kemurnian hati. Seandainya
jiwamu belum terobati dengan cara ini, mintalah kepada
Allah agar diberi-Nya hati yang lain, sebab hati yang
kau pakai itu bukan lagi hatimu." Sekembalinya orang
itu kerumah diamalkanya nasihat Ibnu Mas'ud ra. Benar
hatinya menjadi tenang dan tentram. Nasihat Ibnu
Mas'ud untuk orang itu sungguh sangat ampuh. Penyakit
yang dideritanya berhari-hari sembuh seketika.
Kegersangan dan kegelisahan setiap saat akan menjadi
milik manusia, karena tuntutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Tidak sedikit
godaan dan rintangan yang harus dihadapi, baik yang
mempengaruhi jiwanya, fikirannya, maupun rohaninya.
Bila kegersangan dan kegelisahan batin itu tidak
segera diobati dan dibersihkan maka ia akan menjelma
menjadi penyakit yang berbahaya. Tidak mustahil sampai
ke tingkat yang kronis yang terkadang lebih berbahaya
daripada penyakit jasmani itu sendiri. Semuanya jadi
serba tidak enak. Apapun aktivitas yang dilakukan
serba menjengkelkan, membosankan, dan senantiasa
menghadirkan amarah.

Sifat kasih sayang yang merupakan modal mahal dalam
dirinya dalam bergaul dan bermasyarakat akan hilang.
Itu semua karena pikiran sedang kalut , hatinya sedang
kusut.
Hal ini bisa dimisalkan orang yang sedang jatuh cinta,
padahal kemampuan untuk menikah belum cukup. Lain lagi
ketika kita mau menghadapi UMPTN dalam hati timbul
rasa was-was kalau-kalau tidak lulus. Juga peristiwa
yang menimpa para aktifis da'wah, ketika menghadapi
benturan dan cemoohan dari musuh da'wah, ketika
ditengah-tangah perjalanan da'wah mengalami
kekecewaan. Sekali lagi hal-hal seperti dimisalkan di
atas pasti akan menimpa pada setiap diri manusia dan
harus cepat-cepat diobati, bila sakit berlanjut maka
amalkanlah pesan Ibnu Mas'ud ra.

Siapa saja yang hatinya sedang gersang,gelisah yang
disebabkan aktivitas sehari -hari yang begitu padat
maka manusia memerlukan semacam obat penenang jiwa.
Ada yang mendatangi tempat-tempat hiburan seperti
diskotik, gedung bioskop, bar-bar, duduk-duduk sambil
menikmati sebatang rokok atau dengan cara main kartu,
dan lain sebagainya. Namun semua itu tidak disadari
bahwa dengan cara semacam itu akan lebih banyak
mendatangkan efek negatifnya daripada positifnya
(manfaatnya). Mungkin disaat asyiknya menikmati
acara-acara yang ada ditempat itu semua aktivitas akan
terlupakan dimana seluruh jiwa terkonsentrasikan untuk
menikmati hiburan. Tapi apa bisa dibuktikan bahwa
setelah keluar dari tempat itu semua kegersangan dan
kegelisahan hati akan tersembuhkan. Barangkali bukanya
hati akan tentram atau tersembuhkan tapi akan lebih
kacau bahkan akan menambah permasalahan baru.

Dalam permasalahan seperti ini semestinya kita
kembalikan kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya
dalam Al Qur'an surat Ar-Ra'du ayat 28 "Ingatlah,
bahwa dengan mengingat Allah itu, tentramlah segala
hati." Sebagaimana telah diceritakan dalam kisah nyata
diatas seseorang yang datang kepada ibnu Mas'ud dimana
hatinya sedang gelisah, kalut, susah makan maka dengan
nasihatnya Ibnu Mas'ud menganjurkan untuk melaksanakan
dari tiga alternatif diatas. Bagamanapun juga hati
manusia adalah milik Allah SWT dan dengan cara
mengembalikan kepada Allah merupakan cara yang tepat
untuk memperbaiki atau menyembuhkan kegersangan dan
kegelisahan hati. Sahabat Rasulullah SAW Ibnu Mas'ud
ra telah memberikan tiga alternatif cara menyembuhkan
hati yang sedang gersang , gelisah, kalut, mudah marah
yakni :


Mengunjungi orang yang sedang membaca Al Qur'an
Membaca atau mendengar baik-baik bacaan Al Qur'an,
salat lail. Mengunjungi orang yang membaca Al Qur'an
merupakan alternatif pertama, karena orang yang
membaca Al Qur'an akan lebih paham tentang kandungan
Al Qur'an dan memiliki hati yang qur'ani. Dengan
mengunjunginya kita akan belajar dan memahami apa yang
terkandung dalam Al Qur'an dan dan kita akan
memperoleh nasihat-nasihat yang bijak, dengan demikian
kita akan lebih dekat kepada Allah SWT yang Insya
Allah kita akan memperoleh hati yang tentram dari
Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW "Seseorang itu akan
mengikutu agama temannya, oleh karena itu hendaknya
salah seorang diantara kamu memperhatikan orang yang
ditemaninya." Insya Allah dengan mengunjungi orang
-orang yang rajin membaca Al Qur'an kita akan
memperoleh teman-teman yang saleh yang apabila bertemu
dengan dia kita teringat akan Allah SWT.


Membaca atau mendengar baik-baik bacaan Al Qur'an.

Allah berfirman dalam hal ini "dan apabila dibacakan
Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat," (Q.S : Al A'raaf 204).


Mengerjakan salat lail (salat malam)

Disaat manusia tertidur nyenyak. Disitulah kita
berkhalwat mendekatkan diri kepada Allah dan berdo'a
memohon ketentraman hati. Firman Allah dalam Al Quran
surat Al Isra ayat 79, "Pada malam hari, hendaklah
engkau bertahajjud sebagai tambahan untuk engkau,
mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ke tempat yang
terpuji." Dalam hal ini Allah juga berfirman dalam Al
Qur'an surat Al Muzammil ayat 1-5. Bahkan diriwayatkan
dengan turunnya ayat ini pada awal-awal perjuangan
Rasulullah SAW salat tahajjud pernah diwajibkan. Ini
artinya bahwa salat tahajjud mempunyai hikmah yang
sangat tinggi. Ketiga alternatif itulah yang sangat
tepat untuk mengobati hati yang sedang gersang atau
gelisah dan sangat keliru kalau mengobati penyakit ini
dengan cara masuk ke kandang diskotik, gedung bioskop,
atau tempat-tempat maksiat lainya.


Wallahua'lam Bishawab

Kemenangan Semakin Mendekat

Asslamu'alaikum wr.wb.

Segala puji bagi allah swt tiada maha suci allah yg maha benar adanya dan akan memberikan kemenangan bagi hambanya yg berjuang yg semata2 mengharapkan ridho allah swt , Salam sejahtera bagi junjungan baginda Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya. untuk para pejuang agama allah semoga dimudahkan segala urusannya.
Kami Menghimbau bagi para Anggotanya pengemban dakwah untuk penegakan Khilafah dan Syariah Islam khususnya , dan para pengemban Dakwah umumnya jgn sampai terpancing dengan nada orng2 yg tidak suka pada penegakan khilafah dan syariah islam di bumi allah swt , saya menghimbau agar teman2 membalasnya dengan cara yg santun sbgaimana Rasulullah saw telah memberikan contoh kpd ummatnya yg tercinta . biarkan mereka berkata kasar krna skrg telah diterapkan nya sistem yg rusak yaitu SPILIS , mungkin kurang tahunya mereka terhadap agama mereka sndiri ( Islam ) , atau memang disengaja tuk menutupi kebenaran agama ( Islam ) mereka krna mempunyai kepentingan . Wallahu 'alam . . . Doa kan mereka yg bagi belum tau tentang Islam agar mereka diberikan Hidayah oleh Allah SWT.Amiiinn. . . .

Sandiwara imam ke 12 (Mahdi versi Syiah)

Ringkasan dari sandiwara ini adalah, imam mereka yang kesebelas yaitu Hasan Al-Askari tidak memiliki keturunan. Dia memiliki saudara bernama Ja`far. Saudara ini tidak mungkin jadi imam menurut syarat-syarat mereka. Mereka bimbang dan bingung, karena tidak hadirnya anak bagi Hasan tidak hanya akan membatalkan imamah, akan terbongkar pula seluruh kebohongan mereka dan tertelanjangi seluruh klaim-klaim mereka. Merekalah yang telah membangun dan meletakkan dasar-dasar, syarat-syarat dan tanda-tanda imam. Bagaiman hal itu terjadi, bukankah mereka itu ma`shum dari salah dan lalai, yang dipilih langsung oleh Allah Ta`ala seperti yang mereka yakini karena itu goncanglah perkara Syi`ah, pecahlah persatuan syi`ah karena mereka sekarang tanpa imam dan tanpa agama. Sebab tidak ada agama bagi mereka tanpa adanya imam, sebab imam adalah hujjah untuk penduduk bumi. Al-Qur`an bukanlah hujjah kecuali dengan hadirnya imam. Dengan ada imam, alam semesta terjaga. Akan tetapi imam telah mati dan alam masih utuh??

Maka Syi`ah saat itu berselisih dan pecah menjadi empat belas golongan seperti keterangan An-Nubakhti atau lima belas kelompok seperti keterangan Al-Qummi. Dan keduanya adalah berasal dari abad ketiga Hijriah dan orang yang terdekat dengan peristiwa. Kami akan suguhkan kisah dengan lisan mereka sendiri dari kitab mereka sendiri. Di antara pembesar syi`ah awal adalah Filsuf Imam (lihat majali Al-Mumin,Tustari hal 177). Ia menjelaskan bagaimana kejadian saat itu:

"Sesungguhnya Syi`ah menjadi pusing setelah matinya Hasan Al-Askari. Mereka terpecah-pecah banyak sekali karena perbedaan pendapat.

Satu kelompok berkata bahwa Hasan bin Ali telah mati dan hidup lagi setelah matinya. Seandainya ia memiliki anak, tentu benarlah matinya dan tidak akan hidup kembali karena imamah berlaku untuk pengganti yang telah diwasiatinya.

Satu kelompok berkata, Ja`far adalah imam, bukan Hasan karena Hasan telah mati dan tidak memiliki keturunan, padahal imam tidak akan mati sebelum berwasiat dan memiliki pengganti.

Kelompok lain berkata bahwa imam sesudah Ali bukanlah Ja`far karena ia memiliki banyak hal yang tercela dan ia terkenal dengan itu,juga bukan Hasan karena ia telah mati. Seorang Imam tidak boleh mati sebelum memiliki pengganti. Karena itu imam setelah Ali (Al-Hadi,imam kesepuluh) adalah putranya yang bernama Muhammad , (tetapi ia pun mati) mati pada zaman bapaknya.

Kelompok lain berkata, bahwa imam setelah Ali adalah Hasan (Al-Askari), dan setelah Hasan adalah saudaranya yang bernama Ja`far. Adapun apa yang diriwayatkan syiah dari Ja`far (Ash Shaqid) bahwa imamah tidak boleh beralih kepada saudara setelah Hasan dan Husain itu manakala yang pertama memiliki pengganti dari anaknya, jika tidak maka akan kembali kepada saudara karena darurat.

Pendapat yang banyak sekali, An-Nubakhti menutup makalahnya bahwa mereka terpaksa mengatakan bahwa Hasan (Al-Askari) memilikin putra. Bagaimana mungkin seorang imam yang telah terbukti imamahnya dan nama baiknya yang sangat terkenal dikalangan khusus dan umum kemudian meninggal tanpa seorang pengganti.

Namun pendapat ini pun masih ada yang membantah. Mereka mengatakan bahwa Hasan tidak memiliki sama sekali karena kita telah menyelidiki dan menelitinya. Ternyata tetap tak diketemukan. Seandainya boleh bagi kita mengatakan yang semisal Hasan yang meninggal tanpa anak, bahwa dia memiliki anak yang tersembunyi maka tentu kita boleh mengatakannya untuk setiap orang. Dan tentu kita boleh mengatakannya Nabi pun bahwa beliau memiliki putra yang tersembunyi.

Dan bahwa Abul Hasan Ar-Ridha meninggalkan tiga putra selain Abu Ja`far yang salah satunya adalah sang imam. Karena datangnya berita tentang matinya Hasan tanpa putra seperti datangnya berita tentang wafatnya Nabi dengan tidak meninggalkan seorang putra. Padahal Abdullah bin Ja`far tidak meninggalkan seorang putra dan Ar-Ridha tidak memiliki empat orang putra. Anak tersebut jelas batil (tidak ada) tetapi ada benang penghubung yang benar yaitu istri simpanannya. Dia akan melahirkan seorang putra yang akan menjadi imam bilamana ia melahirkan.

Pendapat inipun disanggah kelompok lainnya...

Singkat cerita, Akhirnya kelompok kedua belas yaitu Imamiyah berkata: "Yang benar bukanlah seperti yang diucapkan oleh mereka semua. Tetapi Allah memiliki hujjah dari putra Hasan bin Ali, jadi Imam tidak boleh dalam dua saudara setelah Hasan dan Husain. seandainya boleh, tentu benar ucapan sahabat ismail bin Ja`far dan madzhab mereka, dan tentu benar imamah Muhammad bin Ja`far, dan juga tidak boleh bumi ini kosong dari hujjah (imam). (Karena) sekiranya kosong maka tentulah bumi dan orang-orang yang ada diatasnya akan dibalik dan ditenggelamkan.

Karena itu kami percaya dengan matinya Hasan, bahwa dia memiliki putra dan tersembunyi, dan manusia tidak berhak mencari jejak langkahnya selama memang tertutup, tidak boleh menyebut namanya dan tidak boleh bertanya tentang tempatnya. Mencarinya adalah haram, tidak halal dan tidak boleh"

Akhirnya selesailah sudah episode sandiwara dan anekdot yang lucu ini yang telah menghibur kita semua. Sungguh sebuah kisah dari kumpulan cerita seribu satu malam.

penipuan ulung

Al Hasan Al ‘Askari yang wafat tanpa meninggalkan seorang anak pun, dan saudara kandungnya yang bernama Ja’far mewarisi seluruh harta warisannya, dengan dasar karena ia tidak meninggalkan seorang anakpun.

Marga Alawiyyin (Yang dimaksud dengan Alawiyyin ialah anak keturunan sahabat Ali bin Abi Tholib radhiallahu ‘anhu -pent) memiliki daftar keturunan yang kala itu dipegang oleh seorang perwakilan dari mereka, sehingga tidaklah dilahirkan seorang bayi pun dari mereka, melainkan akan dicatat padanya, dan padanya tidak pernah terdaftar seorang anak pun bagi Al Hasan Al ‘Askari. Dan marga Alawiyyin yang semasa dengan Al Hasan Al ‘Askari tidak pernah mengetahui bahwa ia meninggalkan seorang anak laki-laki.

Hakikat yang sebenarnya telah terjadi adalah, tatkala Al Hasan Al ‘Askari wafat dalam keadaan mandul, dan silsilah keimaman para pemuja mereka yaitu sekte Imamiyyah terputus, mereka menghadapi kenyataan bahwa paham mereka akan mati bersama kematiannya, dan mereka tidak lagi menjadi sekte Imamiyyah, karena tidak lagi memiliki imam. Oleh karena itu, salah seorang setan mereka yang bernama Muhammad bin Nushair, salah seorang mantan budak Bani Numair mencetuskan gagasan bahwa Al Hasan Al ‘Askari memiliki anak laki-laki yang disembunyikan di salah satu terowongan ayahnya(*), agar ia dan para sekongkolnya dengan nama Imam tersebut dapat mengumpulkan zakat dari masyarakat dan hartawan sekte Syi’ah! Dan agar mereka -walau dengan berdusta- dapat meneruskan propaganda bahwa mereka adalah pengikut para Imam.

(*) Dan terowongan ayahnya -seandainya memang benar bahwa ayahnya memiliki terowongan- maka para pengikut sekte Syi’ah tidak mungkin untuk memasuki ya, karena terowongan tersebut berada di kekuasaan Ja’far saudara kandung Al Hasan Al ‘Askari, dan ia meyakini bahwa saudara kandungnya yaitu Al Hasan tidak memiliki anak lelaki, tidak di dalam terowongan fiktif tersebut juga tidak di luarnya. Dan bila ia bersembunyi di berbagai terowongan!!! maka mana mungkin mereka dapat menemukannya…



Muhammad bin Nushair ini menginginkan agar dialah yang menjadi “Al Bab (pintu penghubung)” terowongan fiktif tersebut, sebagai penyambung lidah antara imam fiktif dengan pengikutnya, dan bertugas memungut harta zakat. Akan tetapi kawan-kawannya para setan penggagas makar ini tidak menyetujui keinginannya tersebut, dan mereka tetap bersikukuh agar yang berperan sebagai “pintu/Al Bab” ialah seorang pedagang minyak zaitun atau minyak samin. Pedagang ini memiliki toko kelontong di depan pintu rumah Al Hasan dan ayahnya, sehingga mereka dapat mengambil darinya segala kebutuhan rumah tangga mereka. Tatkala terjadi perselisihan ini, pencetus ide ini (yaitu Muhammad bin Nushair -pent) memisahkan diri dari mereka, dan mendirikan sekte An Nushairiyah yang dinisbatkan kepadanya.

Dahulu kawan-kawan Muhammad bin Nushair memikirkan supaya mereka mendapatkan cara untuk memunculkan figur “Imam Ke-12″ yang mereka rekayasa, dan kemudian ia menikah dan memiliki anak keturunan yang memegang tampuk Imamah sehingga paham Imamiyah mereka dapat berkesinambungan. Akan tetapi terbukti bagi mereka bahwa munculnya figur tersebut akan memancing pendustaan dari perwakilan marga Alawiyyin dan seluruh marga ‘Alawiyyin serta saudara-saudara sepupu mereka para khalifah dinasti Abbasiyyah dan juga para pejabat mereka. Oleh karenanya mereka akhirnya memutuskan untuk menyatakan bahwa ia tetap berada di terowongan, dan bahwasanya ia memiliki persembunyian kecil dan persembunyian besar, hingga akhir dari dongeng unik yang tidak pernah didengar ada dongeng yang lebih unik daripadanya, sampai pun dalam dongeng bangsa Yunani.

Mereka menginginkan dari seluruh umat Islam yang telah dikaruniai Allah dengan nikmat akal sehat agar mempercayai dongeng palsu ini!! Agar pendekatan antara mereka dengan sekte Syi’ah dapat dicapai?! Mana mungkin terjadi, kecuali bila dunia Islam seluruhnya telah berpindah tempat ke (rumah sakit jiwa) guna menjalani pengobatan gangguan jiwa!! Dan Alhamdulillah atas kenikmatan akal sehat, karena akal sehat merupakan tempat ditujukannya tugas-tugas agama, dan akal sehat -setelah nikmat iman yang benar- merupakan kenikmatan terbesar dan termulia.

Validitas Literatur Induk Ajaran Syiah

Kita patut meragukan apakah sumber mereka masih orisinil atau sudah dipermak sana sini. Dengan mengetahui validitas sumber sebuah ajaran, kita bisa menilai validitas ajaran tersebut.

Ada beberapa kitab yang dianggap oleh syiah sejajar dengan kitab empat di atas, artinya derajat validitas riwayatnya tidak berbeda, sehingga kitab itu berisi dalil-dalil yang valid untuk penyimpulan hukum syareat menurut syiah imamiyah. Hal ini seperti disebutkan oleh Al Majlisi pada pengantar Biharul Anwar –bisa dilihat pada jilid 1 hal 26-: kitab-kitab karya Ash Shaduq –selain lima kitab- sama terkenalnya dengan kitab empat. Majlisi meneruskan begitu; juga kitab Basha’ir Darajat termasuk literatur pokok yang juga dijadikan rujukan oleh Kulaini dan lainnya. Bisa dilihat di halaman yang sama, Majlisi juga menyebutkan kitab-kitab lain yang sederajat dengan kitab empat. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Al Hurr Al Amili dalam kitab Wasa’il Syi’ah jilid 20. juga dalam pengantar setiap kitab disebutkan bahwa kitab itu sama validnya dengan kitab yang empat .

Nampaknya yang disebut adalah dua kitab itu, yaitu kitab-kitab As Shaduq dan Bashair Darajat karena kitab-kitab itu adalah kitab-kitab besar kumpulan hadits, atau bisa jadi juga untuk menyaingi mazhab ahlussunnah dan untuk sekedar promosi. Nampak hal itu jelas ketika kita melihat kitab Al Wafi dimasukkan ke delapan kitab rujukan utama, dan kitab itu dianggap sebagai kitab tersendiri, padahal isi kitab Al Wafi hanyalah kumpulan dari empat kitab utama (Al Kafi, Tahdzib, Al Istibshar dan Man La Yahdhuruhul Faqih), mengapa dianggap sebagai kitab baru, padahal isinya hanyalah pengulangan dari empat kitab yang terdahulu. Ini semua dalam rangka membuat image bahwa syiah memiliki banyak rujukan, padahal isinya itu-itu juga, pengulangan dari empat kitab rujukan.

Begitu juga kitab AL Istibshar dianggap sebagai kitab tersendiri, padahal kitab Al Istibshar hanyalah ringkasan dari kitab Tahdzibul Ahkam, seperti dijelaskan oleh Thusi sendiri pada pengantar kitab Al Istibshar – jilid 1 hal 2-3- begitu juga siapa saja yang menelaah kedua kitab itu akan jelas mendapati bahwa kitab Al Istibshar hanyalah ringkasan dari kitab Tahdzibul Ahkam. Semua ini jelas dalam rangka promosi mazhab.

Begitu juga anda akan menemukan bahwa kitab Biharul Anwar karya asli penulisnya hanya sebanyak 25 jilid, lalu karena jilid ke 25 nampak terlalu besar maka dipisah menjadi 2 jilid, akhirnya jumlah keseluruhan kitab Biharul Anwar hanyalah 26 jilid. Bisa dilihat hal ini dalam kitab Dzari’ah jilid 3 hal 27. Tetapi kitab Biharul Anwar hari ini berjumlah 110 jilid, dimulai dari jilid 0, supaya nampak intelek. Pembaca yang “intelek” akan bertanya-tanya tentang asal tambahan kitab Biharul Anwar dari jilid 27 sampe jilid 110, hasil karya Majlisi sendiri –yang menulis 26 jilid- atau ada tangan-tangan lain yang menambah supaya nampak tebal?

Syiah memang senang sekali dengan yang demikian, biasanya ada sekelompok orang yang digaji khusus oleh hauzah ilmiyah untuk menulis sebuah buku, lalu buku itu dibuat seolah ditulis oleh satu orang, seakan orang itu menulis buku yang besar yang sangat sulit utnuk ditulis oleh sendirian, seperti bisa kita perhatikan kitab Al Ghadir – yang konon ditulis oleh seorang bernama Abdul Husein Al Amini-, selain itu syiah juga gemar mengaku-aku, bahwa syiah adalah pionir dalam semua cabang ilmu, padahal pengetahuan mereka hanyalah mengambil dari kitab-kitab Ahlussunnah, mereka memiliki pendapat-pendapat aneh yang membongkar kebohongan mereka.

Dalam kitab A’yanus Syi’ah banyak sekali ulama ahlussunnah yang dianggap sebagai syiah imamiyah hanya karena mereka memiliki sedikit kecondongan kepada Ali, padahal hal demikian itu tidak sampai membuat mereka masuk menjadi syiah rafidhah, karena kecintaan ahlussunnah pada ahlulbait adalah kecintaan sejati, lebih dari kecintaan syiah rafidhah pada ahlulbait.



Isi kitab-kitab utama syiah hanyalah maslah fiqih, kecuali dua jilid pertama dari kitab Al Kafi memuat tentang akidah syiah. Jika kita perhatikan, isi kitab fiqih mereka mirip dengan fiqih ahlussunnah, membuat kita makin percaya dengan keterangan para ulama yang menyebutkan bahwa ulama syiah banyak yang mencontek kitab ahlusunnah, di antaranya adalah Ibnu Taimiyah dalam Minhajussunnah jilid 3 hal 264.

Syiah memiliki pendapat-pendapat aneh dalam fiqih, yang berbeda dengan ulama ahlusunah, pendapat-pendapat itu kadang begitu aneh dan tak terbayangkan bahwa pendapat-pendapat itu perlu ditulis dalam kitab tersendiri. Asy Syarif Al Murtadha mengumpulkan pendapat-pendapat syiah yang berbeda dengan ulama ahlussunah dalam kitabnya Al Intishar.

Sebagai selingan, tidak ada salahnya bila kita menyimak sedikit pendapat-pendapat yang hanya dimiliki oleh syiah dari kitab Al Intishar:


* Keluar Madhi dan Wady tidak membatalkan wudhu –hal 119

* Wajib mengucapkan Hayya Ala Khairil Amal dalam adzan – hal 137

* Wajib hukumnya shalat gerhana matahari maupun bulan, siapa yang ketinggalan harus mengqadha’ –hal 173

* Barangsiapa berpuasa ramadhan dalam keadaan musafir maka harus membayar puasanya –hal 190 –kasihan sungguh-

* Orang sakit yang memaksakan diri berpuasa di bulan Ramadhan –padahal dia dibolehkan untuk tidak berpuasa- maka puasanya tidak sah dan tetap harus mengqadha’ – hal 192

* Jika menemukan bangkai ikan di tepi sungai, sedangkan dia tidak tahu apakah ikan tersebut mati atau disembelih, maka dicelupkan di air, jika ikan tersebut mengambang di atas dadanya maka ikan itu disembelih, jika mengambang di atas punggungnya maka ikan itu mati dengan sendirinya tanpa disembelih – hal 402 [di mana letak perbedaan antara punggung dan dada ikan?]

* Sembelihan ahli kitab haram dimakan –hal 403

* Haram memakan makanan buatan orang kafir – hal 409



Ibnu Aqil Al Hanbali menukil pendapat-pendapat itu dan dia pun merasa heran, tulisan Ibnu Aqil dinukil juga oleh Ibnul Jauzi dalam kitab Al Muntazham –jilid 8 hal 120- juga Ibnul Jauzi menuliskan dalam Al Maudhu’at: Rafidhah telah membuat kitab fiqih yang mereka sebut sebagai mazhab imamiyah, di dalamnya memuat pendapat yang menyimpang dari ijma’ kaum muslimin tanpa dalil apa pun. Lihat Al Maudhu’at jilid 1 hal 338.

Sementara bahasan lain yang terdapat dalam Al Kafi dan Biharul Anwar adalah tentang tauhid, al adl , imamah.. kebanyakan berisi keyakinan mereka tentang imamah dan para imam yang dua belas, tentang penunjukan mereka dari Allah, sifat-sifat para imam, kisah hidup mereka dan keutamaan berziarah ke kubur mereka. Begitu juga membahas tentang musuh para imam, terutama para sahabat Nabi SAAW, jika kita perhatikan, mayoritas bahasan adalah tentang imamah dan para imam.

Pembaca yang menelaah kitab hadits syiah akan mendapati jurang perbedaan antara kitab hadits syiah dan kitab hadits ahlussunnah, begitu juga perbedaan yang ada para riwayat ahlussunnah dan syiah imamiyah. Kitab sunnah yang meriwayatkan hadits, hanyalah meriwayatkan hadits Nabi, dan hanya hadits Nabi-lah yang disebut dengan hadits. Sedangkan kitab hadits syiah mayoritas memuat riwayat dari salah satu dari dua belas imam mereka, selain itu mereka juga berkeyakinan bahwa riwayat yang berasal dari imam sama dengan riwayat yang berasal dari Nabi, artinya sabda imam sama seperti sabda Nabi.

Jika kita perhatikan kitab hadits syiah, kita akan menemukan bahwa hadits yang berasal dari Nabi sangatlah sedikit, sedangkan mayoritas riwayat Al Kafi adalah dari Ja’far Ash Shadiq, sangat jarang sekali yang berasal dari ayahnya Muhammad Al Baqir, apalagi yang berasal dari Amirul Mukminin Ali, jumlahnya lebih sedikit, begitu juga yang berasal dari Nabi SAW, jauh lebih sedikit

Begitu juga kita perhatikan, empat kitab utama syiah disusun pada abad ke sebelas Hijriyah, dan setelahnya, yang terakhir ditulis oleh Husein Nuri Thabrasi, -judulnya Mustadrakul Wasa’il- yang wafat tahun 1320 H –hidup sejaman dengan syaikh Muhammad Abduh-

Kitab itu memuat 23000 hadits dari para imam syiah [lihat Ad Dzari’ah jilid 7 hal 21] yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Kitab itu ditulis ratusan tahun setelah wafatnya para imam, jika memang benar kitab itu berisi riwayat bersanad dari para imam bagaimana orang berakal bisa percaya pada riwayat yang belum pernah ditulis sejak 11 abad atau 13 abad lalu ? jika memang riwayat itu tertulis dalam kitab, mengapa kitab itu baru ditemukan di abad 14 Hijriah?

Sebagian penulis kitab syiah menyatakan bahwa merka menemukan buku yang belum pernah ditemukan sebelumnya, Al Majlisi mengatakan: Alhamdulillah, di depan kami terkumpul sebanyak 200 judul buku, seluruh isinya telah kunukil dalam Biharul Anwar, [lihat I’tiqadat Al Majlisi hal. 24, lihat juga Al Fikr Asy Syi’I hal. 61]sementara Al Hurr Al Amili menyatakan bahwa dirinya memiliki delapan puluh kitab selain empat kitab rujukan mereka, isi kitab-kitab itu dituliskan dalam Wasa’ilusy Syi’ah [lihat Wasa’ilusy Syi’ah jilid 1, pengantar. Juga lihat Adz Dzari’ah jilid 4 hal 352-353].

Begitu juga Nuri Thabrasi ikutan mengklaim bahwa dirinya menemukan kitab-kitab yang belum pernah ditulis sebelumnya walaupun dirinya hidup di abad 14 Hijriyah, Agho BArzak Tahrani mengatakan: hal yang mendorong Husein Nuri Thabrasi untuk menulis mustadrak Al Wasa’il adalah karena Thabrasi menemukan kitab-kitab penting yang belum pernah ditulis dalam kitab-kitab kumpulan hadits syiah sebelumnya [lihat Ad Dzari’ah jilid 21 hal 7].

Ulama syiah menganggap hadits-hadits baru hasil penemuan Nuri Thabrasi yang dituliskan dalam Mustadrak Al Wasa’il sebagai hadits-hadits yang sangat penting dan diperlukan, tidak bisa ditinggalkan, ulama syiah yang bernama Al Khurasani –seperti dinukil dalam Adz Dzari’ah- mengatakan: setiap mujtahid tidak boleh berijtihad sebelum merujuk ke kitab Mustadrak Al Wasa’il dan menelaah hadits-hadits yang termuat di dalamnya, [lihat Ad Dzari’ah jilid 2 hal 111], apakah ini berarti sebelum adanya kitab Mustadrak Al Wasa’il ucapan ulama mereka tidak dapat dijadikan pegangan? Silahkan anda merasa heran, barangkali masih ada lagi hadits yang baru ditemukan.

Riwayat-riwayat itu tidak ditemukan di literatur kuno syiah, mengapa demikian? Mengapa Kulaini tidak meriwayatkannya padahal dia dapat menghubungi empat “dubes” imam Mahdi?Kulaini memberi judul kitabnya dengan Al Kafi karnea dianggapnya cukup bagi syiah, bahkan kitab Al Kafi telah ditunjukkan kepada imam Mahdi –yang bersembunyi hingga hari ini- melalui “duta besar “, kemudian Imam Mahdi memberikan komentar: kitab ini cukup bagi syiah kami, begitu juga At Thusi menyatakan, bahwa dirinya mengumpulkan hadits-hadits syiah yang berkaitan dengan fiqih dari kitab-kitab literatur inti syiah, dalam kitabnya Tahdzibul Ahkam, tidak ada yang terlewatkan kecuali hanya sedikit saja [lihat Al Istibshar jilid 1 hal 2].

Apakah kitab-kitab ini ditulis pada era dinasti shafavid di iran lalu ditulis atas nama para ulama klasik syiah? Bisa jadi, dan sangat mungkin.

Bahkan empat kitab syiah yang utama [Al Kafi, Tahdzibul Ahkam, Al Istibshar dan Man La Yahdhuruhul Faqih] tidak luput dari tambahan dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Salah satu buktinya, bisa dilihat dalam kitab Ad Dzari’ah –jiild 4 hal 504- dan A’yanus Syi’ah –jilid 1 hal 288- juga keterangan ulama syiah hari ini, bahwa jumlah hadits Tahdzibul Ahkam adalah 13950 hadits, tetapi penulisnya sendiri menyatakan dalam kitab Iddatul Ushul [jilid 1 hal 139 ,cetakan sitarah-Qum] bahwa jumlah hadits Tahdzibul Ahkam hanya 5000 lebih, artinya tidak mencapai jumlah 6000. bisa dilihat dalam kitab Al Imam As Shadiq hal 485.

Ternyata jumlah hadits Tahdzibul Ahkam bertambah lebih dari dua kali lipat, inilah bukti nyata yang ada di depan mata.

Begitu juga ulama syiah masih berbeda pendapat, apakah kitab Raudhatul Kafi –kitab Al Kafi jilid 8- termasuk dalam kitab Al Kafi yang ditulis oleh Kulaini, ataukah merupakan tambahan yang ditulis setelah kitab Al Kafi, bisa dilihat dalam kitab Raudhatul Jannat jilid 6hal 176-188, seolah-olah penambahan dalam kitab adalah hal biasa dan sangat mungkin terjadi..

Yang lebih berbahaya, seorang ulama syiah terkemuka yang bernama Husein bin Haidar Al Karki Al Amili [wafat th 1076 H] mengatakan: kitab Al kafi berjumlah lima puluh jilid, memuat riwayat dengan sanad yang bersambung pada para imam [Raudhatul Jannat jilid 6 hal 114], sementara Thusi [wafat 360 h] mengatakan bahwa kitab Al Kafi berjumlah 30 jilid,…. [lihat Al Fahrasat hal 161].

Apakah kitab Al Kafi mengalami penambahan selama kurun waktu antara abad ke lima dan sebelas hijiriyah? Tambahannya pun bukan sedikit, tapi 20 jilid, padahal setiap jilid terdiri dari banyak bab yang memuat banyak hadits. Mungkin hal ini tidak menjadi masalah bagi syiah, jika mereka berani memalsu riwayat dari Nabi SAAW dan Ahlulbait, mestinya memalsu buku dari gurunya bukanlah hal susah, bukti dalam hal ini sangat banyak, yang kami paparkan sudah cukup bagi mereka yang mau menggunakan akalnya yang masih sehat.

Kita tanyakan lagi pada penganut syiah, mana sumber ajaran agama kalian? Kalian banyak menggunakan logika dan mantiq karena miskin dalil naqli, apalagi setelah tahu bahwa kitab literatur kalian terbukti masih harus diragukan lagi validitasnya.

Catatan Awi Sirep: Tanya Jawab dngn Habib Munzir Al Musawa ttg Syiah...

_________________Tanya (ADHE09) :_________________

Assalamu'alaikum wr.wb

Habib Munzir yg ana cintai..ana mau tanya tntang IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) yang brpusat di yogyakarta.mereka itu ber aliran syiah dari iran.tapi yg ana bingung tdk ada satupun pengurusny yg ahlul bait.apa pendapat habib dan apakah aliran mereka sesat atau tidak.terimakasih atas jwbannya..
Assalamu'alaikum wr wb.

_________________Jawab (Habib Munzir) :_________________

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Cahaya Keberkahan Lailatul Qadr semoga selalu menerangi hari hari anda dengan kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,
syiah mempunyai banyak golongan yg terpecah pecah, saya belum pernah mendengar kelompok yg di Jogja ini, namun jika mereka terbukti telah menyalahkan para sahabat dan khulafa'urrasyidin maka mereka sesat, dan sebagian besar syiah demikian

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam


_________________Tanya (wiribi) :_________________

Salam Habib yang dirahmati Allah Swt.

Ana mau tanya, antum mengatakan bahwa sebagian besar Syiah itu sesat, berarti ada Syiah yang tidak sesat, Syiah yang manakah itu?

Syukran

_________________Jawab (Habib Munzir) :_________________

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Rahmat dan kebahagiaan semoga selalu menyelimuti hari hari anda

Saudaraku yg kumuliakan,
beribu maaf selama 10 hari tidak online hingga tak bisa untuk menjawab pertanyaan anda

saudaraku, syiah yg tidak sesat adalah mereka yg mengikuti ahlussunnah waljamaah, tidak mencaci sahabat, memuliakan mereka, namun mereka memuliakan dan mendahulukan ahlulbait Rasul saw dalam segala hal, kelompok ini sangat sedikit, mereka termasuk golongan ahlussunnah waljamaah, namun condong pada ahlulbait dalam segala hal, dan mereka mengaku sebagai syiah karena menurut mereka bahwa ahlussunnah waljamaah kurang memuliakan ahlulbait Rasul saw.

hal seperti ini wajar saja dan bisa dimaklumi selama tidak bertentangan dg syariah.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam

_________________Tanya (wiribi) :_________________

Salam Habib yang dirahmati Allah.

Bagaimana kalau sahabat itu membangkang perintah Nabi Saw atau membunuh keluarganya yang suci. Bukankah dia layak untuk dicela dan dilaknat? Sebagai contoh; orang-orang dari golongan Bani Umayyah seperti Mu'awiyah atau Yazid yang katanya seorang khalifah atau sahabat dari kalangan Ahlussunnah, akan tetapi mereka telah berani melakukan kejahatan maha agung di alam semesta ini kepada Nabi Saw? Mereka telah melakukan penghianatan kepada Rasulullah Saw dengan menginjak-injak keluarganya hingga membunuh dengan sadis putra kesayangan Rasul Saw, yaitu Imam Husain bin Ali di padang Karbala beserta keluarga dan sanak kerabat dan juga sahabat-sahabat imam, merampas putri-putri Rasulullah Saw yang juga putri-putri Imam Ali!

Muawiyah dan Yazid, layakkah mereka diberi gelar sahabat dan khalifah? Bukankah mereka lebih layak dicaci dan dilaknat?

_________________Jawab (Habib Munzir) :_________________ ( - mngkin salah ketik pada kalimat Yazid dan Muawiyah, mksdnya mgkin Yazid bin Muawiyah, tmbahan : awi sirep - ) _________________

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Kesejukan Rahmat Nya dan Keindahan Dzat Nya swt semoga selalu menaungi hari hari anda dg kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,
ada hal yg perlu diklarifikasi dalam sejarah,

pembunuhan atas Imam Husein ra bukan oleh Muawiyah, tapi oleh Yazid dan Muawiyah.

tidak terjadi perampasan putri putri keturunan Imam Ali kw.

mengenai kejadian ini adalah cobaan yg demikian dahsyat, dan Muawiyah ra ini dihasud oleh musuh musuh islam dari kaum munafikin bahwa Ali bin Abi Thalib kw membiarkan berkeliarannya pembunuh Khalifah Utsman ra, Muawiyyah ra termakan hasutan, sebagaimana beberapa sahabat lainnya, namun Muawiyyah dikabarkan Taraju' dan berwasiat kepada putranya Yazid untuk mengembalikan kepemimpinan Khalifah kepada putra putra Imam Ali kw.

Muawiyah ra wafat dalam tobat dan islam dan Iman, hal ini diakui oleh Jumhur Imam Imam Ahlulbait dan Imam Imam Ahlussunnah waljamaah diluar ahlulbait.

mengenai Yazid bin Muawiyah memang merupakan penguasa dhalim, namun iapun termakan hasutan kaum munafikin yg mengatakan bahwa Imam Husein ra datang membawa pasukan untuk merebut kekuasaan, dan memang tampaknya secara dhahihrnya memang demikian,
karena Imam Husein ra memang diundang oleh kaum khawarij untuk di Bai'at sebagai Khalifah, maka Imam Husein ra pun terpancing untuk menerima undangan kaum khawarij, lalu kabar sampai pada Yazid dan ia mengeluarkan pasukannya untuk menghabisi Imam Husein ra yg disangka akan memberontak dan merebut khilafah,

maka pembantaian terjadi, kita tidak menyangkal bahwa perbuatan itu adalah kedhaliman yg nyata.

namun kita tetap berjalan dg syariah dan Iman, apa yg diperbuat oleh Imam Ali Zainal Abidin putra Imam Husein ra?, apakah ia mencaci Yazid dan Muawiyah?

apa yg diperbuat Imam Jakfar Asshadiq ra, apakah ia mencaci mereka?,

munculkan satu dalil yg memperbolehkan mencaci muslimin?, sedangkan Rasul saw telah jelas jelas melarang kita mencaci orang yg telah mati, sebagaimana sabda Rasul saw : "Janganlah kau caci orang yg telah mati, karena mereka telah berlalu kepada Allah" (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).

apa urusan kita ikut ikut urusan yg telah terjadi 14 abad yg silam dg ikut ikut mencaci?, sebenarnya hal seperti ini mesti diadili, bukan dicaci, karena caci maki tidak membawa manfaat, bahkan akan membuat dosa dosa orang yg dicaci itu terhapus.

namun untuk diadili maka sudah terlambat karena ia telah wafat, biarlah pengadilan Allah swt yg Maha Adil yg akan mengadili dg seadil adilnya, apakah kita merasa lebih berhak dari Allah swt untuk mengadili hamba hamba Nya?,

kita berpanut pada Imam Imam kita dari golongan Ahlulbait dan bukan Ahlul bait yg tidak mencaci Muawiyah dan Yazid, mereka para Imam Imam kita berpanut pada Rasulullah saw, dan Rasul saw sudah tahu bahwa cucunya akan dibantai begitu rupa, namun beliau saw tak mencaci mereka.

singkatnya saudaraku, jika kita mengakui cinta pada ahlulbait dan berada di fihak ahlulbait, maka ikutilah ajaran imam imam ahlulbait, bagaimana budi pekerti mereka terhadap musuh, bagaimana sucinya jiwa mereka dari mencaci, bagaimana indahnya akhlak mereka pada semua makhluk Allah swt, mereka mewarisinya dari Rasulullah saw,

jika kita mencaci maki, maka siapa yg kita ikuti?, kita hanya mengikuti hawa nafsu saja, dan justru hal ini membuat kita terlempar dari kelompok Imam Imam Ahlulbait karena kita berkhianat pada mereka dan keluar dari bimbingan mereka dan mengatasnamakan hal ini sebagai ajaran ahlul bait.

maka saudaraku hindarilah caci maki.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam

_________________Tanya (wiribi) :_________________

Salam Habib yang penuh dengan kedamaian

Afwan habib, sepertinya antum sudah berprasangka buruk kepada Imam Husain. Imam Husain tidak pernah sedikitpun dipikirannya terbesit untuk melakukan pemberontakan demi merebut kekuasaan tahta di dunia. Bagaimana mungkin seorang dari Ahlulbait Nabi yang telah disucikan Allah, dan telah disabdakan oleh datuknya Saw bahwa Imam Husain adalah pemimpin pemuda di surga, akan tergiur dengan perebutan kekuasaan? Tidak mungkin Habib yang mulia.

Imam Husain berkata, “Demi Allah. Aku tidak keluar ke Karbala ini dengan keangkuhan dan mencari perang. Sungguh aku keluar ke sini untuk mencari ishlah demi kepentingan umat datukku Muhammad saw. Aku ingin menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Aku ingin berjalan di jalannya datukku Muhammad dan ayahku Alî al-Murtadha.”

Imam Husain tidak mungkin salah dalam memilih jalannya. Sehingga jelas bahwa kekuasaan pada saat itu berada di tangan orang yang dzalim dan durhaka Yazid bin Mu'awiyah beserta para pengikutnya yang memerangi Imam hingga terbunuh syahid di padang Karbala.

Benar apa yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw, Dari Jarir (bin Abdullah Albajali), Nabi saw berkata kepadanya ketika Haji Wada' (haji terakhir dalam hidupnya Nabi saw), "Suruh tenanglah orang banyak itu (para sahabat disekitar Nabi)!" Kemudian beliau bersabda, "Janganlah kamu KAFIR kembali sesudahku, dimana sebagian kamu memenggal leher yang lain" (Sahih Bukhari juz 1 Bab Ilmu)

Disini sangat jelas kekafiran Yazid bin Mu'awiyah disini dengan melakukan kejahatan yang tak pernah dilakukan oleh orang paling jahat sekalipun di dunia ini kecuali Yazid dan para pengikutnya yang telah membunuh dan memenggal kepala Imam Husain beserta keluarga dan para sahabatnya, dia telah membunuh keluarga suci pengemban risalah kenabian, keluarga suci tempat turunnya para malaikat dan keberkahan, keluarga suci Muhammad Saw.

Inilah kejahatan yang tiada tara di alam semesta ini yang tertimpa kepada keluarga Nabi. Terungkaplah bahwa sebagian sahabat telah kafir sepeninggal Rasulullah Saw.

"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya." (QS. An-Nisaa: 93)

Bagaimana mungkin umat manusia yang mengetahui hal ini dan menyaksikannya tidak melaknat perbuatan yang maha dzalim ini dan melupakannya begitu saja? Melaknat orang-orang yang dzalim adalah bukan hawa nafsu tetapi ajaran Al-Quran itu sendiri. Sungguh, Nabi dan keluarganya pun juga melaknatnya.

"Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya" (QS. Ali-Imran:88)

Imam Husain telah dijuluki oleh seluruh ulama bahwa beliau adalah pemimpin para Syuhada (rajanya orang-orang yang mati syahid). Mati syahid berarti mati dijalan Allah, berarti mati dalam kebenaran yang nyata demi tegaknya agama Muhammad Saw (bukan karena perebutan kekuasaan), sehingga dengan sangat jelas bahwa lawannya adalah berada pada kekafiran yang sangat nyata.


_________________Tanya (wiribi) :_________________


Salam Habib yang dirahmati Allah.

Mengenai mencela atau mencaci, bukankah Mu'awiyah sendiri telah mencaci Ahlulbait Nabi? Dia telah mencaci Imam Ali bin Abi Thalib. Banyak dikalangan ulama Ahlussunnah itu sendiri telah menuliskan di dalam kitab-kitab besar mereka bahwa Mu'awiyah selalu melakukan cacian dan makian hingga melaknat Imam Ali di setiap mimbar-mimbar Shalat Jumat. Layakkah Mu'awiyah dikatakan sahabat atau khalifah Nabi yang dengan jelas menunjukkan kebenciannya kepada Ahlulbait Nabi khususnya kepada Imam Ali?

Di antara bukti yang memperjelas kekafiran Mu'awiyah dan sahabatnya adalah perintahnya terhadap kaum Muslimin untuk melaknat Ali dan memaksa mereka agar melakukannya dengan ancaman yang berat. Dia perintahkan orang-orang agar melakukan kemungkaran tersebut pada setiap khutbah Jumat mereka. Perbuatan Mu'awiyah ini telah tertulis dengan sangat jelas di dalam banyak kitab sejarah, baik yang bersumber dari kalangan Syiah sendiri ataupun dari kitab-kitab besar tarikh dan/atau hadits kalangan Ahlussunnah Wal Jama'ah.

Mu'awiyah membunuh kaum Mukmin yang berusaha mencegah dan membangkang peraturan itu seperti Hujr bin Adi dan para sahabatnya. Seluruh ulama Mazhab Islam telah menetapkan hadits mutawatir ketika Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa mencaci Ali, berarti dia telah mencaci diriku dan barang siapa mencaciku, berarti dia telah mencaci Allah Swt!"

Banyak dari kalangan ulama besar Ahlussunnah seperti Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya Al-Musnad, An-Nasa'i dalam kitabnya Al-Khasha'is, Al-Tsa'labi dalam tafsirnya, Fakhrurrazi dalam kitab tafsirnya, Ibnu Abi Al-Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah, Allamah Al-Kanji Asy-Syafi'i dalam Kifayatut Thalib, Sabath bin Al-Jauzi dalam Al-Tadzkirah, Syaikh Al-Qundusi Al-Hanafi dalam Yanabi' AL-Mawaddah, Allamah Al-Hamdani dalam Mawaddatu al-Qurba, Al-Dailami dalam Firdaus, Syaikh Muslim bin Hajjaj dalam Shahih-nya (Shahih Muslim), Muhammad bin Thalhah dalam Mathalibu al-Su'al, Ibnu Shabagh al-Maliki dalam al-Fushul, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, Al-Khatib al-Khawarizmi dalam Al-Manaqib, Syaikhul Islam Al-Humawaini dalam Al-Fara'idh, Al-Faqih Asy-Syafi'i Ibnu Al-Maghazili dalam Al-Manaqib, Thabari dalam Adz-Dzakha'ir, Ibnu Hajar dalam As-Sawa'iq al-Muhriqah dan lain-lainnya dari para ulama besar Anda (Ahlussunnah wal Jama'ah).

Hadis yang diriwayatkan oleh mereka sangatlah banyak, di antaranya sabda Nabi Saw, "Barangsiapa menyakiti Ali, maka dia telah menyakitiku, dan barangsiapa yang menyakitiku maka laknat Allah baginya."

Ibnu Hajar meriwayatkan sebuah hadis yang lebih umum dan lebih mencakup persoalan di atas, yaitu dalam al-Shawa'iq bab tentang peringatan bagi orang-orang yang membenci Ali, ia berkata bahwa Nabi Saw bersabda, "Wahai Bani Abdul Muthalib! Aku memohon kepda Allah bagi kalian tiga hal; Agar menguatkan kedudukan kalian, memberikan petunjuk bagi orang yang masih tersesat di antara kalian, dan mengajarkan orang-orang yang bodoh di antara kalian, dan aku juga memohon kepada Allah agar kalian menjadi orang-orang yang mulia dan pengasih. Oleh karena itu apabila ada seseorang yang menganggap dirinya suci, membasuh kakinya dan sebagian tubuhnya untuk berwudhu kemudian ia shalat dan berpuasa tetapi dia membenci Ali dan Ahlulbaitku, dia akan masuk neraka."

Dalam hadis lain Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa menjelek-jelekkan Ahlulbaitku maka ia termasuk orang yang murtad kepada Allah dan keluar dari Islam dan barangsiapa menyakiti Ahlulbaitku maka laknat Allah kepadanya dan barang siapa menyakitiku di dalam Ahlulbaitku, maka ia telah menyakiti Allah. Sesungguhnya Allah mengharamkan surga kepada orang-orang yang menzalimi Ahlulbaitku atau memerangi mereka, atau membantu atas pembunuhan terhadapnya, atau orang-orang yang menghinanya."

Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnad, dan yang lainnya dari ulama-ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah, bahwasannya Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa menyakiti Ali, maka pada hari kiamat akan dibangkitkan dalam keadaan Nasrani atau Yahudi."

Ibnu Al-Atsir dalam kitabnya Al-Kamil serta yang lainnya dari ahli sejarah Ahlussunnah bahwa terbukti Mu'awiyah ketika melaksanakan doa qunut pada shalat Shubuh, ia melaknat Imam Ali, Al-Hasan, Al-Husain, Ibnu Abbas dan Malik Al-Asytar.

Apa yang Antum katakan setelah disampaikannya hadis-hadis yang terdapat dalam kitab-kitab ahli hadis dari kalangan Ahlussunnah itu sendiri, tidak ada seorangpun dari ulama besar Ahlussunnah Wal Jama'ah yang mengingkarinya.

Seluruh ulama telah mengetahui bahwa diantara masalah pokok dalam Islam yang telah disepakati adalah barangsiapa melaknat atau menghina Allah Swt dan Rasul-Nya maka ia adalah orang kafir yang najis dan terlaknat.

Ada sebuah hadis yang telah diriwayatkan oleh Allamah Al-Kanji Asy-Syafi'i, seorang ahli fiqih Ahlussunnah di dua tanah suci Makkah dan Madinah, juga seorang pemberi fatwa Iraq dan ahli hadis di negri Syam. Hadis ini juga bersumber dari seorang Ahlussunnah hafizh atau penghafal Al-Quran, Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf Al-Quraisyi, yang terkenal dengan Allamah Al-Kanji, penulis kitab Kifayatut Thalib, dinukil dalam bab 10 dengan sanad yang bersambung kepada Ya'qub bin Ja'far bin Sulaiman, ia berkata, saya berada bersama bapakku, Abdullah bin Abbas dan Said Ibnu Jabir yang membawa kami melewati tepian sumur Zamzam. Tiba-tiba ada sebuah kaum dari penduduk Syam yang mencerca Ali, Abdullah bin Abbas kemudian berkata kepada Said, 'Kembalilah kepada mereka.' Dan ketika unta yang mereka tumpangi tiba di tempat mereka berkumpul, Ibnu Abbas berkata, 'Adakah di antara kalian yang sedang menghina Allah?' Mereka berata, 'Mahasuci Allah! Tak seorang pun di antara kami yang menghina Allah!' Ibnu Abbas melanjutkan, 'Adakah di antara kalian yang sedang menghina Nabi Saw?' Mereka menjawab, 'Tentu tidak seorang pun dari kami yang menghina Nabi Saw.' Ia berkata, 'Siapa di antara kalian yang menghina Ali bin Abi Thalib?' Mereka serempak berkata, 'Kalau ini memang ada.' Dia berkata, 'Saya bersaksi kepada Nabi Saw bahwa saya telah mendengar darinya pernah berkata kepada Ali, 'Barangsiapa menghinamu berarti ia telah menghinaku dan barangsiapa menghinaku ia telah menghina Allah, dan barangsiapa menghina Allah, ia akan dicampakkan ke dalam api neraka!"

Hadis ini diriwayatkan oleh banyak para ulama besar Ahlussunnah yang sanadnya bersambung ke Ibnu Abbas. Mereka itu antara lain adalah Allamah al-hafizh al-Faqih Ibnu al-Maghazili dalam kitabnya Manaqib al-Imam Ali, dalam hadis no. 447. Dikeluarkan juga oleh al-Muhibb at-Thabari dalam kitab Riyadh an-Nadhirah, juz 2 melalui jalan al-Malla dalam kitab sejarahnya. Demikian pula al-Muwafiq al-Khawarizmi meriwayatkan di dalam kitabnya Manaqib, Allamah Zarnadi dalam kitab Nuzhum Durur al-Samthain.

Banyak dari kalangan ulama besar Ahlusunah meriwayatkan dari Nabi Saw, dengan sabdanya, "Barangsiapa mencintai Ali, ia adalah orang mukmin dan barangsiapa membencinya, ia adalah orang munafik." Hadis semacam ini banyak diriwayatkan oleh para ahli hadis besar dari kalangan Ahlussunnah, seperti Jalaluddin As-Suyuti dalam Ad-Durr Al-Mantsur, Al-Tsa'labi dalam kitab Tafsir-nya, Allamah Al-Hamdani dalam Mawaddatu Al-Qurba, Ahmad bin Hanbal dalam Musnad, Ibnu Hajar dalam Shawa'iq, Al-Khawarizmi dalam Manaqib, Allamah Ibnu Maghazili dalam Manaqib, Hafizh al-Qunduzi al-Hanafi dalam Yanabi al-Mawaddah, Ibnu Abi Al-Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah, Thabrani dalam Aushath, Muhibb Thabari dalam Dzakha'irul Uqbah, An-Nasa'i dalam Khashais, Allamah Al-Kanji Asy-Syafi'i dalam kitab Kifayatut Thalib, Muhammad bin Thalhah dalam Mathalibu al-Su'al, Sabath al-Jauzi dalam Tadzkiratul Khawash, Ibnu al-Shabagh al-Maliki dalam Fushul Al-Muhimmah, dan lain-lainnya.

Mereka seluruhnya mengeluarkan hadis dengan sanad-sanad mereka dan dengan jalan yang beragam pula, sehingga kedudukan hadis itu termasuk dalam kategori hadis Mutawatir, dimana semua telah bersepakat bahwa orang munafik dan orang kafir yang disebabkan karena mencaci dan menyakiti Ali bin Abu Thalib, niscaya akan masuk neraka.

Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik berada di bagian paling bawah dari api neraka.” (QS. An-Nisa: 154)

Disebutkan oleh ulama Ahlussunnah Ibnu Shabagh al-Maliki di dalam kitab al-Fushul al-Muhimmah yang dinukil dari kitab al-Ali, karangan Ibnu Khalawiyah dari Abu Sa’id Al-Khudri, Nabi Saw berkata kepada Ali, “Kecintaan kepadamu merupakan keimanan. Rasa benci kepadamu adalah kemunafikan. Orang yang pertama kali masuk surga adalah orang yang mencintaimu dan orang yang pertama kali masuk neraka adalah orang yang membencimu.”

Diriwayatkan oleh ulama Ahlussunnah al-Hamdani dalam kitabnya Mawaddah al-Qurba, bab Mawaddah ketiga, juga Syaikh Islam Ahlussunnah Humawaini dalam kitabnya Fara’idus Simthain, Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada orang yang mencintai Ali kecuali orang mukmin dan tidak ada yang membencinya kecuali orang kafir.” Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Nabi Saw berbicara kepada Ali, ‘Tidak ada yang mencintaimu kecuali orang mukmin, dan tidak ada yang membencimu kecuali orang munafik.” (Terdapat juga di kitab Nahjul Balagah khutbah ke-22, 148, 172 dan 156. Kitab al-Imamah wa al-Siyasah hal 48, ulama besar Ahlussunnah Ibnu Qutaibah)

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Thalhah dalam kitabnya Mathalib al-Sual dan Ibnu Shabagh al-Maliki dalam al-Fushul meriwayatkan dari Imam at-Turmudzi dan An-Nasa’i dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata, “Saya tidak pernah mendapatkan orang munafik pada masa Rasulullah kecuali mereka yang membenci Imam Ali!”

Perang Nahrawan menentang Ali, penipuan Mu'awiyah terhadap Imam Hasan, cacian Muawiyah di atas mimbar terhadap Ali di masjid-masjid, perlantikan Yazid, seorang peminum arak, pembunuhan Imam Husain, anak-anak dan keluarganya serta sahabatnya sebanyak 72 orang, pembunuhan massal di Madinah yang diketuai oleh Muslim bin Uqbah, panglima Yazid, 80 orang sahabat Nabi yang telah menyertai Perang Badar dibunuh dalam Perang al-Hurrah. Bukti-bukti ini juga dapat Antum temui di dalam kitab Ahlussunnah Ibn Qutaibah, Al-Imamah wal-Siyasah, I, hlm. 216

Begitu jelas Bani Umayyah mencaci Ali di atas mimbar masjid selama 70 tahun, bermula dari Muawiyah, berterusan sehingga pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Cacian dihentikan selama dua tahun lebih, kemudian diteruskan semula. Lihatlah dalam kitab Ahlussunnah As-Suyuti, Tarikh al-Khulafa', hlm. 243.

Terungkaplah dengan sangat jelas kekafiran dan kemunafiqan Mu'awiyah yang telah mencaci maki dan melaknat secara terang-terangan kepada Ahlulbait Nabi. Bukti-bukti telah/akan terlihat jelas apabila kita benar-benar mengkaji Agama dengan menyeluruh dengan hati yang bersih dan menghilangkan segala bentuk fanatisme mazhab.

Habib yang saya cintai, layakkah orang yang akan masuk Neraka Jahannam itu diberi gelar Khalifah atau sahabat Nabi?


_________________Jawab (Habib Munzir) :_________________

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Kesejukan Rahmat Nya dan Keindahan Dzat Nya swt semoga selalu menaungi hari hari anda dg kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,
anda keliru memahami ucapan saya, Imam Husein adalah datukku dan pada tubuh ini mengalir darah Imam Husein ra.

bukan merebut tahta keduniawian sebagaimana tuduhan anda kepada saya, dan kalimat itu tak ada dalam ucapan saya diatas, cuma anda mesti berhati hati akan racun syiah yg selalu memandang dari segi yg buruk daripada segi yg baik pada sahabat Rasul saw.

dan dalam hal ini kebenaran adalah jelas di fihak Imam Husein ra, namun Yazid terpancing hasutan, yg mengatakan bahwa Imam Husein ra datang ingin merebut kekuasaannya.dan Yazid telah berbuat dhalim kepada Imam Husein ra.

namun sebagaimana saya jelaskan bahwa Rasul saw dan seluruh pembesar ahlulbait tak mengajarkan mencaci muslim.

mengenai hadits riwayat Shahih Bukhari yg anda sampaikan pd kejadian hujjatul wada, baiknya anda jangan berfatwa buta, lihat makna hadits tsb, bagaimana asbab wurudnya,

jika semua orang yg memerangi muslim adalah kafir, lalu bagaimana dengan Imam Ali kw yg juga memerangi orang muslim yaitu Ummulmukminin Aisyah ra dan sahabat lainnya?,
maka dengan penyampaian anda ini anda telah mengkafirkan imam Ali kw dan pengikutnya saat saling bunuh di perang Jamal?

silahkan laknat Imam Ali kw karena beliau juga memimpin perang melawan Istri Rasulullah saw.

tentunya ini pendapat hawa nafsu, cukupkanlah dari mencaci orang muslim, lihat ucapan ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:
“ Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan : “Yaa Allah tahanlah pertumpahan darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka” (Nahjul Balaghah – 323)

Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam Ali kw?

satu pertanyaan saya yg menjawab semua pernyataan anda, adakah Imam Ali kw mencaci Muawiyah ra, adakah Imam Husein ?, atau Imam Hasan?, atau Imam Ali Zainal Abidin ra mencaci orang yg membunuh ayahandanya?, adakah Imam Muhammad Al Baqir?, atau Imam Jakfar Asshadiq.?,

lalu siapa yg anda ikuti?, bukankah kalian mengaku mencintai Ahlulbait?

kami ahlussunnah waljamaah mengikuti ajaran Imam Imam ahlulbait, kalian mengikuti siapa?, atau kalian merasa lebih benar dan lebih tahu islam dari Imam Ali kw?, atau lebih benar dari Imam Imam Ahlulbait?

Demikian saudaraku yg kumuliakan, cobalah berfikir dengan Iman, tidak usah berfatwa dengan hawa nafsu, cukup ikuti perbuatan Imam Ali kw, ikuti perbuatan Imam Imam Ahlulbait, bagaimana sujud mereka, akhlak mereka pada teman dan musuh, inilah pengikut ahlulbait.

semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam

__________________SELESAI________________________________

..............................................

ini msing hnya ksimpulan dri awi aja.. oke..

syiah masing myakini Muawiyah ra mnyuruh rang2 mencaci maki ahlul bait Nabi SAW.. hnya masing ahlul Bait Nabi SAW tdk prnah mngajarkan mncaci maki...

jd klo mang syiah mngaku mahzab ahlul bait.. tp masing mencaci para Sahabat & Isteri Nabi SAW.. mk pda dasarnyaa pngakuan mahzab ahlul bait adlh dusta...

klo seandainya Muawiyah ra mang mnyuruh mencaci maki (sperti kyakinan syiah)... maka nyang benar mahzab mrk adlh mahzab Muawiyah...

mari bersama mengembalikan kehidupan Islam.